Sudah terhitung tiga hari sejak Haoxiang pertama kali menginjakkan kakinya di pualam indah istana. Sudah tiga hari pula ia menyandang status sebagai hybrid kerajaan milik Pangeran He. Walau tidak jarang juga Haoxiang mendengar para pengawal menyebutnya hasil pungutan kedua—ia tidak tersinggung, justru ada rasa penasaran yang muncul. Tapi intinya, sudah tiga hari dan belum ada tanda-tanda ia akan dikirim kembali ke pihak lelang apalagi dibuang ke jalanan.
"Yan Haoxiang."
Si empunya nama berbalik, lantas membungkuk penuh hormat. "Putra Mahkota," sapanya.
Jiaqi mengangguk. Ia mendekati Haoxiang lalu menyamakan langkahnya agar beriringan. "Apa yang kau lakukan sendirian di sini? Mana Junlin?"
"Pangeran Junlin sedang menemani Pangeran Yaowen bermain catur, Tuan. Saya sudah meminta izinnya untuk melihat sekitar. Maaf jika saya mengganggu. "
Merasa ada yang salah dengan perilakunya, Haoxiang menunduk takut. Harusnya tadi ia duduk manis saja di sebelah Junlin. Bukan justru berkeliaran seperti kucing hilang. Jika sudah begini, Junlin pasti akan dimarahi oleh Jiaqi. Haoxiang tidak mau tuannya dimarahi.
Terlalu larut dalam merutuk diri, Haoxiang sampai tidak sadar bahwa tatapan Jiaqi berubah menjadi bingung dengan alis tertaut tinggi. Pangeran tertua itu menahan bahu Haoxiang.
"Jangan salah paham, Haoxiang," ujar Jiaqi memancing Haoxiang untuk menatapnya, "aku tidak merasa sedikitpun terganggu. Lagipula taman istana ini bisa didatangi siapapun, bahkan mereka yang tinggal di luar istana. Mana mungkin aku justru melarangmu untuk sekedar berjalan-jalan menikmati keindahannya di saat kau adalah anggota keluarga?"
Entah darimana datangnya, ada rasa yang membuncah di dalam dada Haoxiang. Dua kata terakhir dari kalimat itu menimbulkan gelombang haru. Jiaqi baru saja mengakuinya sebagai anggota keluarga istana. Sesuatu yang orang di luar sana rela saling bunuh untuk bisa mendapat gelar tersebut.
"Hei, kau menangis?" Tanya Jiaqi membulatkan mata. Ia menepuk-nepuk bahu Haoxiang pelan. "Ck, jangan sampai Junlin melihat ini atau bocah itu akan mengira aku merundungmu."
Haoxiang lantas mengusap air matanya cepat. "Saya terharu, Tuan. Terimakasih sekali lagi sudah menerima kehadiran saya."
Putra Mahkota pun tersenyum tipis. "Kau harus membiasakan memanggilku tanpa embel-embel Tuan atau Putra Mahkota. Bukankah Chengxin memperkenalkanku sebagai 'Kak Jiaqi'?"
Lagi-lagi Haoxiang tercengang dan ekspresinya memancing Jiaqi untuk tertawa lebar. Ia melangkah meninggalkan menuju pintu masuk. Dari posisinya berdiri saja, Jiaqi bisa mendengar riuh suara adik-adiknya itu. Lalu sebuah ide muncul.
"Yan Haoxiang," panggilnya.
"Ya?"
"Kau bisa bermain catur?"
"Sudah lama sekali sejak terakhir saya memainkannya."
"Ayo main denganku." Jiaqi mengisyaratkan kepalanya ke arah dalam ruangan. "Lalu kita coba kalahkan dua bocah itu."
Beberapa detik berlalu sebelum Haoxiang mengerti maksud dan tujuan Jiaqi. Ia lalu tersenyum lebar. "Ide bagus, Kak."
TBC
Terimakasih sudah membaca sampai sini~ di chap dengan judul interlude, kita bakal liat pendekatan Haoxiang dengan anggota kerajaan nih. Next sama siapa, ya?
Btw congratulations dek yaowen udah siap jadi anak SMA 😭😭
Ganteng banget 😭😭😭
Jangan lupa vote~ xiexie 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
He and His Yan (XiangLin TNT)
FanfictionSemua orang bertepuk tangan, beberapa saling bisik. Agaknya terkejut karena melihat sang pangeran hadir di acara informal, pun ditambah membeli seorang hybrid. "Tuan," panggil sosok itu sembari menunduk dalam, "saya Yan Haoxiang, terima kasih atas k...