Pagi ini kelopak mata Felicia membengkak. Kemarin itu bukan pertama kalinya Feli disakiti oleh ayahnya, tapi karena semalam Andrew berteriak-teriak hingga hampir semua orang di kelas tiga bisa mendengar, Feli sangat malu. Jadi ia menangis lebih dari biasanya di kamar mandi kapal. Grace tak mengetahui hal itu karena Feli langsung pergi ke kamar mandi dan lama berdiam diri di sana, dan ketika masuk lagi ke dalam kamar, Grace sudah tertidur pulas.
Felicia bangun terlalu pagi, kebanyakan orang disini belum bangun. Ia pergi lagi ke beberapa tempat disini sendirian, dia memang tak bisa diatur. Feli ingin melanjutkan explore-nya di sebuah dek kapal yang isinya orang kaya semua. Tapi ia takut bertemu pemuda yang kemarin adiknya muntahi. Tapi ketika dipikir-pikir, Feli kali ini tidak pergi bersama dengan Grace, jadi kemungkinan ia tak takkan dimarahi berlebihan seperti kemarin.
***
Oh tidak, Feli tersesat, ia tak tahu ia berada dimana. Bukannya pergi ke tempat tujuan, ia malah berada di sebuah ruang yang entah apa namanya. Ruangan yang berisikan banyak lukisan. Feli mulai khawatir. Ia keluar dari ruangan itu dengan sedikit berlari, lalu pergi kemana saja yang banyak orangnya.
Ia jalan menuju sebuah ruangan lagi yang dari luar terdengar lantunan musik klasik.
Tiba-tiba seorang wanita yang mengenakan dress berwarna krem keluar dari ruangan itu dan langsung menghampiri Feli."Dek, mau kemana?" ucap wanita sambil memegang bahu Feli. "Kamu tersesat, ya."
Feli mengangguk kecil. Wanita itu berkata lagi, "Yaudah aku anterin, ya."
Mereka melenggang pergi dari sana. Wanita itu sangat ramah, tapi Felicia masih terjebak dalam tembok kecanggungan. Feli ingin segera sampai ke kamarnya, tapi wanita itu jalannya lambat sekali, dan banyak sekali bertanya.
Sebelum Feli dimarahi ada saat dimana Andrew berbincang sebentar dengan wanita tadi. Feli tersenyum sendiri kala melihat ramahnya ayah pada wanita sok akrab itu.
Feli akhirnya berhasil melewati rasa canggung, tapi kini giliran rasa sakit dan suara memekakkan telinga yang tadi malam menyambutnya lagi siang ini.
Siang ini agak berbeda, karena kini Grace menjadi saksi betapa pemarahnya Andrew pada anak pertamanya.
Grace tak pernah dimarahi Andrew, dibentak saja tak pernah. Semua kesalalahan Grace pasti Feli yang selalu disalahi, contohnya malam tadi. Kalau pun memang kesalahan Grace tak ada sangkut pautnya dengan Feli, Andrew tetap memarahi Feli, Andrew teliti melihat setiap kesalahan Feli, walaupun seringkali tidak bisa disebut kesalahan.
Feli tak iri pada Grace, menurut Feli, memang hampir setiap kesalahan Grace itu didasari kesalahannya juga. Seperti kejadian bulan lalu, nilai Grace sangat turun dan hampir tidak naik kelas, Feli menyalahi dirinya sendiri karena sering mengajak Grace bermain dan jadi ia tak bisa fokus belajar. Contohnya lainnya, Grace memecahkan semua persediaan telur di kulkas, Feli menyalahi dirinya karena tidak mengawasi adiknya dengan baik. Feli tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri atas kesalahan orang lain. Feli sudah tidak sehat.
***
Sepanjang sore, Feli dan Grace hanya bermain dengan benda seadanya di kamar. Mereka menggambar dengan kertas yang mereka temukan di sana, bermain suit, dan masak-masakan dengan banyak robekan kertas yang sudah penuh dengan gambaran mereka tadi.
Andrew dan Abigail kemana? Mereka sedang berpesta pora di ruangan dekat sini. Musik dari pesta itu pun bisa terdengar dari sini.
"Kak, aku bosen." Grace mengeluh bosan, "kita 'kan di rumah juga main permainan ini."
"Terus kamu maunya main apa?"
"Kita ke pesta aja, yuk."
"Ih jangan nanti ayah marahin kakak."
"Ayo kak, aku ga pernah pergi ke pesta seumur hidupku," ucap Grace membujuk sambil menarik-narik lengan Feli beberapa kali.
"Kamu ga kasian sama kakak, hari ini kakak udah dimarahin loh, masa dalam satu hari kakak dimarahin dua kali," jelas Feli pada adik kecilnya. "Yaudah sekarang kita lanjut main aja, yuk."
Grace menggeleng sambil melihat kebawah dengan wajah masamnya. Feli menghela nafas melihat kelakukan adiknya yang tidak mau diatur.
"Aku ngantuk, aku mau tidur. Kalo kamu masih tetep ngeyel, pergi aja sendiri ga usah ajak kakak," ucap Feli sambil menaikkan tubuhnya ke kasur.
"Aku malu."
"Berarti ga usah berangkat."
Grace menggeram dan menghentak-hentakan kakinya tanda kesal. Feli tidak peduli, membuat Grace makin kesal.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanic isn't just 'bout romance (End)
Historia CortaMengisahkan sebuah keluarga kecil yang berencana mudik ke kampung halamannya. Tapi nyatanya mereka tak pernah sampai. Cover: Aku yang buat lautnya, kalo ice block-nya dari freepik. Tapi kalo diliat-liat covernya kayak bungkus rokok, ya.