Dio Sang Tapak Maut

193 28 2
                                    

"Dioooooooooo"

Suara pagi yang menggema seisi kelas akan suara nyaring yang tak elegan masuk ke telinga seorang anak lelaki imut yang sedang asik membaca buku pelajarannya.

"Apasih Bakri"
"Lu tau kagak, kalau suara lu udah kayak knalpot motor rakitan anak alay" amuk Dio si cowok imut namun jiwanya bak pencabut nyawa

"Kagak Yo"
"yuuk ke kantin"
"gw laper" ajak Bakri si cowok berparas cantik sambil menaruh ranselnya di laci meja, dan ingat ya cantik disini bukan karena Bakri doyan dandan seperti cewek, tapi memang untuk ukuran cowok wajahnya terlihat cantik

"hummm, gimana ya"
"gw sih mau aja"
"tapi gw gak yakin loe sempat" ucap Dio setengah-tengah seolah berpikir

"emangnya kenapa Yo?" tanya Bakri bingung

"emang loe udah ngerjain PR sejarah haaah?" tanya Dio tak yakin dengan Bakri

"Haaah serius loe ada PR sejarah"
"Demi apa?" tanya Bakri panik sambil membuka ranselnya

"Demi Alex beserta bidan yang ngebantu proses kelahirannya, puas loe" bentak Dio, namun sekarang dia merasa menang telah membuat Bakri kalang kabut

"anjiiir, iya benar gw lupa"
"mana mapel sejarah kelas pertama lagi" ujar Bakri kelabakan

Dio yang merasa senang melihat Bakri yang nampak cemas bersiap-siap akan pergi dengan membawa dompetnya.

"Yo,, Loe mau kemana?" tanya Bakri serius

"Ke kantinlah"
"kan loe yang ngusuli tadi" jawab Dio enteng

"pinjam buku loe dong!" Bakri memelas

"kagak, itu bukan minjam tapi nyontek anjiir" tegas Dio

"Please" Bakri memohon

Bakri memohon sambil melakukan ekspresi dan gerakan imut untuk membujuk Dio, namun yang terjadi adalah tangan mungil namun kuat itu dengan mulus mendarat ke kepala Bakri

"Anjiiir sakit" Bakri mengaduh sambil mengelus kepalanya

"gw benci kalau loe nunjuki gaya dan ekspresi kayak gitu ya" bentak Dio sambil menyodorkan buku PR nya
"Jangan kasi contekan ama siapapun"
"setelah itu masukan lagi ke tas gw" tegas Dio dan dibalas dengan senyuman manis Bakri yang merasa menang walau kesakitan

Dan munculah cowok sekelas mereka dengan kulit sedikit eksotis, namun tampan dan menjadi salah satu sosok idaman para siswi di sekolah

"Napa si Bakri, Yo?" tanya Ijong pemuda berkulit agak eksotis tadi

"Gw pukul" tanya Dio enteng

"loh, emang salah apa?" tanyanya lagi

"gw jijik liat ekspresinya yang mau nyontek PR gw" jelas Dio lagi

"Serius ada PR?" tanya Ijong kaget

"iye, PR sejarah" jawab Bakri namun sambil mengerjakan PRnya

"anjiiir gw lupa"
"Yo, gw ikutan nyontek ya" pinta Ijong merayu

Mendengar itu seketika tangan Dio gatal dan melayanglah tamparan kedua di pagi ini di kepala Ijong. Ijong tentu saja mengaduh, namun Dio berlalu keluar dari kelas itu menuju kantin.

Baru saja Dio ingin mendudukan bokongnya di kantin, namun sudah mendengar suara kebisingan lain yang memanggil-manggil namanya dengan suara besar dan annoying bagi telinganya

"Dio..Dio..Dio" panggil cowok tampan dan tinggi bernama Chandra

"anjiir, napa sih gw gak bisa tenang" keluh Dio mendumel

Memang kebiasaan Chandra kalau manggil nama Dio gak cukup sekali, padahal tidak dengan yang lain, dia bisa manggil nama orang lain hanya dengan sekali panggilan.

"Ohh Dio-ku...Ohh Dio-ku" panggilnya kali ini dengan irama yang menambah annoying bagi yang memiliki nama

"Apasih Chan"
"Lu bisa manggil gw biasa aja gak sih?" bentak Dio

"Humm, udah kebiasaan"
"jadi gak enak kalau manggilnya biasa aja" jawab Chandra enteng

"Serah lu dah" Dio nyerah, karena mau dilarangpun Chandra akan tetap seperti itu

Mendengar hal itu Chandra tersenyum puas penuh kemenangan, dia menyuapi nasi uduk Bik Ijah salah satu penjual di kantin sekolah ini

"Btw lu napa cuma makan roti ama susu kotak Yo-ku?" tanya Chandra heran

"please ya Chan, jangan panggil gw Dio-ku"
"Lu gak geli ngomong kayak gitu ke gw?" Dio kembali kesal

"gak, biasa aja gw"
"malah nyaman aja gitu" jawab Chandra enteng

"fix lu sakit jiwa kayaknya" bentak Dio lagi

"Gimana ceritanya gw sakit jiwa Yo-ku"
"kan separuh jiwaku udah bersamamu..eaaa,eaaa" Chanyeol mulai melakukan gombalan nyeleneh

Namun mendengar hal itu membuat Dio pun bangkit dari duduknya, lalu menendang kursi kantin berbentuk panjang yang mereka duduki itu sehingga Chandra terlentang ke belakang, dan reflek para siswa yang melihat itu kompak tertawa

"Anjiiiir, sakit Yooo" rengek Chandra yang terduduk di lantai kantin

"makanya lu jangan aneh-aneh" tegas Dio sambil menolong Chandra bangun

"masih sakit nih"
"tanggung jawab loh" Chandra merengek

"apaan tanggung jawab"
" emang lu gw hamili" balas Dio

"enak aja, gw kan cowok, masa hamil"
"yang ada lu yang gw hamili" balas Chandra pada Dio rada ngegas

"Ya gw juga cowok, hamil apaan?, anak curut" ejek Dio

"Ya bayi kita berdua lah" jawab Chandra santai

Dio langsung menatap Chandra tajam, menyadari hal itu membuat Chandra langsung cemen dan salah tingkah.

"Becanda Yoo"
"Ahh Lu becanda aja langsung gitu deh" Chandra berusaha menenangkan kondisi sambil tersenyum bodoh.

Di tengah kondisi genting itu tiba-tiba muncul Sechan, si pria tampan dan berawajah pucat itu bingung dengan suasana yang terlihat canggung diantara Dio dan Chandra

"ada apa nih"
"Kok hening amat?" tanya Sechan heran

Namun tak ada jawaban dari keduanya,Chandra masih menyuap makanannya sambil tertunduk tak berani berkutik, sementara Dio tetap menatap horor ke arah Chandra.

"Yo,, gw mau tawari lu sesuatu"
"anak drama nyari peran utama buat acara drama mereka"
"gw kepikiran ama lu, karena kayaknya cocok banget ama lu" ucap Sechan serius

"gw gak bisa akting Han" jawab Dio langsung

" gw udah kepilih jadi pemeran utamanya, disitu gw jadi pangeran, nah kami kurang pemeran putrinya Yo" tawar Sechan gigih

"maksud lu gw jadi putri?" tanya Dio kesel

"mampus deh" ucap Chandra pelan sambil membuang mukanya, karena dia merasa situasinya tambah mencekam

"Iya, Mau ya Yo"
"Soalnya di naskah karakter putrinya itu imut,cantik,putih, bibir indah seperti cherry"
"dan sumpah gw ngenayangi lu"
"gw yakin kalau lu dipakein wig pasti cantik dan manis banget Yo" mohon Sechan serius

"Ngadi-ngadi lu yaaaaaah" Bentak Dio dan diiringi dengan tonjokan ke perut Sechan.

Sechan langsung terkapar, Chandra tak sanggup melihat lagi kondisi mengerikan ini, dia hanya membalikan badannya seperti tak melihat apapun, sementara Dio berlalu meninggalkan dua pria yang masing-masing sudah menerima jatah kemarahanya pagi ini.

Continue

Dio & ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang