Flashback

97 19 0
                                    

2 tahun lalu

Impian dan janji Chandra kepada sahabat-sahabatnya SMP nya untuk masuk ke STM yang sama sirna, karena ayahnya ditugaskan kembali ke kota kelahiran ayahnya. Chandra sangat sedih, dia seperti merasa berkhianat akan janji sendiri. Sebenarnya dia berniat tetap tinggal di kota itu dan tetap bersama sahabat-sahabatnya, namun dia hanya remaja lima belas tahun kala itu dan orang tuanya tak mungkin membiarkan Chandra tinggal sendiri tanpa keluarga yang mengawasi.

Kesedihan Chandra berlarut-larut bahkan setelah sampai di kota kelahiran ayahnya. Rasa sedihnya masih tak reda walau di kota ini dia memiliki sepupu lelaki yang usianya sama dengannya yang bernama Bakri. Baginya Bakri terlalu berisik, bawel dan tak bisa diam, padahal aslinya diapun seperti itu.

Chandra memutuskan berjalan-jalan sendiri sore itu demi sedikit menghilangkan rasa sedih dan galaunya, serta menghabiskan sisa waktu seminggu sebelum dia akan memulai masa SMA-nya.

"Masa SMA kata orang indah, tapi kenapa aku merasa galau dan tak bersemangat" keluhnya sambil melempar kerikil-kerikil ke dalam sebuah danau buatan di tengah kota

Chandra bolak-balik menghela nafas, karena sudah berapa hari disini namun perasaannya tak kunjung membaik, namun tiba-tiba terdengar suara seperti panggilan di sebelahnya.

"Heii"
"berapa banyak lagi kerikil yang akan kau lempar di kolam itu?"
"apa kau mau membuat bangunan di dalam sana?"

Si pemilik suara itu tampak bingung dengan apa yang dilakukan Chandra. Dan saat Chandra berbalik ternyata hanya seorang anak kecil yang keliatan masih sangat imut dan jauh lebih muda darinya.

"Heii Dik, sejak kapan kau duduk di situ?" tanya Chandra kepada pemilik suara

"Dari tadi, kau saja yang tidak tau" jawabnya

"Heii kau"
"Dengan orang yang lebih tua harus sopan ya"
"panggil abang, kakak atau apa gitu" Chandra sedikit merasa tersinggung karena si pemilik suara yang terlihat jauh lebih muda darinya tapi memanggilnya hanya dengan 'kau'

"Huffff, emang berapa umurmu, sehingga aku harus manggil kamu abang atau kakak?" tanyanya serius

"Kau tau, seminggu lagi aku akan masuk SMA"
"kenapa bocah sekarang gak ada sopan santunnya ya" Chandra mulai kesal sekarang

Namun bocah lelaki itu hanya menggeleng dan bangkit dari duduknya di pinggir kolam. Dia mendekati Chandra dan mengulurkan satu buah es krim lilin yang masih terbungkus.

"makanlah ini"
"aku tau dari tadi kau keliatan kesal,semoga es krim ini bisa hilangin kekesalanmu" Bocah itupun pergi meninggalkan Chandra

Chandra terdiam, namun setelah beberapa saat dia tersenyum sendiri sambil membuka bungkusan es krim lilin dari si bocah tersebut.

"dasar bocah lucu walaupun sedikit kurang ajar"
"tapi kenapa dia sangat imut ya" ucap Chandra sendiri

Seminggu kemudian

Chandra sudah berada di SMA nya sekarang. SMA nya cukup bagus dengan fasilitas dan sejumlah ekskul bagus yang dapat dipilih para siswa. Namun hati Chandra masih berbekas rasa sedih kenangan sahabat-sahabatnya di SMP yang lama.

Semua anak baru dikoordinasikan untuk melihat papan seperti papan mading. Ternyata di sana sudah tertempel nama-nama siswa dan mereka akan masuk di kelas yang mana. Walau sedikit malas namun Chandra tetap tak mau kalah dengan anak-anak baru lain, dengan tubuh tingginya dia berhasil mensabotase dan menemukan namanya.

"Heii Chan Lu di kelas berapa?" tanya Bakri yang tiba-tiba ada di belakangnya

"kelas 1-3 gw"
"Kalau Lu?" tanya Chandra balik

"kelas 1-1" jawab Bakri, dan hanya dibalas Chandra dengan anggukan

Namun tiba-tiba Bakri memanggil seseorang yang berada di depan kami dengan cukup histeris.

"Diooooo" Bakri langsung menerkam anak itu, namun terlihat anak itu kurang nyaman

"Lu manggil ya manggil aja"
"napa kayak Toa masjid banguni orang sahur anjiir" terlihat anak itu kesal dengan kelakuan Bakri

"Ya ini ungkapan senang gw Yo"
"Kita bukan cuma satu sekolah tapi juga sekelas lagi kayak SMP" riang Bakri

"Gue yang sial anjiir"
"kayaknya gue harus mandi air kembang tujuh rupa biar gak ketempelan ama Lu terus Bak" kesal Dio

Chandra melihat dengan intens wajah Dio, baginya wajah Dio tidak asing, dan setelah diingat-ingat Chandra tersenyum lebar.

"Ya ampun bocah itu"
"ternyata dia seumuran denganku" dan sekarang Chandra bukan hanya tersenyum namun sedikit tertawa

Bakri yang melihat Chandra agak aneh sekaligus bingung dengan sepupunya itu, namun Bakri tetap memanggil Chandra untuk diperkenalkan kepada Dio.

"Chan, nih kenalkan sahabat gw dari SMP, namanya Dio"
"Dan Dio, ini sepupu gw Chandra"

Dio dan Chandra saling mengulurkan tangannya untuk berjabatan. Dan Chandra sepertinya menyadari sesuatu kalau Dio tak mengenali dirinya. Chandra tersenyum lebar dan menjabat tangan Dio dengan sangat erat, sementara Dio merasa canggung dengan cara menjabat Chandra yang seperti itu.

"bisa udahan kan jabat tangan gw"
"gw masih ada urusan" tanya Dio datar

Chandra yang tak sadar akan kelakuannya itu menjadi malu sendiri. Dia jadi takut kalau Dio berpikir aneh-aneh tentangnya, walaupun emang aneh.

"Ya silahkan Yo" Ucap Chandra malu

Entah kenapa wajah Chandra memerah sekarang, jantungnya berdetak saat berjabatan tangan dengan Dio tadi. Tapi yang pasti Chandra senang dan akhirnya menemukan semangat dan tujuan kembali untuk berada di sini, yaitu dari seorang Dio.

*flasback Off*

Continue

Dio & ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang