Keputusan

103 22 0
                                    

Sudah hampir seminggu setelah Chandra menyatakan perasaannya. Dio masih terus berpikir, dia tak bisa menghakimi perasaan seseorang, apalagi perasaan tersebut ditujukan kepadanya.

Dio terus berpikir saat di kelasnya, bahkan ocehan Bakri yang berisiknya gak berakhlak pun gak terdengar lagi di telinga Dio. Sampai-sampai Bakri heran melihat sikap Dio yang biasanya akan memulai ancang-ancang melayangkan tabokan ke kepalanya.

"Yo,, Lu napa dah"
"Dari tadi kayak banyak pikiran gitu" tanya Bakri heran

"Hummm, nggak ada apa-apa" elak Dio

"Apaan gak ada apa-apa"
"ceritain aja"
"tapi kalau masih belum mau cerita yaudah ntaran aja kalau Lu siap"

"iya Bak..ntaran aja gw cerita ya"
"kalau gw udah siap"

Dio langsung beranjak keluar ke kelasnya, berniat mencari udara segar. Dipilihnya duduk di bawah pohon taman belakang sekolah untuk berpikir sambil menenangkan dirinya. Namun tiba-tiba muncul pria tinggi yang membuat dia dari tadi berpikir. Yap itu adalah Chandra.

"Nape sendiri aja Lu"
"Mana duduk di bawah pohon lagi sendirian lagi"
"ntar kesambet Lu" Chandra berusaha bercanda dan ikut duduk di samping Dio

"Hummm Chan"
"Gw mau ngomong dan udah mutusi soal perasaan Lu ke gw waktu itu" Dio tampak ragu menyampaikannya

"ngomong aja Yo"
"apapun keputusan Lu gw terima kok"
"asal alasannya tepat dan buat Lu bahagia" Chandra meyakinkan Dio

"Sorry Chan, gw gak bisa nerima perasaan Lu"
"Kita bisa bersahabat kok"
"Lu bisa ngandeli gw saat Lu butuh sesuatu"
"kecuali soal uang ya, soalnya jajan gw juga pas-pasan" jawab Dio berhati-hati

"Humm, gw kecewa banget sih"
"tapi alasannya apa Yo?"

"sebenarnya gw bisa aja suka ama Lu"
"Lu gak ada celahnya sebagai cowok"
"tapi kembali lagi ini soal apa yang gw yakini"
"dan itu gak mungkin bisa gw lawan"
"Lu ngerti kan?" jelas Dio

"gw ngerti, tapi itu jadi masalah banget ya"
"apa perasaan kepada seseorang itu salah Yo"

"gak ada yang salah dengan perasaan kita Chan"
"Tapi gw gak bisa menghancurkan keyakinan yang gw anut dan yang diajarakan ortu gw dari kecil"
"Gw gak alim-alim banget, tapi paling gak gw gak mau melewati batasan itu Chan"

Chandra hanya termangu mendengar penjelasan Dio. Dia gak bisa menginterupsi kalau sudah menyangkut masalah keyakinan seseorang. Apalagi dia tau Dio seoarang yang cukup taat dengan keyakinannya, dan dia gak berhak untuk merusak itu.

"Lagian Chan, Lu suka ama gw murni karena pengen slalu dekat ama gw aja  kan"
"bukan karena maksud kotor gitu"
"jadi mulai sekarang gw siap untuk jadi orang yang slalu ada di dekat Lu"
"kan slalu deket bukan berarti harus pacaran" Dio meyakinkan Chandra dengan tenang, dan Chandra hanya mengangguk

"Hummm kalau peluk boleh gak?" tanya Chandra dengan tampang melas

"sekarang banget nih?" tanya Dio balik, dan Chandra hanya mengangguk

Dio mendekat dan memeluk Chandra dengan agak ragu. Sementara Chandra makin mengeratkan pelukannya hingga tubuh Dio tenggelam di dalam tubuh Chandra yang lebih besar dan jangkung.

"Makasih ya Yo, udah bisa nerima gw walau dengan cara yang berbeda"
"gw sayang banget ama Lu Yo" tutur Chandra

"Iya Chan.. Gw juga udah mulai sayang ama Lu, dan cara sayang itu gak perlu dengan kita harus pacaran"  balas Dio yang mulai relax di dalam pelukan Chandra.

End

Sorry endingnya gw sesuaikan dengan culture negara dan keyakinan kita, jadi gw hanya menampilkan bromance doang gak bisa lebih.. Terima kasih dan sorry jika tidak sesuai dengan harapan.

Dio & ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang