7

17 1 0
                                    

Senyummu menyebalkan
Tapi marahmu sungguh bikin kecanduan...

-Elang
@Eagle's moon
-------

"45 dikali 10 berarti dibagi 15 itu 30..."

Argh! Fokusku buyar karena gadis disampingku yang selalu komat-Kamit.

Cukup sudah aku sudah tidak tahan lagi.
Aku tidak suka kebisingan.

"Ck! Bisa gak lu diem? Daritadi gue gak bisa fokus!" Akhirnya ku keluarkan uneg-uneg yang sedari tadi ingin ku keluarkan.

Dia menatapnya sekilas, namun memilih untuk mengabaikanku.

What the--?! Elang ganteng dikacangin?! Wah parah ni bocah!

Tiba-tiba sebuah ide jahil muncul di otakku yang jenius ini, langsung saja ku pegang rambutnya lalu memainkannya dan sesekali menghirupnya.

Lumayan wangi juga

Dia tersentak. lalu, menatapku dengan mata melotot horor.

Lucu.

"Maksud lu apa mainin rambut gue gitu?!" Dia menatapku kesal.

"Orang sakit bisa marah juga ternyata," gumamku. tanganku masih memainkan rambutnya seperti tadi.

Aku mendongak. Kulihat wajahnya memerah, salting?

"Gue cuman sakit bukan mati," ketusnya seraya menarik rambutnya dari genggamanku

"Muka lu...merah." ku coba menyentuhnya namun sayang sekali ditepis olehnya.

"Panas!" jawabnya sembari mengipas-ipas wajahnya dengan tangan.

Bukankah ini lagi musim hujan? Lagipula AC di kelas juga dinyalain, terus kenapa bilang panas?

"Lu salting?" Aku menyeringai jahil.

"G-gue mau ngerjain soal Mtk dulu, bye!"

"Bukannya udah selesai?" tanyaku lagi seraya mengangkat sebelah alis.

Ku akui meski Mak lampir ini galak + ngeselin tapi dia pintar. Sedikit.

"Elang," panggilnya dengan suara jahanamnya membuatku menatap curiga teringat akan kejadian dia menjambakku dan menjebakku dalam mie ayam 20 sendok sambal.

"Apa?" ucapku penuh was-was.

"Lu tau gak persamaan lu sama matematika?" tanyanya tiba-tiba.

Ini dia mau ngegombal atau gimana?

"Gak. Apa tuh?"

"Kalian sama-sama sulit untuk ditaklukkan tapi bikin tertarik...gue suka." Dia menatapnya dalam membuatku agak terlena dalam tatapannya.

Wait...wait. dia tadi bilang suka?!

Aku berdeham. "Sa ae lu Mak lampir."

"What the--?! Mak lampir?!" pekiknya membuat banyak mata menatap ke arah kami.

Aku langsung menutup wajahku dengan buku, hufft malu-maluin ni anak.

Eagle's MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang