✨16✨

806 63 28
                                    

Draco kembali menoleh kebelakang, merasa bahwa seseorang mengikutinya di jalanan sepi setapak daerah Godric, melangkahkan kaki menuju pemakaman keluarga yang sedikit lebih jauh pada undakan tanah yang tinggi dibanding kuburan umum dibawahnya.

Ia berdehem pelan, mencoba mencairkan suasana canggung saat beberapa orang nampak nya melirik ke arahnya dan bertanya-tanya tapi Draco tak perduli, mengeratkan jas hitam nya, melindungi diri dari terpaan angin malam yang membuatnya menggigil pelan. Ia dengan percaya diri menuju kuburan satu-satunya bibi yang sebenarnya tidak ingin ia datangi.

Melihat dari retina nya ia dapat membaca dengan tepat bahwa nama Bellatrix tertera di sana, tanahnya sudah mengering di makan waktu, bukan kuburan baru dan juga tidak ada tanda-tanda bahwa tanah menyedihkan itu pernah di gali baru-baru ini, setidaknya itu cukup membuatnya bernapas lega saat beberapa hari belakangan ini ia seperti kesulitan menghirup udara, Masalah nya hanya satu, yang cukup menganggu pemikirannya bahwa Blaise berkata mungkin saja ini ulah bibinya.

Suatu hal yang tidak masuk akal. Tapi mengingat kenyataan bahwa dulu juga Voldemort bangkit dari kematiannya dan menyebabkan kehancuran tiada kira, membuat Draco mau tak mau merasa bahwa ini bisa masuk logika, dimana bibinya lah yang menjadi dalang dalam ini semua.

Draco menghela napas berat, uap udara mengepul dibuatnya. Ia memejamkan mata sejenak, kemudian membungkuk memberi penghormatan dan membuat sebuah rangkaian mawar putih dengan ujung tongkat kebanggaan nya dari balik saku jubah pelindungnya yang melapisi jas hitamnya.

Dugaan nya mungkin benar, bukan bibinya.

Pasalnya tanah makam masih seperti sedia kala tidak ada tanda-tanda seseorang mencoba untuk membangkitkannya atau semacam nya, jelas tidak mungkin dan ini memberinya hipotesa bahwa Bellatrix tidak terlibat didalam nya.

Merasa bahwa semua nya clear, ia berbalik hendak melangkah kan kaki menjauhi tanah yang memberinya kesan menghantui sebelum akhirnya dia membatu, termenung beberapa saat sebelum memutuskan untuk berbalik kembali, mendapati bahwa beberapa kelopak mawar merah menghiasi tanah makam itu, ia mengernyit, menoleh ke kiri dan kanan dan sadar bahwa makam bibi nya adalah satu-satunya yang ada di dataran tinggi ini.

Siapa yang mengunjungi Bellatrix sebelum dia?

XxX

"Kau sudah tau dimana toko itu?"

Blaise menggelengkan kepala, buntu dengan pertanyaan yang di lontarkan Nott padanya. Ia menghela napas, melempar punggungnya pada sandaran kursi dengan wajah yang tercetak jelas bahwa dia frustasi.

Minggu lalu, pada saat akhirnya Hermione harus dirawat intensif dan kementrian mencuri memori terakhir Hermione dan melihatnya dari pensieve, mereka tetap buntu dan tak menemukan dimana letak toko itu, Narcissa tidak dapat di andalkan.

Ingatannya tidak sebagus sepuluh tahun yang lalu dan semua orang tidak dapat menyalahkannya, manusiawi. Apalagi Narcissa tak melihat secara jelas bagaiman rupa Dan dimana tepatnya tempat aneh itu pasalnya itu juga bukan toko yang biasa orang datangi untuk membeli keperluan sebelum sekolah di Hogwarts, jelas berbeda, Seakan-akan toko itu hadir secara tiba-tiba dan menghilang begitu saja saat dia merasa berhasil melukai target nya.

"Tidak kah kau merasa ini cukup aneh Blaise?"

Pria itu tidak merespon, ia yakin dengan diamnya maka Nott tau ia juga memiliki pemikiran yang sama.

"Cissy bilang, dia ingin membeli kue, lalu dia berpisah dengan Hermione. Saat di toko tiba-tiba dia tertarik dengan permen licorice hitam. Tidak kah kau berfikir bahwa sesuatu terjadi disini? Sebuah adegan yang sepertinya hilang dan Cissy melupakan nya?"

Granger Of Veela (Dramione)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang