✨6✨

750 78 24
                                    

"aku memberi mu kesempatan menjelaskan apa keperluan mu." Wanita cantik berambut pirang tengah duduk pada sebuh kursi singgasana sembari mengelus pelan rambut pirangnya yang terjatuh indah melewati bahu nya, wanita itu tersenyum sembari sesekali menggumamkan sebuah alunan simfoni ambigu yang merdu.

Kedua pasangan suami istri itu mendesah pelan sembari saling menautkan pegangan tangan, menelan ludah susah payah dan bulir-bulir keringat mulai berjatuhan melewati pelipis hingga jatuh ke lantai.

"K-kami kemari ingin meminta tolong." Jean mulai membuka suara melirik sekilas pada suaminya yang nampak menunduk, entah apa yang tengah ia pikir kan.

"Apa itu?" Sang wanita mulai penasaran, duduk lebih tegak dari sebelumnya dan menopang dagunya dengan tangan kanan.

"Tolong lindungi putri kami." Katanya tegas. Wanita pirang itu mengerutkan keningnya bingung, ia meraih cawan perak dari atas meja dan meneguk isi nya, suara kelegaan nampak mewakili rasa puasnya terhadap kehausan.

"Oh begitu? Lindungi dari apa?" Kekeh nya.

"Putri kami adalah seorang penyihir, dia bersekolah di Hogwarts dan kami tau dia akan menghadapi perang besar bersama kawan-kawan nya, kami mohon lindungilah dia." Kali ini Hector yang angkat bicara, tangan keduanya masih saling bertautan enggan untuk dilepaskan. Veela mengerutkan keningnya dalam, kebingungan nampak tercetak jelas dari wajah cantik menawan nya, pipi nya yang kemerahan sangat kontras dengan warna kulitnya yang bahkan mungkin hampir transparan mencetak samar urat-urat nadi di sekujur tubuhnya.

"Akan terjadi perang di Hogwarts?" Tanyanya bingung yang disambut anggukan kepala oleh kedua orang yang bersimpuh di depannya.

"Kau-tau-siapa bangkit dan akan memulai perang di Hogwarts, aku yakin putri kami akan terlibat di sana, jadi kami mohon tolong lindungilah dia." Veela menganggukkan kepala nya paham, kau-tau-siapa belakangan sangat meresahkan dunia sihir dan dia tentu tau siapa itu.

"Oh tentu aku bisa membantu kalau begitu." Katanya, Hector dan Jean nampak tersenyum sumringah menghela napas lega secara bersamaan setelah sebelumnya nampak ketegangan.

"Tapi tentu dengan syarat." Katanya yang membuat pasangan itu saling pandang dan senyuman mulai menghilang.

XxX

Hermione terbangun dari lelap nya, ia bangkit begitu menyadari bahwa ia tertidur dilantai tepat didepan sofa krem, kemeja putih yang ia kenakan nampak lusuh dan berantakan, ia terkesiap mengingat bayangan apa yang terjadi semalam membuat dadanya kembali sesak ditambah pula potongan mimpi tadi seakan merasuki otaknya secara paksa dan membuat kepalanya berdenyut sakit.

Susah payah ia berdiri karena lututnya dilanda nyeri, satu buah goresan panjang tercetak di sana sisa semalam saat ia tak sengaja menubruk meja, Hermione menghela napas, sakit pada selangkangannya justru lebih kontras.

Ia berjalan tertatih menuju kamar dan mulai membuka kemeja sembari melanjutkan menuju kamar mandinya, ia memutar keran air dan membiarkan cairan bening itu berkumpul memenuhi bathtub selagi ia masuk kedalam nya dan bersandar pada marmer, kepala nya kembali berdenyut sakit, matanya terasa berat bahkan bengkak dan sembab. Ia menggosok kasar seluruh tubuhnya dengan busa mandi demi menghilangkan segala jenis yang menempel di badannya sisa semalam, Hermione kembali terisak merasa jijik dengan tubuhnya sendiri.

"Arghhhh!" Teriaknya frustasi sembari menarik rambutnya sendiri dari kedua sisi, ia marah, marah pada ketidakberdayaan dirinya sendiri untuk menolak semua yang terjadi. Harusnya ia bisa, bisa menghempaskan cengkeraman tangan Draco, bisa lari sekuat tenaga dan berApparate dari sana, bisa menghindari pria itu, bisa pergi jauh atau bahkan bisa tidak perlu hadir pada jamuan itu.

Granger Of Veela (Dramione)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang