Berterima kasih tak akan sulit kalau kalian benar-benar merasa terbantu dengan orang itu.
Ya kan?
••••Kenapa aku merasa diikuti seseorang dengan motor? Perasaanku bercampur aduk saat itu. Apa aku akan mati ditangan orang itu?
Dulu pemikiran ku begitu kekanak-kanakan. Bibirku tertarik sebelah menunjukkan senyum miring dan tatapanku berubah menantang. Saat itu aku tak menyadari kalau ada yang berubah dalam diriku secepat itu. Aku baru menyadari beberapa waktu setelahnya kalau aku memiliki kepribadian ganda.
Kulihat spion dan menancap gas, motor besar itu, seperti menantang maut dengan mengejar ku. Walau mobil sport ku cepat, tapi sepertinya orang itu mampu menyeimbangi.
Begitu kutemui tikungan tajam, langsung kuputar stir penuh sampai mungkin suara gesekan ban dan aspal sangat bising. Belum lagi asap yang mengepul. Senyum puas tercetak di wajahku saat berhasil mengelabuinya. Harapan ku saat itu adalah orang itu mati saja disana. Lagian untuk apa dia mengikuti ku?
Ku tancap gas dan mobil melaju seperti terbawa angin sangat cepat. Kubuka atap mobilku merasakan hembusan angin malam yang membuat rambutku yang terikat ikut menari atas tiupan angin.
Kepalaku serasa akan pecah saat tiba-tiba aku merasa baru kembali lagi kedalam tubuhku. Hal itu sering terjadi dan membuatku curiga dengan yang terjadi di diriku sendiri.
Perjalanan panjang yang membuahkan hasil. Dengan rekaman itu, kali ini pasti papa akan mengakui ku. Begitu keyakinan ku saat itu.
.
.Sekembalinya ke kediaman besar itu, aku langsung memarkir mobilku di besment.
•
Aku berjalan masuk memutar-mutar kunci mobil dengan jari telunjukku.
"Kau sudah pulang Tzuyu?" Papa datang mengejutkan ku. Kenapa harus bertanya kalau jelas-jelas saat ini aku berdiri dihadapannya.
"Papa boleh minta bantuan mu?" Aku seketika teringat rekaman yang kubawa tadi, tapi memutuskan menunggu papa menyelesaikan pesannya.
"Papa mau kamu besok terbang ke Paris, gantikan papa." Hey ayolah, apa aku saat itu benar-benar harus melakukan nya?
"Tapi pa, sekolah Tzuyu?"
"Masalah gampang. Cuma kamu yang papa percaya untuk hal ini." Papa mengelus suraiku dan tersenyum.
Saat itu aku benar-benar tak bisa menolak papa, apalagi dengan kepercayaan nya. Tapi aku saja masih menjadi siswa sekolah menengah atas, sulit melakukan pekerjaan besar seperti itu. Kalau dipikir-pikir itu alasan yang bagus untuk menghindari drama aneh sekolah itu. Benar juga.
Aku mengangguk paham dan membalas dengan pelukan.
"Maafkan papa. Bukannya papa tidak sayang dengan Tzuyu, tapi...""Sudahlah pah, Tzuyu juga berterima kasih papa mau merawat Tzuyu."
Papaku Choi Siwon, tapi jangan kalian panggil beliau dengan namanya. Dia tak akan suka. Orang mengenalnya dengan nama Mr. Harry. Sepertinya bukan hal yang tabu lagi bagi orang-orang seperti kami yang memiliki nama lain seperti itu.
"Ya sudah, besok Yeonie akan membantumu." Papa menepuk pundak ku lalu memintaku masuk ke kamar untuk beristirahat.
.
.Ku baringkan tubuhku, memang satu-satunya hal yang tak pernah mengecewakan ku adalah merebahkan tubuhku di kasurku yang nyaman.
Ku pejamkan mataku, mungkin ketika itu aku lupa masih mengenakan jaket hitam dan sepatu. Hari yang panjang. Besok pun aku harus siap menghadapi maut kalau-kalau gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death Flower~
FanfictionS1 on going. Jangan dibaca dulu kalo ndak mau bingung, masih ada perbaikan penulisan, tapi sayang klo di td🙏 Can you fight for me? Can you fight for justice? Byeonhosa-nim...