TDF~11||Bright spot

203 45 2
                                    

Pembohong besar sama dengan penyihir yang ulung

•••~~•••

Singkat cerita hari itu adalah hari yang paling aku tunggu. Ujian kini berakhir dan aku benar-benar bebas dari sekolah aneh itu.

Sebagai ucapan terima kasih ku, aku memberi kenang-kenangan untuk Kim Ssaem. Tak banyak, hanya mobil bermerek 'Porsche' saja. Tentu awalnya Kim ssaem terlihat bingung dan menolak, tapi setelah beberapa patah kata dari Yeonie, akhirnya beliau menerima. Jujur yg aku pikirkan saat itu Yeonie mengancamnya untuk menerima hadiah itu, tapi ya siapa yang tau?


"Ey! My friend! Ciee yang sudah lulus."

"Bisa nggak perlu ngagetin kan?"

"Kayaknya sih nggak."

"Terserah aja!"

"Btw, kamu beneran diterima di Jaegu Univ jurusan hukum?" Tanyanya.

"Hm"

"Sip! Berarti aku antar jemput lagi ya?"

"Hah?"

"Bareng lagi kita. Hehe." Chaeyoung hanya menyengir yang menampakkan lesung pipi nya.

"Astaga! yang bener aja kamu?" Tanyaku terkejut.

"Itu namanya takdir, Tzu."

"Nggak ya! Katanya kamu mau ke fakultas kedokteran?"

"Nggak jadi tuh ternyata."

Aku hanya bisa menghela nafas panjang sekarang. Dalam bayanganku saat itu hanya bagaimana aku bisa bertahan selama 4 tahun lagi dengan Chaeng.

"Ngomong-ngomong, mau ke rumah-...?"

"Kamu sendiri saja. Aku sibuk." Alasanku memotong pertanyaan Chaeng karena tau arah tujuannya.

"Cih memang sibuk apa? Paling juga sibuk jalan-jalan seperti dulu bolos terus."

Aku menghentikan langkahku dan menatap Chaeng datar. Sepintas aku teringat dengan adikku, Jian yang saat itu berada jauh dari kami. Andai kau tau aku Chae..tak bolos, aku juga ingin hidup normal. Apa boleh buat dengan keadaan ku saat itu.

Chaeyoung dengan cepat memalingkan pandangannya dan terlihat salah tingkah.

"Err... Gini, maksudku... akhh aku antar pulang aja ya?"

Aku mencekal pergelangan tangannya.

"Tzu, so-sorry aku nggak maksud seperti itu."

Aku mengangkat sebelah alisku dan menggertak kan gigiku. Seolah aku lupa sesuatu, ya sifat pemarah ku mulai terlihat kembali.

"Nona Sal-.. ah maaf Nona Tzuyu, apa ingin saya antar hari ini?"

Panggilan Yeonie membuatku melepaskan cekalan tanganku. Chaeng meringis sambil mengusap-usap bekas merah dipergelangan tangannya.

"No, kamu duluan saja. Aku mau ke tempat lain sama Chaeyoung, iya kan Tiger?" Aku merangkul lehernya dan kulihat ia menunjukkan senyum terpaksa.

"I-iya..."

Aku tersenyum senang mendengar jawabannya.

Setelah itu, Yeonie membungkuk dan berlalu pergi meninggalkan ku dengan Chaeng. Ku perhatikan kembali wajahnya anak macan itu.

"Eh? Kamu kenapa? Sakit kah?"

"Gimana ya, mau bilang nggak tapi sakit. Mau bilang sakit tapi nanti tambah di getok." Keluhnya mendahului ku ke parkiran.

The Death Flower~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang