s e b e l a s

127K 16.1K 1.1K
                                    

Lelaki dengan ekspresi datar itu menatap tajam ke arah Divney, lantas meraih ponsel yang masih berada di genggaman Divney begitu saja.

"Balikin!" pekik Divney yang mencoba untuk menyahut ponselnya kembali.

Namun gadis itu langsung dibuat mematung kembali saat Devian menyorotnya dengan tatapan garang yang terlihat menakutkan.

Tampak Devian langsung menghapus video yang ada di dalam ponsel Divney, lalu dengan mudahnya ia membanting ponsel itu begitu saja. Sampai rusak dan hancur pada layarnya.

"Psycho gila! Itu hp baru gue, brengsek!" teriak Divney tersulut emosi saat menyadari jika ponsel barunya hancur di tangan Devian.

Dugh!

Tanpa di duga tiba-tiba Devian memukul dinding yang posisinya tepat di samping wajah Divney, membuat gadis itu semakin terbengong dengan rasa ngeri yang menyelimutinya. Devian mengunci pergerakan Divney di ujung lorong yang sepi.

"Lo pikir semudah itu berurusan sama gue?" hardik Devian, ekspresinya masih datar.

"Gak ngotak lo!" sentak Divney, wajahnya merah padam dengan ekspresi gusar.

Tak menggubris ucapan Divney, Devian semakin mendekatkan dirinya ke arah Divney, sampai-sampai gadis itu bisa merasakan hembusan napas segar Devian yang menerpa wajahnya.

"L-lo mau mesum, ya?" tanya Divney ragu-ragu, matanya tidak berkedip sama sekali.

Gadis itu semakin dibuat takut saat wajah datar itu tiba-tiba menyeringai. "Gue butuh jasa atas apa yang udah gue bayar."

Deg

"M-maksud lo?" Keringat dingin membanjiri tengkuk Divney.

"Gue tau siapa lo sebenarnya ... dan gue belum dapet apa-apa dari lo," tutur Devian, terdengar ngelantur di telinga Divney.

"Sialan!" sentak Divney, lalu gadis itu mendorong kasar dada bidang Devian sampai lelaki itu menjauh darinya.

Tak menyiakan kesempatan, Divney langsung berlari tunggang-langgang meninggalkan Devian. Gadis itu memilih untuk bolos sekolah lewat pagar belakang.

Sampainya di rumah, Divney langsung berendam di bath-up, mengguyur tubuhnya dengan cairan sabun yang cukup banyak. Entah apa yang sudah di siramkan Devian ke tubuhnya, yang jelas bau cairan itu sangat busuk dan menjijikan.

Siang berganti malam, sejak tadi Divney menunggu Angelina pulang, namun tampaknya sang Ibu tak kunjung menampakan batang hidungnya.

"Tuh cewek kapan pulangnya, sih?" gerutu Divney, mematikan puntung rokok di antara celah jari telunjuk dan jari tengahnya.

Berdiri dari sofa, gadis itu meraih jaket jeans oversize di balik pintu kamarnya, lalu bergegas pergi, berniat untuk menyusul Angelina ke club.

***

Suara musik yang mampu menggetarkan hati terdengar memenuhi telinga, kini Divney sudah berada di dalam club, di antara lautan para manusia yang tengah mencari kesenangan dunia.

Lalu gadis itu memilih untuk duduk pada kursi tinggi yang berada di meja bar, meminta segelas alkohol kepada lelaki bertubuh kekar yang ada di balik meja.

Bad AssociationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang