Bab 0.9 | Reka Ulang

12 7 0
                                    

Happy Reading! 🌔

• • •

"Aaaa ...!"

"Seperti ada yang teriak," ucap Gavril bingung.

Dari kejauhan terdengar teriakan yang cukup keras, hingga suaranya bisa terdengar di sekian kilometer tempat Gavril berdiri. Gavril mempertajam ingatannya, merasa kenal dengan suara itu.

Dengan gerakan gesit, Gavril menaiki tunggangannya. Memacu kudanya agar berlari secepat mungkin. Takut menyesal atas kemungkinan buruk yang bisa terjadi.

Sementara itu ... di belakangnya terlihat beberapa orang prajurit berusaha mengimbangi kecepatan Gavril. Mereka tidak ingin diberi hukuman, atas kelalaiannya mengawasi Gavril —Putra Mahkota Kerajaan Aster.

Meskipun Gavril seorang pemegang takhta yang mutlak, tidak dapat dipungkiri bahwa dirinya lebih senang hidup sebagai pengembara. Jauh dari kesenangan bergelimang harta nan berpesta pora. Dia lebih menikmati kesederhanaan pun ketenangan di setiap jejak petualangan yang tercipta. Darahnya memang bangsawan, parasnya juga rupawan, terlebih sikapnya yang luhur dan dermawan. Itu semua tidak membuatnya tamak atas derajatnya yang nyaris tidak bercela.

Gavril telah menjadi kesayangan di seluruh penjuru Kerajaan Aster. Pangeran yang berbudi dan berbakti, pun jua teramat dicintai. Sosok menantu yang paling diidamkan setiap kerajaan. Suami yang paling dimimpikan setiap perempuan. Ayah yang amat didambakan oleh setiap anak. Serta, calon Raja yang paling diharapkan oleh rakyat. Seorang penerus yang nantinya, akan menjalankan kekuasaan atas kesejahteraan yang setara.

Meringislah diksi memaparkan begitu sempurnanya sosok seorang Putra Mahkota dari Aster.

***

"Pangeran, mari kita kembali ke Kerajaan!" ajak Cleo —tangan kanan Gavril.

Tanpa mengurangi kecepatannya berkuda, Gavril menjawabnya sambil terus memperhatikan jalan di depannya."Ehm ... aku tidak akan pulang."

Cleo mengerutkan alis. Sekarang gilirannya yang memperhatikan jalanan di sekitar mereka. Dia merasa tidak asing dengan tempat ini. Hutan yang dikelilingi pepohonan lebat berdaun gugur. Suara jangkrik dan kodok terdengar saling bersahutan, menciptakan melodi mistis yang cukup membuat bulu roma berdiri.

"T-tapi, Pangeran ...  hari sudah gelap, dan sebentar lagi kita akan memasuki wilayah hutan kekuasaan Kerajaan Aeshtown," peringat Cleo.

Mendengar ucapan Cleo, membuat Gavril sontak menarik pemacu kudanya. Untung saja, kudanya tidak terkejut. Gavril tampak sedang berpikir, menimbang keputusan yang akan dipilihnya.

Helaan napas kasar terdengar. "Tidak, Cleo. Aku harus mencari tau suara tadi. Aku yakin, itu suara seseorang yang aku kenal. Hanya saja, aku lupa itu suara siapa."

Sekarang giliran Cleo yang menghela napas. Dia bingung, siapa juga yang berani memasuki wilayah Kerajaan Aeshtown? Terlebih jaraknya berpuluh kilometer dari Kerajaan Aster.

"Kembalilah ke Kerajaan. Kabarkan kepada ayahanda dan ibunda, bahwa aku tidak pulang malam ini," titahnya.

"Tidak, Pangeran. Saya tidak akan kembali sendirian. Pangeran ... ingin saya menjadi santapan lezat malam ini?" tanya Cleo, menambahkan nada jenaka dalam ucapannya.

Cleo melirik ke arah belakang. Memberi kode kepada prajurit yang lain untuk kembali ke istana. "Kalian, kembalilah ke istana! Kabarkan kepada Raja dan Ratu, bahwa Pangeran tidak akan pulang malam ini. Tenang saja, aku  akan menemaninya," ucapnya sebelum menjawab titah dari Gavril.

Hidden Truth [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang