Happy Reading!🌔
• • •
Bagaskara perlahan mulai tenggelam, kembali ke peraduannya untuk beristirahat. Namun, tidak menyurutkan semangat ketiga remaja yang tengah berlari dari kejaran segerombol orang bersenjatakan tombak. Ketiganya dikejar layaknya mereka adalah hewan buruan, yang kemudian disantap pemburu. Entah sudah sejauh mana berlari, mereka tidak peduli. Yang dipikirkan hanyalah cara agar tak diburu lagi.
Kenyataannya, berlari puluhan meter membuat Reni kelelahan. Terlebih, dia tidak mendapat asupan apa pun semenjak sampai di dunia antah berantah ini. Akhirnya, Reni ambruk di tengah jalan. Tubuhnya benar-benar sangat lelah.
Arch merasa ada yang tertinggal. Lantas, dia berbalik dan menatap heran pada Reni yang terduduk lemah.
"Ayo, Ren! Kamu mau ketangkap lagi, hah?!" teriak Arch.
"Aku … gak kuat, Arch," ucap Reni. Wajahnya pucat pasi, tenaganya benar-benar terkuras.
"Ayolah, Ren," ucap Arch sembari menghampiri Reni.
"Lebih baik aku ketangkap lagi aja, dari pada aku kepisah lagi sama ayah," ucap Reni. Dia tertunduk, pikirannya selalu tertuju pada sang ayah yang belum terselamatkan.
"Kamu tenang. Sekarang kita menyelamatkan diri dulu. Nanti, kita kembali ke sana untuk menyelamatkan ayahmu," ucap Arch berusaha membujuk Reni.
"Beneran, 'kan?" tanya Reni. Kedua mata indah itu menatap Arch penuh harap.
Arch segera mengangguk, tak ingin membuat Reni kecewa, lagi. Dia segera mengulurkan satu tangannya untuk membantu Reni berdiri. Namun, ada tangan lain yang juga mengulurkan tangan.
Reni memutar bola matanya, merasa aneh dengan dua pemuda tampan yang saat ini ada di hadapannya. Apa dia … harus memilih salah satunya? Tanpa pikir panjang, Reni segera menerima uluran tangan kedua pemuda itu.
"Ayo, kita bantu kamu jalan," ucap Arch. Dia memalingkan wajah ke arah lain, saat melihat satu tangan Reni yang dipegang oleh Gavril.
"Bentar, Arch. Aku … gak kuat buat jalan," ucap Reni.
Helaan napas terdengar dari Arch. Dia segera memosisikan diri berjongkok di hadapan Reni. Membuat gadis itu mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan yang dilakukan Arch.
"Naik ke punggung saya," titah Arch dengan nada dingin.
"A-apa?" tanya Reni tidak paham.
"Kamu gak tuli, 'kan, Ren? Cepat naik ke punggung saya! Saya mau gendong kamu," ucap Arch kesal.
Reni terpaku di tempat, otaknya yang lambat masih mencerna perkataan Arch. Membuat pemuda dengan bola mata biru bak lautan itu membawa kedua tangan Reni agar berada melewati bahunya dari belakang. Lalu, tubuh Reni sudah tidak menapak lagi di tanah. Arch benar-benar menggendongnya.
"Eh? Arch, turunin aku! Turunin ih," ucap Reni kesal. Dia menepuk-nepuk bahu Arch, berharap cowok itu mau menurunkannya. Namun, Arch seolah menulikan pendengarannya.
"Berhenti, kalian!" Suara seseorang dari kejauhan mengalihkan atensi mereka.
Segerombolan orang berpakaian prajurit Aeshtown berlarian mengejar mereka.
"Ayo, kita harus lari!" ujar Gavril. Dia kembali memimpin perjalanan tanpa arah yang jelas.
Arch kembali berlari dengan beban tubuh Reni di punggungnya. Memang terasa berat, tapi mana mungkin dia meninggalkan Reni di sini dan berakhir ditangkap, lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Truth [Segera Terbit]
Fantasía[Follow sebelum membaca~] Advance Team 5 - Aelius -A Fantasy Story- **** • Hidden Truth • Kehilangan Ayah karena kecelakaan misterius, membuat Berenice mengambil keputusan untuk melakukan penyelidikkan mandiri. Berbekal seadanya tanpa memikirkan ko...