chapter 2.7

201 29 0
                                    


hei, aku pernah mendengar sajak.
legenda hamparan hijau permadani, dan gagahnya batu. deras nya titisan air mata itu. yaa kau pasti tau itu. disanalah sajak itu bermuara.

.

dulu sekali, seorang anak bermain dengan riangnya di antara pepohonan. rupa wajahnya, kicau suaranya. tangannya menggenggam permainan. balon. salah satu kesukaanya. berwarna cerah dan menggantung diudara.

psst psst

mata anak itu awas, menilik tajam ke dalam pepohonan. 'siapa?'

mata tajamnya tak lepas dari dalam hutan. tangannya yang mengenggam balon bergetar. rasa penasarannya tak gentar.

perlahan muncullah sosok itu. hitam, besar, tak berwajah. mengerikan. pikir bocah itu.

'halo, kau butuh bantuan. tuan?'

sosok itu tak bergeming, 'jangan pernah menawarkan hatimu pada dunia nak'

DORRR

balon pada genggaman anak itu meletus. sekejap saja ia menangis. ketakutan. melihat sosok itu mendekat.

segera saja anak itu berlari pergi menjauhi sosok itu. sosok itu terus mengejar dan mengejar. anak itu berlindung pada kotak emas kata. dan rekahnya sinar.

sosok itu hilang. anak itu keluar perlahan dan kembali menuraikan senyumnya pada mentari. melangkah mantap dengan tetap menjaga utuh tampilannya.

.

dunia, sekarang.

kejadian itu sudah beberapa dekade berlalu kini aku tengah duduk bersandar pada pohon tua. hitam badanku, berubah menjadi besar. dan kehilangan senyum bahkan 'diriku'.

dan sekarang aku tengah melihat anak kecil bermain dengan riangnya dengan 'balon' ditangan. aku mengingatnya. heii? bukan kah itu adikku?

.

jika kau mengerti maksudku. kisah ini sudah diceritakan mulut ke mulut, generasi ke generasi. dan dipahami bagi mereka sang penggemar kegelapan malam dan misterinya sinar pagi.

;

𝐩𝐚𝐭 (𝐡) 𝐞𝐭𝐢𝐜 - SungtaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang