"Aku merasa mereka bisa mengetahui kebohongan."
"Apa maksudmu?"
"Kau tau, Pria Kim Dokja itu tersenyum semakin lebar saat salah satu dari kita mengatakan kebohongan. Dia sedikit mirip denganmu, manusia." Raon.
"Tapi..." Tidak ada kemampuan seperti itu di dunia ini.
"Mereka sepertinya tidak berbohong. Wanita itu terlihat sembrono karena kita terlihat tidak tau apapun jadi dia mengatakan segalanya." Choi Han.
"Tidak juga." Cale menambahkan.
"Maaf?"
"Mereka berasal Korea, tapi juga dari dunia yang berbeda dari Choi Han. Itu pasti salah satu kemampuan Kim Dokja." Cale.
"Kau bilang di duniamu tidak ada sihir bukan?"
* Diskusi kelompok Cale masih berlanjut dan disaat yang sama.
"Aku mungkin bisa menghubungi Yoosung-ah!"
"Apa maksudmu?"
"Kau tau, aku pernah mengatakannya ini seperti konstelasi merasakan hati inkarnasi. Aku merasakannya. Yoosung dan Gilyeong selalu bersama jadi mungkin juga ada disini."
"...."
"Bagaimana dengan putri bungsumu?"
"Ini masih belum. Mungkin biyoo akan segera mendatangiku. Lagipula disana masih ada Bihyung."
Yoo Jonghyuk tidak mendengar apapun karena terlalu larut dalam pikirannya. Karena itulah dia tidak menyadari ada seseorang dengan tampilan kepala pelayan yang mendengar mereka dengan jelas kebisingan mereka. Dari luar pintu pastinya.
Tuk.
Suara ketukan pintu membuat Kim Dokja dan Han Sooyoung diam, "Masuk." Katanya.
Seorang kepala pelayan tua datang dengan teh ditangannya.
Yoo Jonghyuk mengangkat kepalanya menatap orang tua itu.
- bau darah... Dia adalah seorang pembunuh.
- oh, pembunuh.
- hah, mungkin dia disini untuk membunuhmu Jonghyuk-ah!
- Ngomong-ngomong jika aku mati disini apakah kalian bisa kembali?
- oho! Kau lucu sekali, apa kau tidak mengharapkan bertemu mimpi kuno?
- berisik.
- aku mungkin tidak ada loh~
- hahaha dipikir-pikir pria berambut merah tadi terlihat seperti Protagonis.
- huh? Bukankah yang terkuat adalah Swordmaster itu?
- kau seharusnya membaca lebih banyak novel Han Sooyoung saat pulang.
Han Sooyoung terlihat seakan sudah terbiasa dan Kim Dokja tersenyum mengejek pada Yoo Jonghyuk.
Pelayan tua yang tidak tau apa-apa itu menuangkan teh kecangkir ketiganya.
"Hei, kau tidak khawatir jika inkarnasimu dan Lee Gilyeong tersesat di dunia ini?"
"Hal itu tidak mungkin terjadi karena mereka bersama perusahaan."
"Sangat santai? Bagaimana jika mereka terbunuh saat tidak ada?"
"Heh, kau bercanda." Kim Dokja tersenyum. Orang ini berpura-pura tidak tau kemampuan mereka.
"Hei." Yoo Jonghyuk.
"Apa?"
"Aku memikirkan ini sejak awal. Wajahmu tidak kabur..."
"Huh! Pantas saja aku merasa ada yang salah! Wow, wajahmu saat tidak lagi tersensor lumayan! Apa ini karena disini tidak ada star stream?" Han Sooyoung berdecak kagum.
"Kau menghina? Wajah Cale Henituse bisa menampar Yoo Jonghyuk sebanyak 2 kali."
"... Kenapa kalian lagi-lagi? Aku hampir tidak percaya Kim Dokja tidak mengetahui ini sama sekali saat dia membaca semua bab-" Yoo Jonghyuk mengeluh.
"Oh ayolah! Kau bisa bertanya Han Sooyoung!" Kim Dokja berdebat.
"Dasar tidak sopan."
"Apa kau bilang?"
"Kita sedang dirumah bangsawan. Kalian tidak tau cara minum teh dengan anggun?" Han Sooyoung sombong. Dia telah menjadi ratu selama bertahun-tahun dipulau Kaizenix.
"Aku tau." Yoo Jonghyuk mengerutkan kening.
"...." Kim Dokja memutar bola matanya malas. "Dasar wanita tua." Kim Dokja mencibir dan mengangkat cangkir dengan acuh.
Melotot, Han Sooyoung menginjak kaki Kim Dokja. "Dasar tidak sopan! Itu usia Yuri! Inilah alasan kau jomblo sejak lahir! Bahkan tidak tau jika usia wanita adalah hal tabu untuk dibicarakan." Dia menggerutu.
"Kenapa aku harus memperhatikan wanita disaat hidupku bahkan tidak lebih baik sebelum kiamat." Cibirnya angkuh.
"Oh benar. Kau adalah pekerjaan kantoran yang miskin dan kontrakmu hampir habis saat itu~"
"Heh, kau kira lebih banyak koin milikku atau Yoo Jonghyuk?" Kim Dokja tersenyum meremehkan.
Yoo Jonghyuk kesal. Kenapa setiap mereka berdebat selalu membawa-bawa namanya?
"Ngomong-ngomong apa disini menggunakan koin sebagai mata uang?" Yoo Jonghyuk mengalihkan topik.
"Benar." Kepala pelayan ini mengangguk sopan.
"Itu bagus! Kukira kita tidak akan bisa melakukan apapun sampai Biyoo ada untuk membukakan tas dokkaebi." Kim Dokja menghela nafas.
(Pintu terbuka.)
Mereka bertiga menyadarinya tapi memilih melanjutkan percakapan.
"Bahkan jika ada, tanpa para konstelasi kau tidak bisa menghasilkan uang.""Kita hidup bergantung pada bajingan yang membuat hidup kita sengsara. Ironis sekali." Han Sooyoung tersenyum pahit.
"Berhenti, sekarang aku juga seorang konstelasi. oke?"
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Cale.
Menoleh padanya, Kim Dokja tersenyum.
"Kami hanya berbicara mengenai mata uang. Syukurlah koin masih bisa digunakan disini."
"Kukira disana menggunakan won?" Ini Choi Han yang bertanya.
"Setelah Kiamat kami hanya bisa menggunakan sistem koin dari konstelasi untuk membeli segala hal."
"Oh. Maaf menguping, tadi aku sepertinya mendengarmu mengatakan 'putri'? Kau memiliki anak, Kim Dokja-ssi?"
"Iya. Namanya Biyoo."
"Oh. Kau memiliki pasangan?"
"Tidak."
"Dim-" dimana ibunya?
"Ini sedikit rumit tapi aku tidak melahirkan atau apapun." Kim Dokja berkata canggung.
'oke, omong kosong lainnya. Apa dia mengatakan pria bisa melahirkan anak dan semacamnya?' Cale entah bagaimana menebak dengan benar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ff Tcf Orv Acak
FanfictionAku gatau gimana deskripsiin ini. Isinya, aku cuma nulis aja:>