Setelah acara perkelahian yang memakan waktu yang lumayan, disinilah Sagara sedang berada.
Rooftop sekolah, yup benar sekali. Ia berdiri di dekat pembatas rooftop bersama Melly dengan emosi yang masih tersisa. Ia menggeram pelan sembari berkata.
"Gua benci pengkhianat."
Sagara mengepal tangan erat, ia menunduk sementara Melly berdiri beberapa jarak di depan nya. Menatap ke langit lepas dari rooftop membuat nya agak tenang, walau sekarang ini yang lebih harus tenang adalah Sagara.
"Tapi semua kan' bisa di selesain baik-baik?" ucap Melly, "Emang lu udah ngerti permasalahan nya? Lu bilang tadi Dyo yang ngasih laporan?"
Sagara diam, memang tidak bohong kalau pemuda itu langsung menuju TKP begitu saja saat Dyo mengatakan itu tadi. Ia sama sekali tidak memastikan dengan benar apa yang terjadi.
Tapi, kalau dilihat dari reaksi Alan barusan, bukankah itu cukup jadi alasan Sagara melakukan nya? Menyangkal seperti itu bukanlah hal sulit untuk nya, ia cukup pintar bersilat lidah karena tuntutan lingkungan sekitar. Namun entah mengapa, hanya di depan Melly saja ia tidak bisa. Hanya Melly.
Gadis yang selintas pernah membuat kehidupan nya berhenti di tempat, diam membatu sebelum akhirnya bergerak lebih konstan dan berarah.
"Gua,..." Sagara mendecih kesal, entah karena marah dengan kejadian tadi atau karena meruntuk dirinya yang enggan menyangkal.
Pemuda itu pun berbalik cepat meninggalkan rooftop begitu saja,
"maaf, gua emang salah."
Membiarkan pemuda itu, Melly hanya diam. Masih fokus dengan aktifitas nya memandang langit.
Sejenak kemudian ia menarik nafas panjang dan menyingkap surai nya yang tertiup angin.
"Hah~ dasar. Habis di skors juga... Masih aja kayak bocah." gumam nya yang kemudian pergi juga dari rooftop.
****
"Bundaaaa...."
Melly segera berlari menghampiri sang bunda yang baru saja turun dari mobilnya. Sesampainya disana Melly pun segera berhambur ke pelukan sang bunda. Sedangkan bunda nya yang diterjang oleh Melly hanya tersenyum sembari mengusap pelan kepala Melly.
"Anak bunda gimana kabarnya?." Tanya sang bunda.
"Ngga baik selama ditinggal bunda." Jawabnya sambil cemberut.
"Lho kenapa??."
"Ngga ada temen nya." Cengir Melly.
"Udah ahh yukk masukk, ngga enak di luar pelukkan gini. Malu dilihat tetangga." Ucap sang bunda.
Melly pun terpaksa menganggukan kepalanya, ia dan sang bunda pun berjalan beriringan memasuki rumah nya. Namun belum sampai beberapa langkah...
"Ekhemmm..., oh gitu yaa ayah dilupain sekarang. Oke fine ayah ngambek."
"Astaugfurullah bunda lupa yah, kamu sih jadi lupa kan sama ayah."
"Lho kok nyalahin lusya sihh."
"Ah tau ah." Ucap sang ayah berlalu melewati mereka berdua.
"Yahhh.., ayahhh lho kok ngamok." Teriak Melly.
"Hush, kamu itu. Udah ahh ayukk masuk, oh iya mang ujang bawa masuk barang-barang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ganendra's Secret
Ficção AdolescenteSagara Vadline Ganendra. Pemuda tampan dengan rahang tegas, manik onyx nya yang mengintimidasi juga otaknya yang cerdas membuat ia menjadi incaran banyak orang. Terutama para gadis. Kaya? Sudah pasti. Walaupun keluarganya dirahasiakan. Belum lagi d...