° Chapter 1 : Blue °

66 13 0
                                    

Sejak pertemuan terakhir sang fotografer dan sang pemain flute di luar arena, belum pernah sekalipun mereka dipertemukan kembali. Entah itu di dalam arena pertandingan, maupun di luar arena.

Kala berada di luar arena, Joseph lebih memilih untuk mengurung diri di mansion khusus pemburu, alih-alih berkeliaran dia area bebas di mana pemburu dan penyintas bisa berkumpul bersama-dengan catatan pemburu dilarang untuk melukai penyintas.

Ah, benar.

Sesungguhnya, Joseph sendirilah yang menghindari (Name), oleh sebab ia malas mengurusi penyintas yang aneh itu. Sebisa mungkin, ia TIDAK ingin bertemu dengannya. Pernah beberapa kali sang Geisha dan The Ripper memberi kabar bahwa ada seorang penyintas yang mencarinya sampai ke mansion pemburu, dan tentunya Joseph menolak untuk bertemu dengannya.

Namun, entah kebetulan atau takdir. Pihak Oletus Manor kembali mempertemukan mereka berdua di arena-tepatnya yang akan diadakan sekitar beberapa jam dari sekarang.

"(Name) ... (Surname)." Satu nama terucap begitu saja dari bibir pria berkebangsaan Prancis yang berprofesi sebagai fotografer itu.

Joseph mengingat-ingat kembali kejadian beberapa waktu lalu, mengulas balik pertemuan pertamanya dengan sang gadis pemain flute. Ia memijit pangkal hidungnya dengan agak kasar, memikirkan keputusan Oletus Manor untuk memasangkannya sebagai pemburu untuk kelompok (Name).

Jemari dengan kuku-kuku yang tajam miliknya meraih kertas surat yang diberikan oleh pihak Oletus Manor, netra dengan warna biru muda seutuhnya itu memandang lekat-lekat tulisan-tulisan yang tertulis di kertas coklat itu.

"Eli Clark ... Naib Subedar ... dan Emily Dyer."

Ketiga nama disebutkan, mereka adalah rekan satu tim (Name) yang harus ia buru hari ini. Ia mengetuk-ngetuk meja kerjanya, seraya mengalihkan pandangannya ke arah pedang yang tergantung rapi di dinding. Netranya kemudian melirik pada kamera usang di atas meja, ia meletakkan kertas tadi dan beralih menyentuh kamera kesayangannya itu.

"Baiklah. Aku akan serius untuk kali ini-terutama, untuk memberi gadis kecil itu sebuah peringatan untuk tidak mengusikku."

***

Hanya sepuluh menit berlalu sejak bunyi sirene yang menandakan permainan di Arm's Factory telah dimulai, tetapi Joseph telah berhasil mengeliminasi Emily dan Naib-sementara Eli akan tereliminasi jikalau tidak dibebaskan secepatnya.

Sejujurnya-bukan gaya Joseph untuk menunggu dan berpatroli di sekitar penyintas yang sudah diikat di atas kursi, tetapi, ia berani membuang sedikit harga dirinya dan menunggu (Name) datang untuk menyelamatkan Eli.

'Pintu gerbang sudah dibuka. Kemungkinan besar gadis itu akan menyelamatkan bocah Clark ini untuk mendapatkan hasil seri. Apalagi, ia sedang dalam kondisi tanpa luka.'

Joseph memfokuskan indra pendengarannya, mengeluarkan upaya guna melacak keberadaan dua orang penyintas itu. Dalam radius beberapa meter, Joseph hanya menemukan keberadaan seseorang.

Seringai tipis terulas di wajahnya, netra hitam pekat miliknya terkesan semakin mengerikan. Ia berjalan ke satu kamera terdekat, kemudian menekan tombol potret guna menciptakan dunia kamera miliknya. Joseph melangkah maju, memasuki dunia kamera dengan percaya diri.

Ketika sepenuhnya yakin bahwa Joseph telah memasuki dunia kamera-tidak ada jejak langkahnya yang bisa membuat sang fotografer tiba-tiba muncul tepat di belakangnya, (Name) memberanikan diri keluar dari tempat persembunyiannya. Ia memasuki dunia kamera, ia mengetahui Joseph berada jauh dari tempat itu-sepertinya ia sedang mencari bayangan (Name). Gadis itu membebaskan bayangan Eli yang terikat di atas kursi.

Coloruary « Joseph Desaulnier x Reader » (Identity V)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang