04

658 119 22
                                    

"you are my sunshine, my only sunshine~"

Iklan susu bayi menggema satu ruangan tidak ada suara apapun. Suasana menjadi canggung entah mengapa setelah acara pengakuan kemarin. Kantung mata tercetak jelas di wajah Atsumu. Sakusa sudah terlatih untuk begadang.

"Omi -kun!! Apa kau apa judul lagu di iklan itu?! " tanya Atsumu mencoba mencairkan suasana

"you are my sunshine. "

"oke, kalo aku sinar matahari berarti Omi-kun jemuran! " Sakusa memelototkan matanya mendengar itu.

"hah?!"

"iya! Aku akan mengeringkan Omi-kun! " ucap Atsumu dengan percaya dirinya yang patut di acungi jempol

"kau.. Pasti orang bodoh ya.. " satu anak panah menembus jantung Atsumu begitu saja.

"kenapa begitu?! " Ucap Atsumu tidak terima

"yang mengeringkan jemuran itu panas matahari. Kalau sinar beda lagi. Aku tak menyangka kau sebodoh itu, Tsumu.. "

"ha? Masa? " Atsumu membuka hp nya dan mencari jawaban yang sebenarnya

"ah, kau benar.. " Ataumu berubah menjadi lesu "oh! Omi-kun jadi bumi! Walau cuma separuh, aku akan menyinari Omi-kun! " Ataumu tersenyum dan menggerakkan tangannya memperagakan matahari yang sangat besar itu.

Sakusa tersenyum kecil mendengar itu.

"oke kalau begitu, saat malam kau menghilang lalu digantikan bulan. Siapa yang akan menjadi bulan? " Atsumu terdiam. Ia berpose berpikir keras.

Otak kecilnya yang tak pernah terpakai mulai dipaksa untuk berpikir

"tidak ada! Kubuat bulan tidak ada! "

"tidak ada pasang surut air laut, gerhana bulan dan matahari juga tidak ada. "

"jangan membuatku terus menerus berpikir!! Aku sudah muak dengan biologii!"

Sakusa terkekeh pelan "oke oke... terserah dirimu"

"omi, kau ada tisu? "

"untuk? "

"aku mimisan " Atsumu dengan polosnya menunjukkan darahnya mengalir dari hidung

"nih" Sakusa melempar tisunya yang ia beli seharga 20 USD cuma cuma. Biasanya ia tak akan seperti ini.

"oh ya, tanganmu yang lebam sudah sembuh? "

"kau pikir lebam besar ini cepat sembuh?" Atsumu memperlihatkan tangannya yang sampai di perban. "ini rasa sakitnya setara patah tulang ya! " lanjutnya

"memangnya kau pernah patah tulang? "

"tidak" kata Atsumu dengan wajah polosnya.

'untung sayang'  Sakusa tersenyum paksa

"kalau begitu diam lah"

"Omi kun~! " menarik selimut Sakusa membangunkannya karena sudah pagi

"Omi kun!! Banguuuun!! Sudah pagi!"

"berisik! Aku ini sakit.. Bangun sore atau malam atau malah tidak bangun lagi itu normal.. "

"OMI-KUN JANGAN MATI!! AKU TIDAK INGIN MENJANDAA!! "

Sakusa menyibakkan selimutnya menatap Atsumu aneh "sejak kapan aku menikahimu? "

Sebuah anak panah melesat menusuk hati Atsumu. "Omi-kun jahat"

"ya.. Aku sudah sering dikatakan jahat"

"dasar tidak punya hati! " Atsumu berbalik memunggungi Sakusa dengan sebal

Sakusa terkekeh pelan "kalau aku tak punya hati, bagaimana caraku untuk menyukaimu? "

Satu kalimat yang membuat jantung Atsumu berdetak berkali kali lipat disusul dengan wajah merahnya.

Ia berbalik pada Sakusa dan memeluknya seketika "Omi-kun gak tau malu!!! "

"aku masih punya malu tidak sepertimu yang sudah tidak punya malu tidak ada akal"

"AKU GAK JADI BILANG OMI BAIK!!"

"aku tidak berharap akan dipuji baik olehmu" Sakusa mengelus punggung Atsumu dan menenggelamkan kepala Atsumu didadanya.

"kenapa kau memanggilku tadi? Ada apa? " lanjutnya

Atsumu bangkit dan menyibak gorden jendela. Salju sudah menampakkan wujudnya. Tanah mulai tak terlihat karena tertimbun tumpukkan salju.

Manik hitam itu berbinar. "salju... "

Atsumu menatap Sakusa yang berbinar ingin segera keluar dan bermain salju disana

"Omi-kun, ingin bermain salju? " darah mulai menetes dari hidung Atsumu. Semakin lama semakin banyak yang mengalir

"o-oi, Tsumu.. " Sakusa menarik kotak tisunya, mengambil 3 lembar tisu dan berjalan ke arah Atsumu

Terlambat. Atsumu sudah terlebih dahulu pingsan

Cahaya mulai memasuki indra penglihatan Atsumu meski masih sedikit buram. Ia mengerjapkan matanya untuk fokus. Ia merasakan tangan kirinya sedikit berat untuk diangkat dan sedikit mati rasa.

"Omi?" 

Merasa dipanggil, Sakusa terbangun. "uuhmm.. sudah bangun?" 

"Omi, sekarang jam berapa? apa tanggalnya masih sama? " Atsumu berusaha bangkit, namun ditahan oleh Sakusa agar tetap tertidur "jangan duduk. Tetap seperti itu. Aku akan mengambil minum" 

"Omi-kun, jika aku tak lama lagi, bagaimana?" Pertanyaan Atsumu sontak membuat Sakusa berhenti melakukan aktivitasnya. Pemuda itu menatap Atsumu dengan tatapan tak bisa dijelaskan

"jangan berkata seperti itu, kau pasti menemukan donor sumsum tulang belakang." Sakusa mencoba menghilangkan pikiran apa yang terjadi saat Atsumu tak ada padanya. 

Atsumu tersenyum sendu "aku.. ingin menonton Maleficent lagi. Kumohon" 

Sakusa menggigit bibir bawahnya mencoba untuk tidak menangis. Tangannya bergetar. "baiklah, kau tunggu dulu" 

"aku ingin menonton denganmu. "

Sakusa tersenyum tipis namun sendu "hm, sesuai permintaanmu" 

𝐘𝐨𝐮 𝐚𝐫𝐞 𝐌𝐲 𝐒𝐮𝐧𝐬𝐡𝐢𝐧𝐞 || 𝚂𝚊𝚔𝚞𝙰𝚝𝚜𝚞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang