Jihyun terbangun disebuah ruangan yang tak asing dipenglihatannya tetapi bukan ini bukanlah tempat terakhir dirinya terbaring, dia ingat jika tadi dirinya berada disuatu tempat dan yang jelas bukan tempat ini.
Tempat ini memang terasa tidak asing tetapi untuk sesaat dirinya merasa asing dengan ruangan ini, seperti ada sesuatu yang terasa aneh dan hampa.
Ia tidak tau apa itu, tetapi yang pasti hati nya mengatakan jika ada sesuatu yang salah disini.
Jihyun bangun dari tempat tidurnya, dia langsung melihat kesekeliling ruangan itu untuk mengingat ruangan apa ini. Setelah melihat sebuah potret keluarga dimeja belajar yang berada diruangan itu Jihyun langsung sadar.
Dia berada dirumah, ah lebih tepatnya rumah ibunya. Dan jika tidak salah ini adalah kamar milik kembarannya, Jimin. Entah kenapa dia bisa berada disini tetapi yang pasti Jihyun harus mencari keberadaan Jimin, hatinya mulai resah ketika memikirkan kembarannya itu.
Ceklekk
Selangkah lagi untuk Jihyun mencapai pintu tetapi pintu kamar itu telah dibuka oleh seseorang, dalam hati dia mengharap kan bahwa orang itu adalah orang dalam pikirannya.
"Hyun~ah, waegurae?"
Seketika harapannya pupus, dia kenal betul suara dari orang yang memanggilnya itu. Bukan, dia bukanlah orang yang diharapkan oleh Jihyun.
"Appa, Jimin hyung eodiya?"
Bukannya menjawab pertanyaan dari Jihyun tetapi sang ayah malah mematung ditempatnya, Jihyun tidak menyadari hal itu karena dia menundukkan kepalanya.
"J-jimin?"
"Iya, Minie hyung. Dia baik-baik sajakan?"
Terdengar helaan napas yang sangat dalam keluar dari mulut Seojoon.
"Dia baik-baik saja, mungkin"Seojoon sengaja memelankan penggalan kata terakhir dari perkataannya karena dia tidak yakin dengan ucapannya sendiri.
Mendengar hal itu Jihyun sedikit merasa lega, setidaknya Jimin tidak apa-apa dan dia juga berhasil selamat. Jika ayahnya berada disini kemungkinan Miyeon dan Seojoon berbaikan setelah operasi itu selesai.
Tunggu operasi?entahlah Jihyun tidak yakin dengan hal itu.
"Kau baik-baik saja, nak?"tanya Seojoon dengan cemas.
"Aku baik selama Minie hyung baik appa"
Degg
"Ah, kalau begitu appa turun kebawah dulu. Jika kau memerlukan apapun panggil saja appa ataupun eomma, kami ada dibawah"ujar Seojoon sambil mengelus puncak kepala Jihyun dan kemudian pergi dari tempat itu.
Sepeninggalan Seojoon, Jihyun langsung masuk kembali kedalam kamarnya. Jujur saja hatinya tetap tidak tenang meskipun dia sudah mendapatkan jawaban dari sang ayah.
Saat sedang asik melamun Jihyun terpaku pada suatu benda disudut ruangan itu, dia melihat sebuah kanvas berukuran sedang dengan perlengkapan alat lukis disana. Dia tidak yakin kapan benda itu diletakkan disana karena terakhir kali yang dia ingat diruangan ini sama sekali tidak ada benda-benda ini.
Tentu saja karena dirinya maupun Jimin tidak memiliki bakat dalam seni, ya meskipun dia memiliki sedikit bakat dalam bernyanyi.
Dengan ragu-ragu Jihyun mulai melukis sesuatu, dia melukis sesuatu yang terlintas dipikirannya. Entah akan jadi seperti apa hasil akhirnya, yang pasti Jihyun akan merasa lebih tenang setelah itu. Hal itu bisa disimpulkan dari ekspresinya saat ini, Jihyun tidak berhenti tersenyum saat melukis hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] The Twins || The Separated Boy [PJM] 《END》
ContoTakdir, dia tidak pernah menyalahkan takdir sama sekali karena dia tau dia tidak bisa mengubah suratan takdir yang telah tertulis pada kehidupannya. Dia hanya ingin bahagia saja bersama keluarganya, terutama kembarannya. Tetapi mengapa hal itu teras...