3.

983 97 5
                                    


Kali kedua Donghyuck merusak hari Mark adalah karena payung sialannya.


Sempat beberapa kali Donghyuck berpikir bahwa mengambil kembali miliknya bukan pilihan yang tepat—menunjukkan dirinya di hadapan Mark bukanlah pilihan yang tepat sejak awal. Detik ini, bisa saja Mark sudah mengenal identitas Donghyuck. Mungkin saja Mark juga tidak merasa nyaman dengan fakta sahabat dari mantannya berusaha menggoda dengan cara meminjamkan payung.


Di atas segala kemungkinan buruk yang ada, jemari pendek Donghyuck kini mendorong gagang pintu kafe, tempat dimana Mark menghabiskan sebagian besar waktu luangnya.


Suasana hari ini panas. Tentu saja, mereka tengah berada di awal musim panas tahunan. Keadaan kafe cukup ramai dan padat oleh pengunjung.


Mark berhasil mengenali Donghyuck pada detik pertama kedua obsidiannya berhasil menangkap milik yang lebih belia. Wajahnya seakan berubah cerah, memamerkan senyuman besar yang mendorong lipitan pada kerut mata.


Apa-apaan senyum itu?! Gemes banget!


Mark melambaikan tangannya tinggi dari ujung lain kafe, bersebelahan dengan konter kasir. Mark juga memberikan senyuman klasiknya, suskes membuat Donghyuck tidak mampu menahan rasa canggungnya sebelum memutuskan untuk berjalan mendekat.


Mengapa Mark bertingkah sangat baik padanya? Dia bukan orang baik-baik. Mark dengan mudahnya menampikkan hubungannya dengan Renjun, kemudian meninggalkannya menangis di atas sofa untuk 3 hari seorang diri.


Donghyuck berusaha sekeras mungkin mencari alasan untuk kabur, berlari keluar dari kafe dan tidak lagi menampakkan wajahnya dihadapan pemuda yang lebih tua. Ia selalu mengenal tipe pria semacam Mark—the douchbag. Selalu tersenyum untuk memenangkan hati seseorang, bersenang-senang, lalu pergi ketika bosan.


Donghyuck bersumpah dirinya tidak akan jatuh hati.


"Akhirnya kau datang juga!" ujar Mark, masih tersenyum dari ujung konter yang memisahkan keduanya. "Aku pikir kau sudah lupa soal payungmu."


"Awalnya aku tidak berencana untuk mengambilnya kembali, tapi aku sedang berjalan-jalan di area ini," Donghyuck membuat mimik dramatis dengan gerak jemarinya, mencoba meyakinkan Mark dengan karangan alasannya yang payah. "tapi kau tidak perlu mengembalikan payungnya jika kau mau. Aku hanya datang berkunjung untuk segelas kopi dingin."


"Ah, aku tahu perasaan itu. Bukankah hari ini sangat panas?" lagi-lagi Mark mengenakan sebuah hoodie. Bukan yang hijau kemarin. Kali ini warnanya hitam, terlihat sangat tipis, tetapi juga terlalu besar untuk ukuran tubuhnya. "Kau mau pesan apa?"


"Punya rekomendasi bagus?"


Donghyuck sudah tahu soal kopi mana yang paling Mark sukai, mengingat kembali unggahan di laman sosial medianya. Tetapi Donghyuck hanya terbungkam lucu, berusaha menahan segala hasratnya untuk meneriaki kebodohan sosok yang lebih tua.


"Kalau boleh jujur, aku memang bukan penggemar besar kopi, tapi aku suka membuat mereka! Kemarin aku menemukan sebuah resep menarik dimana aku harus mencampurkan espresso dengan sedikit perasan limun, lalu—"

weather [MH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang