1/30

9 5 0
                                    

"Za, Galang ada?" tanyaku pada Eza, yang aku tahu teman satu meja Galang di kelas.

Di samping mataku yang sibuk hinggap ke sana ke mari mencari sosok Galang, tanganku juga sibuk menggulir layar ponsel untuk mencari nomor telepon cowok itu di kontak.

Serius, aku nggak paham dengan jalan pikiran Galang semalam yang tiba-tiba pamer lalu tiba-tiba mengadakan challange aneh bin nggak masuk akal. Ya memang sih, Galang itu adalah tipe orang yang suka bercanda, dan sekarang tiba-tiba dia hilang saat ingin kumintai kejelasan. Nggak angkat telepon, nggak bales chat, nggak ada kabar. Apa jangan-jangan beneran bercanda lagi?! Parah! Nggak akan kuampuni kalau ketemu nanti.

Eza yang sedang bermain gitar di atas meja paling depan dekat ambang pintu kelas, menoleh kaget ke arahku yang kepalanya tersembul di celah pintu. Sebenarnya aku tidak pernah berbicara dengan Eza sebelum ini, tapi karena Galang sering menceritakan Eza kepadaku, aku sedikit tahu tentangnya.

"Galang?" Eza mengulang nama yang kutanyakan. "Tadi ke perpus mau pinjem buku sama ceweknya. Kenapa?"

Aku menggeleng cepat. "Nggak papa. Kalau udah balik, ntar suruh telepon gue ya! Se-ce-pat-nya!"

Eza mengannguk-angguk. Ia meletakkan gitarnya di atas meja lalu turun dan melebarkan pintu untuk berdiri di depanku--di depan kelasnya. "Nggak mau nyamperin ke perpus aja?" tanya Eza seraya mengarahkan pandangan ke koridor sayap kanan. Arah ke perpustakaan.

"Nggak deh. Takut ganggu orang pacaran hahaha!" Aku terkekeh. "Makasih, Za. Gue duluan ya."

"Eh bentar!" ucap Eza menahan langkahku.

Aku membalikkan badan.

"Nama lo?"

Shit. Aku lupa, dia kan belum kenal aku. Duh, malu-maluin banget SKSD sama Eza. Dalam hati aku merutuki diri sendiri.

"Sasa. Sebelas IPA 6," jawabku lancar lalu kembali berjalan senormal mungkin. Masa bodoh dengan rasa malu, yang penting Galang harus segera ketemu!

Disela-sela langkahku menuju kelas karena bel istirahat selesai akan segera berbunyi, ponselku bergetar menandakan adanya sebuah pesan masuk.

Surat elektronik? Keningku mengernyit.

Tanpa basa-basi, segera kubuka surat itu dengan satu kali pencet.

Dari: mrglng(ad)gmail(dot)com

Nggak perlu cariin gue. Fokus ke tantangan cari pacar lo aja. Sebulan lagi baru kita ketemu.

Dih, malah berasa jadi orang penting si Galang.

Aku menekan tombol power pada ponselku dan layar pun menghitam. Koridor sekolah mulai sesak dengan siswa lain yang ingin segera masuk ke kelas mereka.

[.]

Hellow, Mellow!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang