3/30

2 2 0
                                    

Scroll...

Scroll...

Scroll...

Aku bosan.

Badan ku berguling-guling di atas kasur dengan tangan yang masih menggenggam ponsel. Biasanya akan ada banyak notif random dari Galang yang masuk. Misal dia mengirim reels, meme, atau quote-quote alay di Instagram. Atau bisa juga dia mengirim spam chat aneh karena dia sama kesepiannya denganku. Tapi ini beda. Galang kayaknya beneran hilang ditelan bumi. Dan aku. Aku kebingungan dengan teka-teki yang ia buat beberapa hari yang lalu.

Tantangan cari pacar 30 hari? Nonsense. Mustahil aku mau. Maksudku. Mustahil aku bisa dapat. Dan kalau aku kalah apa katanya? Galang jadi pacarku? Aku yakin itu cuma tipu muslihatnya. Karena aku tahu Galang suka bercanda dan omongannya itu sama kayak kentut yang nggak bisa dipegang.

Kampret, kan?

Tapi ya sudahlah. Kuputuskan untuk keluar rumah saja dan pergi membeli makanan atau minuman yang aku suka. Mumpung hari sabtu, siapa tahu aku bisa dapat pacar dadakan.

"Mau ke mana, Sa? Mandi dulu lho." Mama yang sedang duduk di depan televisi menegurku.

"Anu, Papa mana, Ma? Sasa mau main, nih. Mau minta uang, hehehe." Aku celingak-celinguk mencari papa yang biasanya, kalo hari libur begini pasti pacaran sama mama.

"Papa kan mancing sama temennya. Pulangnya paling nanti malem."

"Kok nggak ngajak Sasa, sih. Yaudah minta uang Mama aja. 50," kataku sambil nyengir.

Keliatan banget mama mengembuskan napas males. "Ambil sendiri di dompet," kata mama. Pasti mama badmood karena ditinggal papa mancing.

"Makasih Mama sayang." Dengan girang aku berjingkat ke kamar mama mengambil uang di dalam dompetnya.

"Ga mandi kamu?" tanya mama dari ruang TV.

Aku menggeleng sambil bergerak ke pintu depan. "Nanti aja pas pulang. Sasha pergi dulu, dadah Mama." Setelah itu aku langsung berjalan menuju teras, mengeluarkan sepedaku, dan mengayuhnya menyusuri jalanan kompleks.

Sekarang mungkin jam 2 siang. Harusnya udah nggak terlalu panas, tapi prediksiku salah.

Panas banget, woy!

Aku pun minggir ke minimarket terdekat. Di cuaca kayak gini enaknya makan es krim.

Tapi tunggu.

Belum sempat aku turun dari sepeda dan masuk ke minimarket itu, mataku sudah menangkap sosok yang aku cari lebih dulu.

Galang sedang mengantri di kasir dan Sandra ada di depan minimarket itu, duduk, di kursi-kursi yang dipajang di sana.

Emang dunia se-sempit itu ya?

Mataku dan milik Sandra bersinggungan. Ia mengulas senyum, begitu pun aku. Bersamaan dengan itu, Galang keluar. Ia juga menatapku, tapi langsung beralih ke arah Sandra, memberikan dua botol minuman dan mencium pipi pacarnya itu.

Aku tertegun beberapa detik.

Bukan.

Lebih tepatnya, ada sesuatu dalam dadaku yang rasanya membesar dan membuat sesak sampai-sampai aku nggak bisa bernapas.

Aku cemburu? Iya. Sepertinya.

Karena setelah melihat adegan itu, kakiku spontan mengayuh pedal lagi dengan cepat. Aku pergi ke tempat yang entah, aku juga nggak memikirkan ke mana aku akan pergi. Yang penting aku harus menjauh, sejauh-jauhnya dari dua menusia itu.

Sampai akhirnya aku nggak sadar kalau,

remku blong.

"Kampret!" umpatku.

Sialnya jalanan sedang menurun dan aku nggak tahu gimana caranya menghentikan sepedaku!

"Awas rem blong!" teriakku.

Jalanan kompleks itu lumayan ramai oleh anak kecil yang sedang bermain. Mereka pintar. Segera memberiku jalan dan menyelamatkan diri mereka sendiri.

Kakiku sudah turun ke aspal dan menggesekkan sandal jelly ku ini dengan harapan benda ini berhenti. Tapi, sialnya lagi, sepedaku baru bisa berhenti setelah menghantam seseorang yang sedang menyebrang dan menggunakan earphone untuk menyumpal telinganya!

"Minggir woooyy!" Aku berteriak pada orang itu. Tapi dia malah tetap santai menyebrang lalu

BRAKKK!

yap.

Aku menabrak seseorang.

[.]

Hellow, Mellow!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang