Seira berangkat lebih pagi dari biasanya. Pukul 6 pagi ia sudah tiba di AIH. Ia masih mencari tahu tentang eskul jurnalistik di sekolah ini. Namun ia memantapkan diri bergabung di OSIS. Ia telah mengumpulkan angket eskulnya ke walas.
Ia menjelajahi perpustakaan terutama pada lantai ke 2 rak no 2059. Itu merupakan majalah dari eskul jurnalistik. Sepertinya eskul jurnalistik mengupas tuntas hal hal yang dilakukan semua siswa di AIH. Bahkan mading sepertinya akan kesulitan jika bahan yang didapatkan untuk topik telah didahului eskul jurnalistik.
"Ga heran ni eskul direkomendasiin, cetakannya bagus gini, uda kek majalah vogue aja ni pake maskot"
"Yaiyalah, pengawasan gue"
Plak
"Aduh!"
"Eh. Sorry, abis situ ngagetin"
"Aduh lo emang bar bar gini ya? Bukannya lo murid baru?"
"Emang gue seterkenal itu?"
Cowo itu terkekeh, bisa bisanya cewe bar bar didepannya berekspetasi sangat tinggi. Meskipun faktanya ia lebih terkenal dari dugaan.
"Terserah, mau ngapain lo liat majalah sekolah? Butuh info?"
Ucap cowo itu tanpa menoleh, ia sibuk menata beberapa buku yang ia letakkan di rak pinjam, rak referensi dan rak bacaan baru.
"Gausah kepo"
"Oke terserah lo, tapi kalo lo nyari seputar eskul ini, lo bisa ngomong ke gue, gue Jeremy Albert, 12 IPA 1"
Ya, lelaki itu Jeremy. Ia mengetahui kepopuleran Seira karena ia memperhatikan sikap dan perilaku Seira, tujuannya? Untuk apalagi? Tentusaja wawancara untuk AIH MAGAZINE, majalah sekolahnya.
Seira menatap datar laki laki itu. Ia tak bergeming sedikitpun, dirasa lelaki itu takkan berbicara lagi, ia mulai bersuara.
"Oh"
Ya, hanya secuil kata, yang membuat ubun ubun Jeremy memanas. Ia bergegas meletakkan buku yang ia pegang pada asalnya, dan meninggalkan Jeremy tanpa basa basi.
'Dasar cewe judes, sabar jer... Belom aja dia tahu klo lo most wanted juga disini'
Batin Jeremy.🔮🔮🔮
Seira melangkahkan kaki menuju kelasnya yang kini telah ramai. Ia disambut hangat oleh teman dan sahabatnya.
"Lo abis darimana?"
"Perpus"
"Lo ngapain kesana pagi pagi?"
"Cha.. Berisik.. Pegel gue"
Echa menutup mulutnya rapat dan kembali duduk dibangkunya. Ketiga sahabatnya menyadari mood Seira yang buruk membuat ketiganya terdiam. Seira tak pernah marah tanpa alasan terkecuali ia risih dan ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Pikir mereka.
Elin memberanikan diri membuka suaranya.
"Ra.. Lo kenapa?"
"Tadi ada cowo nyebelin yang bikin gue kesel"
Bingo!
Benar bukan? Pasti ada yang mengganjal dan ia risih akan sesuatu.
"Siapa yang bikin lo kesel?" sahut Neira
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Lentern: stay
Novela Juvenil"Gak akan berguna meskipun gue panggil lo, lo gak bakal dateng, apapun yang gue lakuin percuma, lo ga bakal bereaksi sedikitpun" "cukup, berhenti, lo gak tau apa apa, bahkan ketika lo inget semua itu, gak bakal ada yang berubah" Seira terduduk lemas...