Ini yang kalian request, udah tunai ya.
Aku harap ini bisa nyicil rasa penasaran kalian perlahan lahan.Karena sudah update jadi kalian tinggal vote dan komen aja ya ><
Ada konflik baru di bab ini dan alurnya aku percepat.
aku harap ngga monoton ya buat sekadar kalian baca.By the way, kalian ngga mau komen atau apa gitu? Ya ngapain gitu, komen komen apa misalnya.
•••
Mari menyelesaikan pengisian data beberapa klien. Ada sekitar sepuluh hingga lima belas telah rampung. Selanjutnya tinggal ia cetak kemudian minta tanda tangan kepala divisinya. Malas sekali.
Tiap kali berhubungan dengan tanda tangan ia harus datang sendiri pada Seungwoo sebab pria itu atasannya. Mau tidak mau.
"Maaf, permisi. Ada beberapa bendel file yang harus Bapak tanda tangani." ujarnya seraya meletakkan belasan file itu ke meja Seungwoo.
Pria berkulit pucat bermata elang itu mendongakkan kepala, menghentikan gerak penanya sejemang demi menatap Mari. "Sebanyak ini?" katanya.
Mari hanya membatin, tapi ia bersikap biasa saja. "Iya, Pak." walau bagaimana pun hubungan mereka di masa lalu, dalam pekerjaan ia harus profesional. Lagi pula ada berapa banyak pasang mata di sini yang akan tertuju padanya jika sampai Mari berbuat onar.
"Saya kasih tahu kamu, ya, Mari. Ngga sopan naruh berkas sebanyak ini di meja atasan kamu." katanya penuh penekanan dengan nada halus. "Tapi karena udah terlanjur, jadi saya maafkan. Lain kali jangan diulangi lagi."
Mari tak menanggapinya lagi, kiranya dia hanya menunduk kemudian membalik punggungnya hendak kembali ke mejanya lagi. Namun sialnya Seungwoo memanggilnya jelas sekali, tidak mungkin bawahan sepertinya tiba-tiba pura-pura tuli.
"Iya, Pak?"
Seungwoo menghela napas, ia mengangkat dagunya lagi menatap Mari kemudian bertanya. "Nomor kamu ganti, ya?"
Mari menatap Seungwoo dingin lebih ketidakpeduli. "Tidak, Pak."
Seungwoo menunduk lagi menatap berkasnya sambil tersenyum tak simetris. Mungkin apa yang dia batin benar. "Sekarang kita satu divisi," katanya lalu menyorot eksistensi sang mantan kekasih. "sebaiknya buka blokiran nomor saya, biar saya lebih gampang hubungin kamu buat ngomongin masalah kerjaan."
Mari menggigit bibir dalamnya tak kentara, ia menggoreskan kuku ibu jarinya pada telunjuk seolah ingin mengelupasnya.
Pria itu dulu menghina lalu mengusirnya, kemudian bersikap tak acuh. Jika dulu Seungwoo sempat jijik padanya, kenapa sekarang lelaki itu sudi berinteraksi dengannya lagi? Apa hanya karena mereka satu divisi cukup dijadikan sebagai alasan?
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIRS FAULT || JJK
FanficSejak awal pertemuan, harusnya Im Mari sadar ia harus memperkokoh benteng pembatas antara dirinya dengan Jungkook saat pria itu mulai main mata dengannya. Urusan hati dan cinta memang selalu rumit bagi seorang wanita dan harusnya ia bisa...