Part 03♡

11 1 0
                                    

"Dan sebaik-baiknya cinta, adalah cinta karena Allah semata."


Di sebuah tempat dengan suara musik yang memekakkan telinga, lampu remang-remang, dan bau alkohol tercium di mana-mana, Samudra tengah menegak minuman memabukkan itu seraya menyaksikan beberapa perempuan yang menari meliuk-liukkan tubuh eloknya.

Sesekali Samudra terlihat mendorong perempuan yang mencoba mendekatinya. Ia datang ke tempat itu bukan untuk menjamah perempuan sembarangan. Samudra hanya ingin menenangkan diri dengan minuman yang memabukkan.

"Sam … jangan minum terlalu banyak," ucap seorang wanita bernama Shella yang dengan lancangnya duduk di sisi Samudra.

"Biarin gue minum sebanyak yang gue suka. Hidup gue terlalu berat kalo enggak minum minuman ini," jawab Samudra, matanya nampak merem-melek, bau alkohol tercium begitu kuat dari mulutnya.

Sungguh, pergaulan bebas sudah menjadi bagian dari hidup Samudra. Alkohol, balapan liar, kabur-kaburan, Samudra mendapatkan kesenangan dari hal-hal tersebut. Kurangnya pengawasan dari orang tua, dan kebebasan serta uang yang berlimpah, seakan membuat Samudra semakin leluasa menjelajah pergaulan bebas di kota.

"Isi lagi gelasnya," titah Samudra.

Tanpa berkata apa-apa, Shella langsung menuangkan minuman tersebut ke gelas. Dan Samudra segera menegak minuman itu kembali.

"Lo tahu nggak Shel? Dengan uang yang gue punya, gue bisa beli semua hal, bahkan lo. Tapi apa lo tahu? Apa yang enggak bisa gue beli, padahal gue pengen banget hal itu," tanya Samudra.

"Lamborgini?" tanya Shella.

Samudra terkekeh pelan, lalu kembali meneguk  minumannya. "Mobil lambirgini udah enggak keitung di rumah gue."

"Terus, apa yang enggak bisa lo beli Sam?"

"Cinta dan kasih sayang," jawab Samudra. Senyum di wajahnya luntur seketika, matanya menatap kosong ke depan. Seolah Samudra tengah merasakan kesakitan yang teramat dalam.

"Bunda sama ayah ngira kalau uang bikin gue bahagia. Mereka ngajarin gue kalau uang adalah kekuasaan paling tinggi. Tapi mereka lupa, kalau gue adalah manusia yang masih punya hati. Hati gue kosong, tanpa cinta atau kasih sayang dari siapa pun," tutur Samudra.

"Gue bisa mencintai lo dan ngasih semua kasih sayang yang gue punya," jawab Shella.

Samudra terkekeh, tapi semakin lama semakin kencang menjadi tawa yang terdengar begitu lepas.

"Shel, please deh. Jangan ngelawak. Gue udah kenal lo lama, dan lo cuma mau berhubungan sama cowok kaya 'kan? Itu artinya cinta lo enggak tulus, tapi cinta lo berpacu pada harta. Kalo gue jadi miskin, pasti cinta lo juga akan lenyap," tutur Samudra.

Shella terdiam beberapa detik, mencoba mencerna perkataan Samudra yang tidak bisa ditangkap oleh otaknya secara langsung.

"Tapi lo enggak akan pernah bisa dapetin cinta yang tulus. Semua perempuan pasti punya kata 'karena' saat mencintai seseorang," jawab Shella.

"Gue yakin enggak semua cewek kayak gitu. Gue akan mengembara, nyari cewek yang sulit dimiliki. Sesulit mencari mutiara di mulut buaya," ucap Samudra.

"Tapi apa lo tahu dimana gue bisa beli cinta?" tanya Samudra.

***

"Cinta hadir atas izin Allah swt. Cinta merupakan perasaan suci dan datang dari hati itu sendiri. Kita tidak bisa membeli cinta, sebesar apapun kekuasan yang kita miliki. Kekuasaan hanya membuat cinta menjadi dusta, membuat cinta menjadi  kata tanpa rasa," tutur Ibrahim—ayah Almayra.

"Dan sebaik-baiknya cinta, adalah cinta karena Allah semata. Benar 'kan abi?" tanya Almayra.

"Begitulah. Semoga kelak, Alma bisa mencintai seseorang dengan tulus, hanya karena Allah," ujar Ibrahim.

"Aamiin."

"Abi mau tanya sesuatu sama Alma, boleh?" tanya Ibrahim.

"Tentu saja abi."

"Apakah saat ini, ataupun sebelumya, Alma pernah jatuh cinta pada lawan jenis?" tanya Ibrahim.

Almayra nampak tersenyum manis. "Sejauh ini Alma hanya pernah mengagumi seseorang, itupun tokoh-tokoh islami."

"Almayra, jika abi menjodohkanmu dengan pria pilihan abi, apa Alma bersedia?"

Jantung Almayra terasa berhenti untuk sejenak, sebelum akhirnya kembali berdetak dengan kencang.

"Alma bersedia. Karena Alma yakin, abi akan memilihkan pria terbaik untuk Alma," ujar Almayra.

"Insyaallah. Lagi pula, abi tidak mungkin menjerumuskan puteri abi sendiri ke lubang penderitaan," ujar Ibrahim.

"Tapi abi, bukankah jodoh adalah urusan Allah?" tanya Almayra.

"Benar sekali. Tapi kita sebagai manusia juga perlu berikhtiar. Allah pasti mempunyai cara tersendiri untuk menyatukan pasangan hambanya," jawab Ibrahim.

"Setelah Alma keluar sekolah, akan dilaksanakan acara khitbah," ucap Ibrahim. Sedetik kemudian, pria berumur sekitar 50 tahun itu berjalan menuju kamarnya.

"Siapa kiranya pria yang akan datang mengkhitbahku? Ya Allah ya Tuhanku, aku percaya pada takdir dan pilihanmu tidak pernah salah. Jaga aku selalu, agar terus berpegangan pada-Mu," batin Almayra.

The Holding On [Novelet] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang