Part 07♡

5 3 15
                                    

"Almayra. Gue pergi dulu ya. Kamu jaga diri baik-baik," ucap Arsya.

Jarak rumah Arsya dan Almayra yang memang tidak jauh, membuat Arsya berfikir untuk menyempatkan bertemu Almayra terlebih dahulu. Menemui bidadari hatinya yang akan sangat jarang ia temui. Sulit baginya untuk pergi meninggalkan Kota Bandung tercinta, dan mengembara di Palembang. Pasti suasananya akan berbeda.

"Kamu juga, Sya. Jangan keras kepala ya. Kalau nanti di sana punya temen baru, jangan lupa kenalin ke aku, juga ke Riska," jawab Almayra.

"Sering-sering main juga ya? Aku sama Riska pasti rinduin kamu selalu," ucap Almayra.

Arsya tersenyum kecut. Rasanya sangat berat sekali, tapi harus bagaimana lagi? Ia harus mengikuti orang tuanya. Arsya merogoh saku celananya.

"Jangan terlalu rindu sama gue, ya? Nanti Allah cemburu. Kalo kebanyakan rindu, nanti hati kamu juga enggak bakal tenang," ujar Arsya.

"Astagfirullah. Kamu benar, Arsya," jawab Almayra.

"Untukmu," ujar Arsya seraya menyodorkan tasbih berukuran kecil berwarna putih bersih, kepada Almayra.

Dengan senang hati Almayra menerimanya.

"Sangat indah, Arsya," ujar Almayra.

"Sama indahnya seperti dirimu," batin Arsya.

"Kalau kamu rindu gue, jangan terus inget-inget kenangan kita. Dzikir aja, tenangin hati kamu dengan selalu dekat pada Allah," ujar Arsya.

"Bagaimana bisa aku tidak mengingatmu? Sedangkan kau adalah pria yang aku harapkan menjadi imamku," batin Almayra.

Keheningan tercipta diantara mereka. Semilir angin sore membelai tubuh mereka dalam dekapan kedinginan. Sang Senja mulai menampakkan rona jingganya, membuat siapa pun yang melihatnya terpana. Kenapa mereka harus berpisah di hari yang seindah itu? Tapi tak apa, semoga Allah kembali mempertemukan di hari yang lebih indah.

"Gue rasa, gue harus pamit sekarang," ucap Arsya.

"Semoga selamat sampai tujuan," jawab Almayra.

"Tunggu gue ya? Gue pasti kembali. Kembali ke rumahmu bersama kedua orang gue. Semoga Allah meridhoi semua rasa ini," lirih Arsya.

"Assalamualaikum," Arsya pergi bergitu saja, meninggalkan Almayra sendirian di bawah naungan sang senja.

"Waalaikumsalam," lirih Almayra seraya menatap punggung Arsya yang kian menjauh. Mungkin Arsya juga tidak akan bisa mendengar jawaban salam dari Almayra.

"Apa maksudnya?" batin Almayra.

Di dalam mobil yang kini tengah melaju dengan kecepatan sedang, Arsya hanya bisa memejamkan matanya. Hatinya sangat sakit, seakan tidak mau berada jauh dari Almayra. Almayra adalah wanita pertama yang berhasil membuat Arsya jatuh cinta.

Gamis berwarna hijau toska dengan kerudung syar'i berwarna putih yang Almayra kenakan, semakin membuatnya begitu istimewa. Bayangannya tidak bisa hilang dalam benak Arsya, matanya yang besar dan selalu meneduhkan, pipinya yang selalu merona, membuat Arsya gila pada sosok Almayra.

"Astagfirullah. Ya Allah, tolong jangan biarkan hati hamba sampai lebih mencintai Almayra dari pada Engkau yang maha agung," batin Arsya.

***

Seperti hari minggu pada biasanya, Al dan Dimas kini tengah berada di kamar Samudra. Lumayan, untuk menggunakan wifi di kamarnya, serta untuk menghabiskan makanan dan minuman yang tersedia.

"Gue rasa ada yang berubah dari lo, Sam," ujar Dimas dengan mata dan tangan yang masih fokus menatap layar handphonenya karena tengah memainkan game.

"Apa kalian keberatan sama perubahan gue?" tanya Samudra.

"Ya … enggak sih. Sahabat mana sih yang pengen liat sahabatnya stuck di situ-situ aja. Tapi di sisi lain, lo jadi terlalu ngebosenin," jawab Al yang tengah memakan keripik singkong.

"Karena gadis itu?" Tanya Dimas.

Samudra menghela nafasnya. Ia membaringkan tubuhnya yang tinggi di kasur miliknya. Matanya menatap kosong pada langit-langit kamarnya.

"Mungkin. Ucapan dia waktu gue kecelakaan itu yang bikin gue takut kalo mau ngelakuin dosa. Gue enggak tahu kapan maut menjemput jiwa gue. Dan gue enggak mau mati di saat gue dalam keadaan mabuk ataupun lagi ngelakuin maksiat lainnya," tutur Samudra.

"Sekuat itu lo mau berubah?" tanya Al.

"Ya … gadis itu udah jadi tujuan gue buat berubah. Mungkin … gue jatuh cinta sama dia. Sama gadis dengan akhlak yang hampir sempurna. Tapi gue enggak yakin kalau dia nyimpen rasa yang sama di hatinya. Secara … dia gadis yang selalu memegang teguh prinsipnya untuk tidak berpacaran," jawab Samudra.

"Ketua geng insecure. Lo insecure? Dengan harta lo yang enggak akan habis 12 turunan lo insecure? Dengan wajah yang ganteng dan sempurna, lo insecure? terus tampang kayak si Al apa dong?" tanya Dimas.

"Kok bawa-bawa gue," ujar Al seraya melempar keripik singkong ke wajah Dimas yang tengah asik tertawa melihat ekspresi wajah Al.

"Almayra itu beda. Dia bukan wanita yang mandang harta atau fisik. Tapi dia melihat dari segi akhlak. Karena dia mencari imam, bukan penghasil uang," jawab Samudra.

"Cowok yang bisa dapetin Almayra nanti … adalah cowok paling beruntung di dunia," lanjutnya.

The Holding On [Novelet] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang