꒰ [phase 23] ⠇‹3 ˊˎ-

1.2K 230 28
                                    

chan baru saja akan terlelap ketika mendengar pintu ruangan tersebut terbuka lagi. disana muncul siluet pria mungil yang sangat chan hapal lekuk tubuhnya. lelaki itu mendekati chan dan menatapnya tanpa bicara sepatah kata apapun.

sekejap kemudian ia mendudukkan diri di pangkuan chan. memeluk lelaki yang lebih tua dengan erat dan menyandarkan diri di bahunya yang lebar. matanya terpejam menikmati posisi itu sejenak. persis seperti koala yang manja. chan terlihat kaget dengan kelakuan felix yang aneh seperti ini.

"tunggu.. kamu dengar pembicaraan saya dengan papa mama tadi, ya?!" tanya chan cemas.

"jadi bener lo ngomongin gue ke orang tua lo?" felix natap chan dengan tajam.

"tung—APAA?! kau dengar?! beneran bee?" felix cuma bisa rotasikan matanya sambil nutup telinga karena chan teriak cukup keras.

"chan.. lo pas tuhan bagi2 otak kemana aja? padahal lo yang punya rumah tapi gak tau kalau dinding nya kedap suara."

"oh bener juga.." chan menepuk keningnya sejenak terus ketawa kaya orang bodoh. padahal beneran bodoh –inner felix.

"gue tadi mau pamit tapi liat elo yang lesu kaya gini entah kenapa kaki gue jadi nganter gue duduk di sini" jawab felix sekenanya.

"kaku gue emang nakal. maafin dia ya?" felix senyum tolol yang bikin chan terkekeh gemas.

"astaga.. saya gak kenapa napa, bee" kata chan tertawa ngeliat felix yang mukulin kakinya seolah marahin anak.

"gak usah sok kuat. gue tau ini isinya rapuh banget kaya jeli."

jari telunjuk felix nempel di dada chan. tepat di jantungnya. ia tatap chan dengan serius, "lo tuh ya.. hari ini beda banget dari yang gue liat biasanya di apartemen."

"sungguh?"

"lo kelihatannya tegas dan dewasa banget kalo di depan keluarga. hannah sama lucas juga cerita ke gue lo orangnya keras dan serius. beda sama chan yang gue kenal selama ini."

"emangnya chan yang kamu kenal seperti apa?"

"chan yang gue kenal itu orangnya lemah.. nyebelin tapi gue sayang. lo ini, sebenarnya terlalu sering nyembunyiin perasaan 'kan? makanya waktu ketemu orang yang bikin nyaman sifat asli lo keluar. gue gak marah kok, gue suka. gue suka chan yang penyayang dan perhatian."

felix tersenyum manis untuk chan. lelaki yang lebih tua terharu tak sanggup lagi menahan tangisnya, "hiks.. hiks.. bumble bee.."

"arghhh bayik lo. cengeng banget. gitu aja nangis!" omel felix waktu chan meluk dia terus nangis di dadanya sampai baju yang dikenakan felix basah sama air mata chan.

"huhuhu... iyaa gue cengeng! hiks huee!! gue sayang bumble bee!"

"cengeng. cengeng banget. sini, bayi gede butuh dipeluk biar nangisnya berhenti!" felix rentangkan tangannya lebar lalu menarik chan makin dalam ke pelukan dia.

"channie.. bocah banget" bisik felix lirih ngerasain badan chan makin berat. ternyata pria itu sudah tergeletak pulas di dadanya setelah menangis begitu lama.

keesokan paginya, mama chan mengunci pintu ruangan chan dan felix dari luar dengan cepat. ah, jangan khawatir, di dalam sudah ada kunci cadangannya kok.

"ssttt.. hannah. lucas. kalian jangan ganggu kak chan dan kak felix, ya?"

"kenapaaaa?!?! bukain pintunya dong maa!"

"aku mau lihat kak chan romantisnya kek gimana! ayolah maa plisss!!"

sementara mama chan kebingungan mencari cara untuk mendiamkan kedua anaknya, felix nampak menggeliat terganggu di pelukan chan.

"adek lo kenapa sih? berisik banget..."

"biarkan saja. iri tanda tak mampu, bee. sekarang balik sini saya masih mau peluk kamu." chan narik selimut buat nutupin tubuh mereka.

"you piece of shit." kata felix mendekatkan diri untuk memeluk chan makin erat. masih malas untuk membuka mata.

"uhuh.. it's nice that your voice was the first thing i heard today" senyum chan dengan mata masih terpejam..

"stop that cheesy thing"

"never~"

"ugh!"

© BROWNIE, 230521

sapa kangen momen chanlix ayoo angkat kaki!

❪ 恋 ❫ BROWNIE • chanlix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang