Saat tengah malam tiba, Jungwon lantas terbangun dari tidurnya. Tentu saja bukan tanpa alasan. Ia terusik setelah mendengar dengkuran saling bersahutan kedua temannya.
"Mereka berisik sekali. Jika sudah bangun begini aku tak bisa tidur lagi". Gumam si manis sembari beranjak dari sofa.
" Hhh... Sebaiknya aku pergi berkeliling sebentar. Jika sudah lelah nanti, pasti aku akan cepat mengantuk". Ujarnya sembari mengambil sebuah mantel tebal untuk membalut tubuh mungilnya.
Setelahnya, iapun melangkahkan kedua kakinya meninggalkan kamar.
Jungwon tampak menyusuri lorong demi lorong asrama yang nampak luas dan panjang. Suasana sunyi dan gelap begitu terasa sangat mencekam. Jelas saja, memangnya siapa yang akan keluyuran di tengah malam begini?
'Srattsh'
Seketika langkahnya pun terhenti setelah mendengar suara seperti lemparan benda yang melesat kencang. Karena memiliki tingkat rasa penasaran yang cukup tinggi, pemuda manis itu lantas bergerak mengikuti sumber suara tersebut yang ternyata mengarah pada sebuah gelanggang panahan.
"Wah... Dia sangat keren!". Decaknya kagum begitu melihat seorang pemuda yang baru saja melepaskan sebuah anak panahnya dengan tepat mengenai papan target.
Seolah tersihir akan permainan pemuda itu, Jungwon bahkan secara tanpa sadar terus berceloteh dengan suara yang sedikit berisik hingga membuat sang objek tontonannya pun bergeming.
"Aakhh!". Pekik Jungwon yang dengan refleks memejamkan kedua matanya saat melihat sebuah anak panah tersasar kearahnya.
'Sraatsh'
Beruntungnya, anak panah yang melesat dengan cukup kencang itu menancap tepat pada sebuah pintu di samping tubuhnya. Si manispun lantas menghela nafas leganya.
"Yang Jungwon?".
Terdengar sebuah suara yang menginterupsi. Dengan perlahan si pemilik namapun menoleh dan mendapati sang objek yang menjadi tontonannya tadi. "H-haruto...".
"Apa kau baik-baik saja? Maaf jika sebelumnya aku membuatmu takut". Ujar pemuda Watanabe itu sembari mengusap bahu sang Aphrodite.
"I-iya tidak apa-apa. Aku hanya sedikit terkejut saja". Sahutnya sembari menggelengkan kepalanya.
" Oh ya, apa yang kau lakukan disini? Kau tidak tidur?".
"Aku baru saja terbangun dan tidak bisa tidur lagi".
Kening putra sang Ares itu tampak mengeryit setelah mendengar ucapannya. "Kenapa? Apa kau tidak nyaman dengan kamarmu?".
"Ah tidak! Aku merasa nyaman kok. Mm... Kau sendiri, kenapa kau masih berlatih memanah di tengah malam begini?". Ujar si manis sembari mengalihkan topik pembicaraan.
"Aku sedang berlatih untuk ujian nanti".
Satu alis milik si manis pun sontak terangkat. "Bukannya itu masih lama? Kenapa kau harus berlatih sekeras ini? Tanpa berlatihpun, kurasa kau sangat ahli dalam memanah. Ayahmu sudah memberikan semua kemampuannya padamu 'kan?".
Sebelum menjawab, pemuda Watanabe itu tampak terkekeh pelan, "Kau tau Jungwon? Ini adalah kalimat terpanjang yang pernah kau ucapkan padaku".
"Hmm mungkin kau benar. Ayahku memang sudah memberikan semua kemampuannya padaku. Tapi tetap saja, aku masih merasa belum puas karena ada seseorang yang memiliki kemampuan yang hampir sepadan denganku. Aku sangat ingin mengalahkannya". Jelasnya sembari menatap kedua manik doe itu dengan lekat.
"Siapa orang itu?".
Haruto lantas mengambil satu langkah untuk mendekat padanya. Iapun sedikit menundukkan kepalanya sebelum berbisik tepat di depan wajah si manis, "Orang yang paling di takuti seantero akademi ini".
'Glup'
Jungwon tampak bersusah payah untuk menelan salivanya sendiri begitu mendengar bisikan sang Ares dengan nada yang seduktif hingga membuat tubuhnya meremang.
"Omong-omong, apa kau mau bergabung denganku?".
"Bergabung?". Sahut si manis yang dengan cepat mendapat anggukkan dari pemuda tampan itu.
" Kita berlatih memanah bersama. Kau mau?".
.
.
Tanpa terasa sudah satu jam berlalu dengan cepat. Saat ini Jungwon dan Haruto tengah beristirahat sembari bersandar pada sebuah dinding setelah cukup lelah berlatih.
"Apa kau ingin minum Jungwon? Aku akan mengambilkannya".
Hanya sebuah anggukkan kecil yang pemuda manis itu berikan padanya.
Beberapa saat setelah kepergian Haruto, iapun tampak menguap dengan lebar. Rasanya Jungwon sudah mengantuk sekali sekarang. Dengan perlahan, kedua kelopak matanya yang kian memberat pun benar-benar terpejam erat.
"Jungwon, aku sudah mengambilkanmu minuman—ah.. sepertinya aku pergi terlalu lama". Ujarnya sembari berjongkok tepat dihadapan si manis.
Jemarinya lantas terulur hanya untuk menepikan sedikit anak rambut milik si manis yang telah memanjang itu hingga menutupi sebagian wajahnya.
Satu sudut bibir Haruto tampak tertarik keatas. Ia mengulas senyuman tipisnya.
"Bahkan saat tertidur sekalipun, kau masih terlihat sangat cantik".
Keesokkan harinya...
Jungwon tampak menguap dengan lebar sembari merentangkan kedua tangannya di udara, mengumpulkan nyawa.
Perlahan kelopak mata seindah mawar itupun terbuka. Dan hal pertama yang ia dapati setelahnya adalah sebuah kamar dengan nuansa monokrom. Keningnya sontak mengeryit saat menyadari dirinya bukan berada didalam kamarnya sendiri.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu kamar yang terbuka. Si manis pun lantas mengalihkan atensinya.
"Kau sudah bangun?".
Jungwon hanya dapat menatap sosok pemuda tampan nan tinggi dihadapannya itu dengan raut wajah yang bingung sebelum bersuara, "Yak! Bagaimana bisa aku berada dikamarmu, Jay?".
" Jadi kau berharap untuk terbangun di kamar putra Ares itu?".
Kedua manik doe-nya pun sontak membulat setelah mendengar ucapannya barusan. "B-bukan begitu maksudku!".
Sementara itu, Jay hanya memutar bola matanya dengan jengah. "Tanpa bertanya sekalipun, seharusnya semua ini sudah jelas bagimu. Akulah yang sudah membawamu kemari. Dan lagi, apa yang sudah kau lakukan dengannya tengah malam di gelanggang yang sepi?".
"A-aku tidak melakukan apapun! Kami berdua hanya berlatih memanah kok itu saja". Sahut si manis dengan sedikit gugup seolah tengah di interogasi karena ketahuan telah berselingkuh.
"Kalau begitu, makan dan habiskan sarapanmu dan segeralah pergi dari sini". Ujar Jay sembari menyodorkan sebuah nampan berisi sarapan pagi kehadapan si manis.
"Jadi, kau mengusirku?".
"Apa kau masih ingin tetap disini?".
'Deg'.
Seketika jantung milik si manis pun berdegup. Kedua pipi berisinya sontak merona setelah mendengar ucapan sang Hades tersebut.
'Jay sialan!'. Rutuknya dalam hati.
Lantas setelahnya, Jungwonpun segera merebut nampan itu kasar dari tangan si pemuda yang masih setia menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
***
uwon udah kayak primadona ya banyak yang rebutin hihii
btw kamu di timnya siapa nih? jay apa haruto?😗
KAMU SEDANG MEMBACA
arcadia | jaywon (on hold)
Fantasido not allowed to copy paste my story for any reason! [summary] "𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭𝐦𝐮 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐢 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐢𝐭𝐮 𝐩𝐮𝐥𝐚 𝐤𝐚𝐮 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐤𝐮". ©2021, bunajaywon