13. Kesempatan

60 7 10
                                    

"Sebenernya gak masalah diomongin orang. Cuman satu, kuping gue panas, gue gak kuat." ~Milenius.

_0_

   

       Seperti yang sudah direncanakan, sepulang sekolah Milen dan Kenan pergi ke kafe di sebrang jalan, mereka berjalan beriringan di sepanjang koridor membuat banyak pasang mata melihat mereka dengan tatapan mengejek dan mencemooh tak lupa pula orang yang blak-blakan meneriaki Milen dengan suara keras.

"YANG KATANYA GAK MAU TAPI DEKET-DEKET!"

"IYA, YAH GAK TAHU MALU, GAK TAHU DIRI PULA!"

"HAHA ...."

Kenan memegang tangan Milen tapi ditepis Milen dengan cepat, tak putus akal Kenan memegang bahunya membuat Milen menatap tajam Kenan.

"Apa? Hem. Jangan dengerin mereka," ucap Kenan dengan lembut sedangkan Milen hanya diam dengan tangan yang mengepal kuat.

Milen salah, seharusnya ia tidak boleh mendekati Kenan hanya untuk bermain-main denganya, seharunya ia tidak bermain hati, takut dirinya akan terbawa suasana, apalagi kalau Kenan bersikap baik padanya. "Kamu bisa Len, jangan nyerah, nanggung!" runtuknya dalam hati, nyatanya ini bukanlah soal Kenan dan Milen saja, tetapi Milen harus berhadapan dengan penggemar Kenan yang terbilang cukup banyak.

Sesampainya di kafe, Milen memilih memesan minuman dan makanan ringan Kenan pun memesa makanan yang sama dengan Milen.

"Jadi gimana?" tanya Kenan sambil menyeruput jus jeruk yang sudah lama tersimpan di atas meja, sejak kejadian tadi Milen menjadi tidak banyak berbicara atau memang dasarnya begitu.

"Gue mau ngasih lo kesempatan, tapi kayaknya enggak jadi," celetuk Milen sambil menatap wajah Kenan dalam.

Uhuk uhuk.

Mendengar jawaban dari Milen membuat Kenan terbatuk karna terkejut. Kenan merasa aneh kenapa sikap Milen sering berubah-ubah secara tibs-tiba, tadi pagi Milen menolaknya dengan terang-terangan dan siangnya dia bilang mau mempertimbangkan kembali keputusanya dan sekarang apa? Menolaknya kembali, ini sungguh tidak adil, Milen sungguh telah mempermainkan perasaannya.

"Lo kenapa, sih? Gue memang suka sama lo tapi gak gini juga!" terang Kena dengan nada kesal.

"Lo tenang dulu!" jawab Milen singkat.

"Gimana gue mau tenang? Jawaban dan tingkah laku lo jelas banget kalau lo cuman mau mainin gue!" sindir Kenan menatap tajam wajah Milen.

"Diem dulu, gue belum selesai ngomong jangan di potong!" decak Milen membuat Kenan memalingkan wajahnya dan meminun jus jeruknya yang tinggal setengah.

"Yaudah lo mau ngomong apa?" tanya Kenan akhirnya, menengkan kekesalannya.

"Cinta itu rumit."

"Jadi?"

"Kalau dalam lima hari lo bisa bikin gue terkesan, gue bakalan terima lo jadi pacar gue," jelas Milen membuat Kenan mengembangkan senyumannya.

"Setuju, asal kan lo gak berusaha menghindari gue!" pinta Kenan yang diangguki singkat oleh Milen.

"Oke, habis ini gue anterin pulang, ya," ajak Kenan akhirnya.

"Gue pulang naik angkot saja," tolak Milen pelan.

"Enggak bisa gitu, lo harus mau. Gue juga mau tahu rumah lo di mana, bukannya lo sendiri yang kasih gue peluang buat tahu lebih tetang lo?" tutur Kenan dengan nada memohon, seperti orang yang memang sedang bersungguh-sungguh ingin mendekati Milen.

Milenius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang