02. Bullying

198 29 64
                                    

"Kalian manusia kan? Sesama perempuan juga, terus kenapa kalian merendahkan orang yang bahkan tak mengenal kalian? Apa dunia sudah sejahat itu?" ~Milenius

-0-


        Setelah selesai membersihkan toilet, Milen memilih untuk segera pergi ke kantin, ia sengaja berlama-lama di dalam toilet agar tidak mengikuti pelajar selanjutnya, toh ia merasa kalau dirinya sudah cukup pintar, bukankah kesuksesan tidak diukur dari nilai rapor ataupun rangking. Dengan santainya Milen berjalan menuju ke kantin, bel istirahat sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu jadi ia tidak perlu mengendap-endap untuk pergi ke kantin, surga bagi para pelajar semua penat akan hilang sejenak saking hebatnya tempat ini.

Milen memesan semangkok bakso dan air mineral, duduk di pojok tempat kesukaannya, di mana ia dapat melihat dengan leluasa seseorang yang berlalu lalang. Milen tidak memiliki teman dekat, hanya mempunyai teman sekelas yang bahkan jarang berkomunikasi dengan dirinya, ia lebih suka menyendiri dalam keramaian sosoknya bahkan sering tak dianggap.

Milen tidak pernah benar-benar memperdulikan orang lain, toh dirinya juga tidak memerlukan mereka semua, manusia-manusia munafik yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Sahabat dan pacar hanyalah benalu bagi Milen, ia bahkan sudah berniat tidak akan pernah menikah.

Selesai makan Milen pergi menuju ke kelas, saat sedang berjalan sudut matanya melihat seorang gadis yang sedang dipojokkan oleh keempat gadis lainnya. Tentu saja Milen mengenal keempat gadis itu karna mereka cukup populer di kalangan sekolah, dengan kecantikan dan kepintarannya mereka sering kali merendahkan bahkan membully orang-orang yang tidak bersalah hanya karena alasan-alasan sepele, sampai ada bebera siswa yang memilih untuk pindah.

Milen yang melihatnyan mulai geram, mereka hanya membully orang-orang yang lemah, bukan hanya fisiknya tetapi mentalnya juga meraka rusak, dulu sempat ada yang melaporkan perbuatan mereka kepada guru, tetapi pihak sekolah hanya menegur tanpa berani bertindak lebih jauh, karna ayahnya meraka  adalah salah satu donatur terbesar di sekolah ini.

"Hey, berhenti!" teriak Milen membuat keempat gadis itu menoleh.

"Eh, lo ngapain ikut campur urusan kita, hah?" bentak perempuan jangkung yang Milen ketahui bernama Calya Ashana, gadis berkulit putih bersih yang kerap disapa Hana, matanya yang sedikit sipit menjadikannya terlihat manis saat sedang tersenyum.

"Pergi sana, atau lo juga mau kita bully?" lanjut Hana, sedangkan ketiga gadis lainnya hanya diam memperhatikan. "Tampaknya mereka lebih banyak bertindak daripada berbicara seperti Hana,"  ucap Milen dalam hati.

Milen hanya diam, membuat Hana mendengus, "Dia sahabat lo?" tanya Hana.

"Bukan," jawab Milen singkat.

"Terus apa urusannya sama lo, hah?" teriak Hana, membuat Milen menutup telinga untuk beberapa saat, gadis ini tidak bisa berbicara dengan nada pelan sepertinya.

"Dia ada salah apa sama kalain? Kenapa kalian gangguin dia?" Milen bertanya.

"Dia itu cewek culun yang enggak pantas lo bela," sindir Hana pada merempuan yang terus mendudukan kepalanya.

"Tapi dia manusia! Lo juga manusia kan? Lo enggak punya hati apa gangguin orang yang enggak nganguin lo sama sekali? Malu, tuh sama otak pinter lo!" celetuk Milen membuat pipi Hana memerah.

"Bangsat! Lo ada masalah apa sama gue, hah?" tuduh Hana, berani-beraninya dia menghina dirinya.

"Lo juga ada masalah apa sama dia? Sampe lo hina dan maki-maki dia!" jawab Milen dengan nada sinis.

"Dia itu hanya cewek culun yang enggak berhak sekolah di sini!" geram Hana, ia sudah mengucapkannya tadi.

"Stop Hana, ayo kita pergi, dia tidak akan mengerti tentang apa yang coba kita jelaskan kepadanya!" ucap seorang gadis yang memiliki lesung dikedua pipinya, rambutnya dibiarkan tergerai membuatnya terlihat begitu manis, dia adalah Kyila Justina, salah satu orang yang berpengaruh di sekolah ini sekaligus ketua dari mereka berempat.

"Lo tuh bener-bener, ya! Awas lo, sekarang hidup lo enggak bakalan tenang!" ucap Hana lalu mereka pergi, meninggalkan Milen dengan gadis itu.

"Terima kasih," ucapnya sambil mengangkat kepala yang terus ia tundukan karna takut.

"Gak usah bilang makasih. Lo selamat hari ini, lain kali hati-hati!" ucap Milen memperingatkan.

"Iya, Abila Zetana kelas 11 IPS-4," ucap Abila sambil mengulurkan sebelah tangannya ke arah Milen.

Milen membalas uluran tangan itu, mengangguk singkat lalu berjalan pergi melewati Abila begitu saja.

"Nama kamu siapa?" tanya Abila.

"Milen."

"Oh, jadi kamu yang namanya Milenius kelas 11 IPS-3? Kelas kita berdekatan?" guman Abila pelan, matanya melihat kepergian Milen yang berjalan semakin menjauh.

🌿

"Kyila, kenapa lo lepasin cewek itu, sih?" gerutu Hana setelah meninggalkan mereka begitu saja.

"Kita enggak perlu cara kasar buat singkirin mereka, kita bisa pake cara yang halus."

"Caranya?" ucap Hana, sedangkan kedua gadis lainnya memilih untuk tetap diam.

"Pake otak! Sini gue bisikin!" ucap Kyila lalu ketiga gadis tersebut mendekat dan mendengarkannya dengan seksama. Mereka tidak tahu sosok manusia seperti apa yang sedang mereka hadapi.

#####

Haii, jangan lupa tinggalkan jejak, vote dan komentar ^^

Milenius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang