Epilog

55 2 2
                                    

"Sebuah ketenangan yang menyakitkan, menunggu dalam diam tanpa mamu berbuat apa-apa."
-Abila-

🦋

          Satu bulan telah berlalu, sejak kejadian itu Arvin mengalami koma dan belum sadar sampai sekarang. Milen nelangsa di dalam jeruji penjara, sedang malangsungkan sidang yang membutuhkan waktu yang sangat lama.

Satu persatu kejahatannya mulai terungkap, karna polisi menemukan bukti rekaman suara di ponsel milik Arvin, tentang Milen yang membunuh Wika. Semua akhirnya merembet kepada kejadian siswa-siswi yang mendadak mati beberapa bulan yang lalu, termasuk kasuh Kenan.

"Kamu yang membunuh, Wika?" tanya seorang petugas. Milen duduk dengan kedua tangan yang diborgol, ruangan ini berbentuk kotak yang sangat kecil di kelilingi dinding yang hanya memiliki satu kaca besar untuk melihatnya diintrogasi.

"Iya," jawab Milen singkat.

"Bagaimana kamu melakukannya?" tanyanya lagi, sambil sesekali melihat dan mencatat buku yang berada di tangannya.

Milen hanya tersenyum samar, diam dengan sorot mata tajam.

"Jika kamu tidak bicara, kamu akan mendapatkan hukuman yang lebih lama, jadi ceritakanlah semuanya kepada kami," terang seseorang di sampingnya, menatap Milen dengan serius.

Milen tetap diam tidak bergeming. "Apa kamu juga membunuh Kyila dan teman-tamannya? Nadira dan Yuan bagaimana dengan Kenan?" tanyanya lagi.

"Jika kalain polisi makan bekerjalan mencari bukti, bukan hanya menanyakan pertanyaan-pertanyaan konyol seperti ini!" dengus Milen pelan.

Salah satu petugas yang kesal menggebrak meja dengan begitu keras. "Kamu akan menyesal karna sudah menghina petugas seperti ini!" gerutunya lalu pergi.

"Pak, tunggu! Pertanyaannya belum selesai!" ucap  petugas yang satunya lagi, mengekori pria yang berjalan di hadapannya.

Tidak berselanh lama datang petugas lain dan memasukkan Milen ke dalam sel.

Di tempat lain, Abila selalu menunggu kesadaran Arvin dengan sabar, menunggunya untuk bangun dan memanggil namanya, Qirane sesekali datang untuk menjenguknya dan Arvin.

Orang tua Arvin terlihat begitu putus asa karna tidak ada perubahan akan kondisi anaknya, mereka menunggu keajaiban Tuhan untuk menyembuhkan anaknya.

The End.

Alhamdulillah, ini cerita kedua yang baru selesai setelah bertahun-tahun, hehe.

Terima kasih kepada para pembaca yang sudah memberika vote, komentar, serta beberapa saran yang kalian berikan, aku sayang kalian, wkwk. Terima kasih juga kepada diriku sendiri yang sudah berhasil menyelesaikan cerita ini^^

Dan, sampai ketemu di ceritaku selanjutnya👋

19 Mei 2023

Milenius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang