chapter 1

10 4 0
                                    

Hai hai hai,
Apa kabar?
Selamat datang di cerita ku, terima kasih sudah mau mampir. By the way, ini cerita pertama aku guys. Mohon dukungannya.

Cerita hanya fiktif belaka, mohon maaf apabila ada kesamaan nama dan tempat. Cerita murni dari pikiran dan haluan author.

•••

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

"Kamu itu apa apaan sih!! Sudah mama bilang, jaga Rey!! Kenapa kamu ga pernah mau nurutin?!" Ibu beranak dua itu memarahi anak yang kini sedang menunduk.

"Rey aja gamau di jaga, kenapa Ji harus repot-repot ngejagain?!!" Ujar gadis itu sembari mendangakkan kepalanya, menatap perempuan di depannya yang kini tengah menatapnya juga.

"Ngelawan kamu ya?! Malam ini kamu ga dapat jatah makan!!"

"Kok gitu sih ma?! Ga adil dong, masa masalah gini doang Ji ga dapat jatah makan malam." Gadis itu protes.

"Masih untung mama cuma ngasih hukuman itu aja, kalo papa yang bertindak ... Besok badan kamu pasti penuh luka!" Ucap perempuan yang menyebut dirinya 'mama' itu.

Gadis itu tetap berdiri, memicingkan matanya. Ingin rasanya dia menarik bibir mamanya itu sampai robek, lagi lagi dia menahan kesal, mengepalkan tangannya, menggigit bibirnya hingga sedikit berdarah. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju kamar, tanpa memedulikan mamanya yang kini terus mencibir dengan mulut yang di monyong-monyongkan.

'mau durhaka takut dosa' ucap gadis itu dalam hati.

Gadis itu memasuki kamarnya, melempar tas kesembarang arah. Jihan Askana Adhitama, gadis yang Sekarang masih duduk di bangku kelas 2 SMA, Memiliki kembaran yang seumuran dengannya. Jihan menatap bingkai foto di atas nakas, terdapat wajah keluarga 'tercintanya'. Jihan tersenyum miris, Betapa indahnya topeng-topeng yang digunakan keluarganya untuk menjaga image keluarga padahal sebenarnya, didalam keluarga itu sendiri ada anak perempuan yang menjadi korban kekerasan dan ketidakadilan orang tuanya.

Jihan termangu, bersandar di balik pintu. Entah kenapa, hari ini begitu berat, ia ingin menangis namun batinnya menolak, saat ini dia hanya ingin marah menumpahkan kekesalan yang sudah menumpuk dalam dada. Kalau saja kembarannya itu tak membuat masalah, pasti sekarang dia juga bisa tidur dan makan dengan nyaman.

"Brengsek!" Umpat Jihan pelan di balik pintu.

Jihan gadis kuat, dia tau itu. Dia tidak seperti gadis lainnya yang jika dimarahi akan menangis sejadi-jadinya. menurut Jihan, kalau menangis sehabis dimarahi itu artinya dia mengakui kalau dia salah.

Jihan bangkit, berjalan menuju kasurnya. Merebahkan badan dan mengeluarkan segala lelahnya hari ini, Jihan memejamkan matanya, padahal dirinya belum mandi sepulang sekolah tadi. Entahlah, dia hanya ingin istirahat.

JIHAN (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang