chapter 2

10 2 0
                                    

Hai ...
Jumpa lagi dengan valynn 👋

Cerita hanya fiktif belaka, mohon maaf apabila ada kesamaan nama dan tempat. Cerita murni dari pikiran dan haluan author.

****


"Maaf bang, udah lama nunggu ya?" Tanya Jihan pada seorang gojek yang sudah di pesannya sedari tadi. Tapi karena ada sedikit perdebatan, jadi agak lama.

"Ga papa kok neng, saya juga baru aja datang tadi!" Ujar Abang gojek itu ramah, sembari memberikan sebuah helm. Lalu mengantarkan Jihan sampai sekolah.

• • •

Jihan melangkahkan kakinya melewati koridor, gurat lelah nampak di wajah manisnya. Rasanya dia malas melakukan apa-apa, apalagi dalam keadaan perut kosong saat ini, hendak ke kantin pun dia urungkan. Apalah daya uang saku yg di berikan hanya cukup untuk ongkos pulang nanti.

Tak jarang siswa dan siswi di sekolah itu melirik Jihan. bagaimana tidak, Jihan adalah murid berbakat apalagi kembarannya, banyak yg mendekati Jihan agar mendapatkan hati sang kembaran, walaupun Jihan susah sekali di dekati karena sifat keras dan rada galak sehingga rata-rata murid disana takut untuk menyapanya. Jihan adalah anggota OSIS, dia ada di bagian kedisiplinan. Anggota OSIS lainnya memanfaatkan sifat Jihan untuk mengatur para anak-anak nakal di sekolah itu.

Tapi, tak jarang juga para siswa mendekatinya untuk menggodanya. Jihan itu cantik, manis, kaya, orang tuanya adalah donatur di sekolah. Dia juga tipe-tipe luar bad girl dalam good girl, tak seperti siswi-siswi lainnya yang menggunakan makeup makeup tebal macam tante-tante girang dan barang-barang branded (bermerek) yang ada di setiap anggota tubuhnya. Jihan berpakaian seadanya, menggunakan seragam sekolah dan tentunya Hoodie yang tak pernah lupa untuk dipakai dan rambut yg di ikat ekor kuda, menambah kesan bad girl nya.

"Hai Jihan!" Seseorang menyapa Jihan.

Sedangkan Jihan hanya menganggukkan kepalanya membalas sapaan itu.

Orang itu, Fahira. Teman sekelasnya. Makeup tebal dan beberapa aksesoris bermerek yg dia gunakan membuatnya tampak seperti orang kaya. Yaa meskipun emang orang kaya sii ....
Dan kalung dengan bandul besar seperti kalung yang di gunakan sapi, pikir Jihan. Entahlah, apa manfaat orang-orang memamerkan kekayaan mereka. Apa mungkin untuk menggoda para pencuri yg selalu gencar mengambil barang berharga secara diam-diam. Fahira bukan antagonis, dia tak pernah menganggu Jihan atau yg lainnya. Dia ... Hanya seperti itu. Mungkin sosoknya bisa kalian jelaskan masing-masing.

Ya begitulah, readers 😅

Saat hendak memasuki kelas, seseorang merangkul Jihan secara tiba-tiba. Sontak Jihan limbung kearah depan hendak tersungkur, bersyukur orang itu langsung menahan tubuhnya. Jihan menoleh, saat dia melihat wajah orang itu, raut mukanya kembali datar.

"Bisa ga sih, pagi-pagi jangan bikin orang jantungan?!" Ujar Jihan menatap orang itu datar.

"Hehehe, maaf!"

Sedangkan Jihan hanya menghela nafas, meskipun sudah biasa diperlakukan seperti itu tetap saja jantungnya selalu berdetak lebih kencang.

"By the way, Lo udah belajar?" Tanya Jihan.

"Udah dong,"

"Tumben .... "

"Heh, emangnya cuma anak ambis doang yang boleh belajar. Gua juga butuh belajar, supaya otak gua ga insecure berteman sama Lo!" Cerocos orang itu.

Sedangkan Jihan hanya menanggapinya dengan deheman.

Salva Audina Sari. Sahabat dekat Jihan, anak yang ceria, cantik, dan sedikit jutek. Omongannya pedas, lebih pedas omongan Jihan si sebenernya, dan juga ceplas-ceplos. Salva dan Jihan berteman dari SMP sampai sekarang, sering berbagi kisah, aib, dan juga masalah hati. Salva sendiri punya mantan dimana-mana, tapi kini hatinya tengah kosong. Ada yang mau ngisi?

Asik mengobrol, tak lama Salva menyadari kejanggalan dari wajah sahabatnya itu. Salva menangkup wajah Jihan.

"Bibir Lo kenapa Ji, astaga!" Pekik Salva tat kala melihat sudut bibir Jihan sedikit robek dengan darah yang sudah kering.

"Ck, gapapa" tutur Jihan, melepaskan tangan Salva dari pipinya.

"Ishh, tapi itu luka! Ga Lo bersihin juga lagi, ayo ikut gua!" Salva menggandeng tangan Jihan hendak pergi.

"Mau kemana Va?"

"UKS!"

"Ga ga, apaansih! Orang cuma luka gini doang, buru ayo masuk kelas aja bentar lagi bel!" Ucap Jihan menarik Salva memasuki kelas dengan bibir Salva yang terus ngedumel membicarakan Jihan tentunya.

Jihan dan Salva duduk di kursinya, kursi mereka berada di urutan kedua dari depan, dengan Salva dan Jihan yang duduk bersampingan.

"Tumben baru datang?" Tanya seorang siswi yang tempat duduknya tepat di belakang mereka.

"Udah dari tadi sebenarnya, tapi ni mak lampir nyetopin gua di depan!" Ucap Jihan menunjuk Salva.

"Enak aja Mak lampir, cantik gini juga!" Bela Salva. "Btw, Lo udah belajar Mi?" Tanya Salva.

"Alhamdulillah, udah"

Emi Rosaline. Sahabat Jihan dan Salva. Anaknya cantik, manis, terbilang imut, ramah, dan yang paling waras tentunya diantara dua temannya yang gila. Emi juga hidup di lingkungan yang ramah, keluarga yang ramah, tetangga yang ramah (ga kyk tetangga author yang suka nyinyir ngiri ga jelas), dan masyarakat yang ramah lingkungan.

Etdah 😶

"Wedewww, tumben!" Ujar Salva.

"Heh, emangnya Lo yang kalo belajar tunggu disuruh dulu!" Sarkas Jihan.

"Wah Lo ya, gini-gini gua rajin! Belajar doang mah ... Gampang!" Sombong Salva memainkan kukunya.

"Ga usah sok!" Ucap Jihan seraya menoyor kepala Salva hingga sang empu mendengus.

Sedangkan Emi, dia hanya menanggapinya dengan tawa yang super duper kalem.

Kriinggg kringgg

Suara bel pertanda pelajaran akan di mulai pun berbunyi, seluruh murid sudah masuk kelas masing-masing dan siap belajar.

"Siapkan kertas dan bolpoint masing-masing, jangan ada tas, buku, dan alat-alat tidak penting lainnya. Hari ini kita akan memulai ulangan harian matematika!" Tutur pak Retno selaku guru matematika yang galaknya naudzubillah.

Sedangkan para murid hanya menghela nafas pasrah.

"Alaaaaahh"

"Inget rupanya, gua kira bakal pikun"

"Anjirr, gua ga belajar"

"Woy, ntar bagi contekan ya!"

Dan banyak lagi keluh kesah pada murid lainnya.

"Pak" seseorang mengangkat tangannya, "ga ada basa-basi gitu?" Orang itu Oji, bisa dibilang biang onarnya kelas ini, beserta para antek-anteknya yaitu Irpan, Andri, dan Bima. Duduk di paling pojok dapat menjelaskan bahwa mereka adalah anak-anak bandel.

"Saya ga suka basa-basi! Cepat siapkan alat yg di butuhkan hanya untuk ulangan, waktu kita bisa terbuang!" Jawab pak Retno seraya memperbaiki kaca matanya.






















Tbc ....

Next??
Jangan lupa vote dan comment.

Follow ig author.
Ig : avalynn.seanjaya

Terimakasih.

JIHAN (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang