Chapter 6

1 0 0
                                    


Waaah, ternyata sudah lama yaa.
Apa kabar readers sekalian, maaf yaa baru sempat update, author habis mati suri dari wattpad.

Ga perlu banyak basa basi, yuk lanjut ke cerita lagi....
Vote nya jangan lupaaahhhhhh....

Jihan melongokkan kepalanya dari balik pintu, memastikan orang tuanya tidak ada dirumah, untungnya orang tuanya itu belum pulang, kalau tidak ... Habis dia dijadikan samsak tinju papanya. Pukul 4, Jihan pulang dari taman bermain setelah mampir ke restoran untuk makan. Davin sudah ditelpon oleh bundanya untuk mengantar ke perkumpulan arisan, biasa ... Ibu-ibu sosialita. Jadilah mereka buru-buru pulang.

Saat Jihan hendak menaiki tangga, suara seseorang menginterupsi nya untuk berhenti melangkah.

"Dari mana Lo?" Tanya seseorang membuat Jihan membalikkan badan.

"Jalan!" Jihan menghela nafas saat mengetahui ternyata yang menegurnya adalah Reyhan.

"Ya gua tau kalo Lo habis jalan, tap-"

"Nah itu Lo tau gua habis jalan, ngapa masih pake nanya?!" Jihan memotong ucapan Reyhan.

Reyhan menatap saudari kembarnya datar "serah lu dah!" Reyhan berlalu kemudian duduk di sofa depan tv dan menyalakan tv.

Jihan mengendikan bahunya acuh, saat hendak menaiki tangga, lagi-lagi suara Reyhan menginterupsi nya.

"Mama papa pulang besok!" Kata Reyhan.

"Hhh ... Kenapa sesingkat ini hidup gue tenang!" Gumam Jihan yang mungkin masih bisa didengar oleh Reyhan.

Jihan melanjutkan langkahnya, memasuki kamar dan mengunci pintunya, tas selempang nya dia lempar ke sembarang arah, kemudian merebahkan badannya ke atas kasur. Pikirannya berkelana, padahal baru satu hari hidupnya damai, dan besok dia sudah berada di neraka lagi. Menyedihkan, orang tuanya bahkan tidak memberinya hak kebebasan. Hanya Reyhan saja yang bebas, hanya Reyhan saja yang diperhatikan, hanya Reyhan saja yang diberi kabar. Bisa dikira juga oleh Jihan, mungkin mereka membuat grup keluarga tanpanya.

Saat dirasa kedua matanya hendak terpejam, Jihan langsung bangkit, dirinya memutuskan untuk mandi dan keramas agak kepalanya tidak pusing memikirkan hal yang tidak perlu.

Jihan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang bertengger di kepalanya. Perhatiannya tersita kala  melihat layar ponselnya menyala karena notifikasi. Jihan mengambil ponselnya, membuka pesan tersebut.

Emi nak baek
Jii, besok ngerjainnya di cafe sebelah tempat laundry yaa, tempat biasanya kita nongkrong.

                                                                          Oke.

Setelah membalas pesan Emi, dia teringat dengan oji, dia lupa mengabari, lantas dia mencari kontak Oji kemudian memencet tombol telfon di bagian atas.

"Oy, halo Ji! Ada apa?" Suara Oji terdengar tanda panggilan terhubung.

"Hhhh ... Lu manggil nama lu sendiri Ji?" Tanya Jihan lantaran mereka sama-sama memanggil 'ji'.

"Hahaha, ya mau gimana lagi ... Btw, kenapa nelpon?"

"Kerja kelompok besok sepulang sekolah di cafe samping tempat laundry Deket sekolah Ga terima alasan apapun pokonya harus datang" Kata Jihan tanpa jeda.

"O-oh, oke!" Jawab Oji canggung, rasanya suara Jihan seperti masuk kanan keluar kiri. Sepertinya ia harus bertanya lebih jelasnya lagi lewat Nicho.

Jihan mematikan telponnya, jemarinya beralih membuka pesan dari Salva.

Salva nak Dugong

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JIHAN (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang