SATU

54 9 7
                                    

Dua ribu delapan belas, dimana aku Izzy Cahyani yang biasa dipanggil dengan Zee duduk di bangku kelas dua SMA. Dan aku memiliki seorang sahabat laki-laki panggil saja Axel, sahabatku dari kecil. Kami selalu berbagi cerita apapun itu sampai akhirnya kami satu sekolah secara terus menerus sampai bosan. Oiya kami sama-sama mengambil jurusan IPA. Kebetulan kami mendapatkan kelas yang berbeda.

(Bel istirahat ketika berada di kantin bertemu dengan Axel).

"Xel beli apa lo?" Axel kaget dan langsung menoleh kearahku.

"Beli gorengan sama es teh manislah, tumben lo ke kantin biasanya makan bekel di kelas sambil duduk manis kaya anak TK." Axel sambil menjitak kepalaku.

"Aduh sakit ish, pengen jajanlah gue emangnya enggak boleh?"

"Enggak, udah pergi sana." (sambil mengeluarkan jurus untuk mendorong aku pergi).

"Lo nyebelin ya Xel, awas aja nanti gue enggak mau ngerjain PR bareng lo lagi, udah gue mau pergi, bye jangan kangen ya mblo sama manusia imut kaya gue gini."

"Zee tau ga?" tiba-tiba dia mendekatiku.

"Tau apa?"

"Lo itu jomblonya lebih lama Zee, bahkan lo sampe sekarang belum pernah pacaran sama siapapun haha," dia sangat geli menertawakanku.

"Ish," Desah aku kesal.

Lalu aku pergi dari kantin setelah berbicara dengan Axel yang menyebalkan dan dia masih menertawakanku dari jauh. Kemudian tidak lama bel berbunyi, setelah aku selesai memakan jajanan yang sudah dibeli di kantin tadi.

"Bel udah bunyi, Zee anterin gue ke toilet dulu yu," ajak Zara yang sangat buru-buru.

"Iya ayu sebentar jangan buru-buru kan Bu Devi belum masuk Zar."

"Gue udah enggak bisa nahan Zee," Zara langsung berlari agar cepat sampai di toilet.

Tiba-tiba ada dua laki-laki yang berpas-pasan denganku, kemudian salah satunya ada yang tersenyum. Aku tidak mengenalnya tetapi dia keluar dari kelasnya Axel. Kemungkinan besar sih dia temannya Axel. Lalu aku tetap membalas senyumnya dan aku langsung buru-buru untuk menyusul Zara yang sudah di dalam toilet.

"Zara ayu lama banget."

"Ini udah kok," Zara langsung keluar.

"Bu Devi udah mau masuk ayu zar cepetan."

"Jangan buru-buru ih Zee, dasar si anak pinter yang enggak mau ketinggalan pelajaran."

"Udah ayu jangan ngomong mulu Zar," Aku menarik Zara untuk berjalan cepat.

"Alhamdulillah Bu Devi belum masuk," mukaku terlihat cape dan keringetan karena toilet dengan kelas lumayan jauh harus melewati tiga kelas terlebih dahulu.

"Kaya habis di kejar-kejar kucing Zee muka lo sampai keringetan gitu," Caca menertawakan kecil kepadaku.

"Ca bentar deh, kucing emang bisa lari cepet sampe buat manusia keringetan kaya gitu? kalau gitu gue mau coba biar badan gue sehat terus kurus deh" si Okta sambil kebingungan. Maklum dia paling lemot diantara kita semua.

"Udah lupain omongan Caca," Putri yang selalu sabar sama sikap Okta.

"Oke," tetapi Okta masih mikir padahal sudah dibilang jangan di pikirkan lagi.

Bu Devi masuk serta menjelaskan beberapa materi kemudian memberikan PR kepada semua murid. Hingga bel berbunyi tandanya jam untuk Bu Devi sudah habis.

"Zee," panggil Bu Devi sambil mengisyaratkan agar aku ke mejanya.

"Zee si anak guru yang paling teladan," ejek Zara.

The Earth Of ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang