TUJUH

9 5 0
                                    

"Menurut lo Arga gimana orangnya?"

"Ya dia baik, Kenapa? lo beneran suka sama dia?"

"Semua orang baik Xel."

"Asal lo tau dia itu baiknya beda Zee."

"Bedanya?"

"Iya beda."

"Hm."

"Gue tau lo takut sama perasaan lo."

"Gak, kata siapa?"

"Lo paling gak bisa bohong sama gue Zee."

"Lo cenayang ya, setiap gue bohong pasti lo tau."

"Lo takut sama banyak kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, lo takut sama perasaan lo."

"Gak."

"Enggak usah bohong sama gue."

"Gue gak bohong, lo aja yang sok tau."

"Zee, lo mau sampai kapan?"

"Sampai kapan apanya?"

"Lo mau sampai kapan takut terus, dia laki-laki pertama yang ngebuat lo jatuh cinta Zee. Sebelumnya banyak kan yang deketin lo dan gak pernah berhasil karena lo udah nolak dari awal, tapi kali ini Arga berhasil."

"Berhasil apa?"

"Ya berhasil buat lo jatuh cinta."

"Udah gue gak mau bahas Arga lagi," aku langsung mematikan telfonnya.

Setelah aku mematikan telfonnya aku lanjut untuk mengerjakan tugas hingga larut malam, tidak sengaja terlintas dalam pikiranku tentang Arga.

"Kenapa gue dari awal gak nolak pemberian apapun dari Arga ya." (Aku berbicara dalam hati)

"Kenapa gue jadi malah mikirin Arga si, gak penting," aku langsung menarik selimut dan bersiap untuk tidur.

Keesokan harinya aku berangkat kesekolah dengan Axel karena kebetulan bang Randy ada kelas pagi dan ayah bekerja.

"Ibuu, Zee berangkat."

"Ini makanan buat nanti siang Zee, semoga hari ini bahagia ya anak ibu."

"Terima kasih ibu," aku memeluknya.

"Iya sama-sama sayang," kemudian aku berpamitan kepada Ibu dan menghampiri Axel yang sudah menungguku di depan rumah.

"Udah lama?"

"Udah gue nunggu satu jam disini."

"Bohong, kata ibu lo baru dateng."

"Banyak omong lo, cepet naik nanti telat."

"Masih pagi udah ngeselin aja lo," aku sambil sinis.

"Masih pagi udah pasang muka galak aja lo."

"Suka-suka gue, udah bawa motor aja yang bener."

Sampai di parkiran sekolah, aku berjalan dengan terburu-buru karena aku harus ke perpustakaan ada buku yang aku cari.

Kemudian aku berjalan menaikki anak tangga satu persatu dan lumayan sangat melelahkan karena Axel parkir motornya di basement.

Tiba-tiba di sampingku ada sepatu yang menurutku gak asing dan bau parfumnya juga. Aku langsung menengok ke arah samping dan ternyata itu adalah Arga.

"Arga, tumben lo pagi-pagi gini udah di sekolah."

"Lo berarti sering merhatiin gue ya? Kalau gue suka telat."

"Gak sering, cuma sekali."

"Kapan?"

"Di Lab waktu itu."

"Gue kira lo sering merhatiin gue."

"Gak usah geer lo."

"Sorry."

"Hm, yaudah gue buru-buru mau ke perpustakan."

"Gue temenin."

"Gak usah lo ke kelas aja."

"Gak boleh gue nemenin lo?"

"Gak," jawabku sinis.

"Oke, hati-hati Zee."

Sampai di perpustakaan aku langsung meminjam buku untuk materi hari ini yaitu Fisika. Kebetulan aku sangat suka pelajaran Fisika. Walaupun banyak orang yang bilang bahwa Fisika itu sulit sama dengan Kimia. Tapi menurutku, Fisika memang sulit tapi sangat mudah saat kita memahami rumus-rumusnya.

Aku berjalan menuju ruang kelas karena bel sudah mau berbunyi. Pagi ini sangat melelahkan aku harus menaiki anak tangga yang lumayan banyak.

Sampai di kelas tiba-tiba semua temanku melihat ke arahku.

"Zee, ada buku novel sama surat," Caca memberikan buku tersebut.

"Dari siapa?" aku bingung.

"Dari Arga, buka Zee suratnya cepetan," Zara membuatku penasaran.

"Oke gue buka, sabar dong."

Zee, gue yakin novel ini yang akan lo baca setelah novel yang lo beli kemarin di Toko Buku Mada. Ini buat lo, semoga suka ya Zee.

Gavindra Aditya.

Aku terkejut kenapa dia bisa tau bahwa novel ini adalah novel yang memang akan aku baca selanjutnya setelah buku yang sudah aku beli kemarin di Toko Buku Mada.

"Dia kasih ini ke siapa? Ke lo Zar atau ke siapa?"

"Enggak, ini tadi ada di atas meja lo," jawab Zara.

"Gue tadi pagi ketemu sama dia pas gue mau ke perpustakaan."

"Terus Arga gak bilang apa-apa sama lo Zee?" tanya Anis.

"Enggak, dia gak ngomong apa-apa sama gue."

"Berarti tingkat rasa suka dia sama lo udah naik level Zee," ledek Caca.

"Lo tau kan Ca gue gak suka ada orang yang kasih novel ke gue, apalagi novel kesukaan gue."

"Jadi lo mau marah ke Arga?" tanya Putri.

"Gak tau, Zar nanti temenin gue istirahat ketemu Arga di kelasnya."

"Hm oke, tapi nanti gue nunggu di luar ya."

"Iya."

Kemudian bel, tandanya pelajaran akan dimulai. Aku belajar dengan serius hingga berbunyi bel istirahat, aku langsung berjalan bersama Zara untuk ke kelasnya Arga.

"Ini dari lo?"

"Hm iya, kenapa Zee? Lo gak suka?"

"Iya gue gak suka."

"Sorry Zee."

"Buat apa lo kasih ini ke gue?"

"Buat lo baca, ini buku kesukaan lo kan?"

"Lo tau dari mana?"

"Gue liat lo di Toko Buku Mada."

"Lo ngikutin gue?"

(Arga terdiam)

"Terserah lo mau ikutin gue kemanapun itu hak lo, tapi gue kesini cuma mau balikin buku yang lo kasih buat gue. Sebelumnya gue makasih banget sama lo udah beliin buku ini, tapi sorry gue gak bisa nerima."

"Kenapa?" tanya Arga.

-----

Keep enjoying ya readers

Please to give a vote and comment

Aku sangat berterima kasih yang sudah membaca ceritaku! See you!

The Earth Of ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang