"Di chat cewe lah, intinya dia bilang dia udah deket lama sama Arga."
"Terus?"
"Ada sesuatu yang dia minta ke gue."
"Apa?"
"Ah yaudah lah gak penting, gue juga bukan siapa-siapanya Arga."
"Terus lo gak tanya Arga dulu soal cewe ini beneran deket sama dia atau enggak?"
"Buat apa? Nanti gue malah ngerusak hubungan mereka."
"Lo tanya ke Arga dulu, jangan tiba-tiba lo nyimpulin sendiri kaya gini."
"Gue gak nyimpulin sendiri, udah jelas kan cewe itu chat gue."
"Kebiasaan lo mah pake emosi mulu, jadi pergi gak ni?"
"Lo nyebelin, jadi lah ayo."
Tidak lama sampai di tempat yang kutuju dengan Axel. Setelah parkir, kami masuk ke dalam untuk melihat beberapa lukisan yang sudah pernah aku lihat sebelumnya. Tetap tidak membosankan dan selalu menyenangkan. Ada beberapa lukisan yang baru dan aku sangat menyukainya. Kebetulan Axel awalnya gak suka tempat kaya gini tapi karena aku sering bawa dia kesini, jadi dia ikutan suka.
"Zee ini semua udah pernah lo liat berkali-kali, lo gak ada bosennya ya?"
"Lo tau gue gimana kan, gue gak perlu jelasin lagi ke lo."
"Hm gue bosen liat lo."
"Ih nyebelin, yaudah sana tinggalin gue sendiri disini."
"Sensi banget si lo dari tadi."
Setelah dua jam aku berkeliling melihat lukisan-lukisan ternyata sangat melelahkan. Kakiku sudah mengharuskan untuk pulang.
"Zee makan dulu sebentar di tempat biasa."
"Gak mau."
"Jangan ada penolakan."
"Gue udah kenyang."
"Lo kenyang makan lukisan, nanti kita mampir di pecel lele biasa."
"Hm."
Lalu kami sampai di tempat makan yang biasanya aku makan bersama keluarga dan teman-temanku. Ini adalah salah satu kesukaanku makan pecel lele di pinggir jalan. Axel memesan dan aku duduk sambil melihat ponselku karena takut ibu mencariku ternyata ibu hanya menyuruhku untuk makan, pantas saja Axel maksa aku makan.
(Tidak lama makanannya datang)
"Zee makan dulu."
"Iya pak bos."
Aku makan dengan lahap, sebenarnya memang aku lapar. Setelah makan, langsung bergegas untuk pulang. Axel tidak suka aku pulang terlalu larut malam apalagi kalau pergi bersama.
"Sudah sampai di depan rumah dengan selamat."
"Siap, makasih banyak buat hari ini udah mau nemenin gue."
"Kaku banget lo, kaya sama orang baru kenal aja sama gue."
"Mau masuk dulu gak? Abang udah pulang kayanya."
"Gak usah, gue tadi udah bilang ke ibu kalau gue gak mampir ke rumah lo mau langsung pulang."
"Oke hati-hati," aku melambaikan tanganku.
Lalu aku masuk ke dalam dan ternyata hanya ada bang Randy, aku tidak sadar kalau mobil di luar tidak ada ternyata ibu dan ayah sedang pergi keluar.
"Abang, ibu sama ayah kemana?"
"Biasa belanja bulanan," (bang Randy sibuk bermain game)
"Abang, Zee mau ngomong."
"Ngomong aja."
"Gak mau disini, Zee tunggu di atas."
"Iya nanti dulu abang belum selesai gamenya."
"Yaudah enggak jadi kalau gitu."
"Oke ni abang selesain main gamenya, yaudah ayo ke atas. Kamu ganti baju dulu nanti chat abang kalau udah."
"Oke," aku berjalan menuju kamarku untuk berganti baju.
Tidak lama aku langsung bilang ke abang kalau aku sudah selesai ganti baju, dan suara kaki abang menuju kamarku terdengar jelas. Aku sambil melihat langit hari ini dengan menggunakan teropong.
"Zee," (Abang mengetuk pintu)
"Masuk aja gak aku kunci."
"Zee, abang tuh disuruh kesini buat ngomong sama kamu atau abang cuma ngeliatin kamu yang sibuk sama teropong kamu?" (kemudian aku langsung berhenti)
"Gitu aja marah."
"Bukan marah, tapi kamu maksa abang kesini sampai abang selesain maen gamenya."
"Jadi gak ikhlas?"
"Ya enggak lah, kan jadi kalah gara-gara kamu."
"Ih nyebelin."
"Bercanda Zee."
"Bang kemarin kan aku pergi...."
"Pergi sama Arga ke pantai?" abang tertawa.
"Ih dengerin Zee dulu."
"Oke abang dengerin."
"Zee pas pergi sama Arga, ada rasa yang gak pernah Zee rasain sebelumnya, terutama melihat senja bersama orang baru dan orang itu berhasil buat Zee tersenyum sangat bahagia sampai katanya senyum aku tidak seperti biasanya."
"Terus?"
"Zee Cuma takut."
"Takut apa? Soal ayah?"
"Ini bukan soal ayah bang, ini soal Zee sendiri."
"Maksudnya?"
"Zee takut, aku gak mau mengenal cinta, gak mau datang orang baru, aku udah cukup mendapatkan cinta dari ayah sama abang. Aku udah merasa cukup dengan semua itu."
"Zee ini bukan soal cukup atau gak cukup."
"Terus?"
"Iya kamu emang cukup, cukup mendapatkan cinta dari ayah sama dari abang sendiri. Emang menurut logika kamu itu cukup tapi menurut hati kamu gak Zee."
"Hati Zee cukup bang."
"Kamu itu sebenarnya takut kecewa ketika ada orang baru yang datang dan berusaha ambil hati kamu, Zee kamu harus coba memulai hal baru dengan orang baru. Kamu gak perlu takut, karena ketakutan kamu yang membuat kamu gak pernah bisa menerima orang baru."
"Ada hal yang abang gak tau soal Arga."
"Apa?" tanya bang Randy.
-----
Keep enjoying ya readers
Please to give a vote and comment
Aku sangat berterima kasih yang sudah membaca ceritaku! See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Earth Of Zee
Teen FictionIzzy Cahyani perempuan pintar, perhatian, ia tumbuh dari keluarga yang sangat harmonis dan putri kesayangan papahnya. Panggilannya Zee. Dia selalu menggambarkan dirinya sebagai bumi karena ia ingin menjadi tempat berpijaknya banyak orang, ia ingin s...