"Tapi gue mau nanya dulu ke lo, ini cerita lo mau tau aja atau mau tau banget?"
"Mmm, mau tau aja si."
"Kok lo penasaran banget tentang Arga, apa jangan-jangan lo..."
"Mulai ngawur pikiran lo."
"Nanti aja pas udah selesai ngerjain PR gue kasih tau," Tiba-tiba Axel langsung berjalan ke depan pintu rumahku.
"Ah nyebelin lo Xel."
(Kebetulan ibu sudah di depan pintu menunggu kami berdua masuk ke dalam)
"Assalamualaikum ibuu.. Axel main ya bu sambil menyelesaikan PR bareng Zee"
"Waalaikumsalam, Iyaa Axel. Udah sini masuk, ibu buatin makan dulu ya," Ibu pergi ke dapur.
Aku masuk ke dalam setelah melepaskan sepatuku.
"Assalamualaikum ibuuu.. Zee pulang."
"Waalaikumsalam, sayang. Ganti baju dulu sana ke atas ibu siapin makanan buat kamu sama Axel."
"Terima Kasih ibuku yang paling cantik," aku langsung berlari ke atas.
Setelah berganti pakaian aku turun dengan membawa buku kimia untuk mengerjakan PR bersama Axel.
"Sayang ini makanannya ya, ibu mau ke belakang urus tanaman ibu."
"Ibu mau ngurus anak tirinya ya," aku berusaha meledek Ibu.
"Sayang..." ibu mulai mau berbicara panjang.
"Bercanda ibu. Yaudah ibu ke belakang aja, aku disini ngerjain PR sama Axel."
"Axel, ibu tinggal dulu ke belakang ya."
"Iya ibu."
"Ayo ajarin gua Xel, gue kan gak ngerti kimia sama sekali."
Setelah mengerjakan PR Kimia, aku dan Axel makan. Tidak lama setelah selesai makan.
"Xel, sebenernya gua pengen cerita dulu sebelum lo cerita."
"Cerita soal siapa?"
"Soal si Arga."
"Yaudah lo cerita duluan."
"Jadi waktu itu gue ke toilet sama si Zara disitu ada dua laki-laki salah satunya si Arga itu. Tapi gue disitu belum tau nama dia. Dia merhatiin gue sambil senyum ke arah gue. Terus kedua kalinya gue ketemu lagi waktu gue ke kelas lo kasih buku dari Bu Devi. Itu dia matanya ke arah gue. Gue disitu risih pengen cepet keluar dari kelas lo tapi lo malah ngeledekin gue mulu. Ketiga kalinya yang gue mau ke toilet terus lo sama Arga juga mau ke toilet. Disitu Arga matanya juga ke arah gue terus. Keempat waktu di laboratorium itu kan gue ngawasin kelas lo dan kebetulan banget gue ngawasin dia. Setelah gue selesai Ujian Praktikum dia tiba-tiba di depan Lab bawa susu kotak putih terus dia kasih ke gue," aku berusaha menceritakan dengan jelas.
"Ternyata udah sering ketemu ya lo."
"Enggak terlalu sering."
"Gue tuh emang suka ngobrol sama dia, bahkan dia temen nongkrong gue. Tapi dia gitu."
"Hah? Gitu gimana maksud lo?"
"Mungkin dia kasih susu kotak itu tanda ucapan terima kasih karena lo udah ngawasin dia waktu Ujian Praktikum."
"Kemungkinan iya."
"Oiya tapi pas lo nganterin buku ke kelas gue, dia sempet bilang ke gue kalau muka lo itu gak asing di matanya, dia juga tau nama panjang lo dan nama panggilan lo."
"Hah? Yang bener? Pantesan."
"Pantesan apa?"
"Pas di depan Lab itu dia motong omongan gue, pas gue mau sebutin nama panggilan gue sendiri, dia udah tau duluan nama panggilan gue. Oiya dia juga tau kalau gue ini sahabat lo."
"Yakan semuanya juga udah tau lo sahabat gue, tapi hari ini lo cerita soal Arga enggak kaya biasanya," Axel sambil menahan tawa.
"Enggak usah ngeledek lo Xel, perasaan gue cerita sama aja."
"Beda lah kan gue yang ngerasain."
"Sama aja ah perasaan lo aja kali."
"Tapi coba kita liat seminggu ini dia bakal ngelakuin apa lagi ke lo."
"Emang dia mau ngelakuin apa lagi ke gue?"
"Ya gue enggak tau mangkanya kita liat aja."
"Udah ah gak ada selesainya cerita soal dia, mending lo pulang nanti kemaleman."
"Yaudah gue pamit pulang, panggil ibu gue mau pulang."
"Iya bentar gue panggil ibu dulu."
Aku menghampiri ibu yang sedang duduk di belakang sambil melihat tanamannya.
"Ibu, Axel mau pulang."
"Mau pulang? oh yaudah ibu ke depan." (Ibu berjalan menuju Axel)
"Ibu, Axel izin pulang ya bu takut kemaleman di jalan."
"Hati-hati ya. Makasih ya Xel udah ajarin Zee."
"Sama-sama ibu, Axel yang makasih ngerepotin ibu terus."
"Enggak sayang, Axel kan udah kaya anak ibu juga."
"Yaudah bu, Axel pamit ya Assalamualaikum. Zee gue pamit."
"Hati-hati lo di jalan."
Tidak lama Axel pulang, aku langsung ke kamar. Tiba-tiba aku mikir perkataan Axel yang tadi. "Lo cerita enggak kaya biasanya," Sampai aku ketiduran.
Keesokan harinya, pagi ini aku diantarkan oleh ayah. Ayah sedang libur. Sampai di sekolah aku pamit dengannya.
"Ayah, Zee pamit yah, makasih ayah udah mau anterin Zee ke sekolah."
"Sama-sama sayang anak ayah yang paling cantik. Nanti mau di jemput ayah atau sama abang atau pulang sama Axel aja?"
"Aku pulang sendiri aja ya yah, aku ingin ke Toko Buku Mada yang di dekat sekolah seperti biasa mau mencari novel."
"Baik ratu kecil ayah."
"Dadah, hati-hati ya yah."
Aku berjalan dan saat sampai di kelas tiba-tiba ada sesuatu di mejakku. Teman-temanku sudah mengetahui lebih dulu dan menunggu aku datang. Pas sampai mereka menyuruh aku cepat membuka suratnya.
"Cepat buka Zee suratnya," ujar Zara.
"Ini gue mau buka."
-----
Keep enjoying ya readers
Please to give a vote and comment
Aku sangat berterima kasih yang sudah membaca ceritaku! See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Earth Of Zee
Ficção AdolescenteIzzy Cahyani perempuan pintar, perhatian, ia tumbuh dari keluarga yang sangat harmonis dan putri kesayangan papahnya. Panggilannya Zee. Dia selalu menggambarkan dirinya sebagai bumi karena ia ingin menjadi tempat berpijaknya banyak orang, ia ingin s...