DUAPULUHDUA

4 0 0
                                    

"Banyak, intinya Arga beruntung sekarang jadi pacar lo," ucap Axel.

"Beruntung?" tanyaku.

"Iya dia bilang gitu sama gue, menurut gue si emang bener dia beruntung dapetin lo," jawab Axel.

"Gue emang kenapa? banyak kali cewe yang lebih dari gue."

"Lo tu beda Zee, udah deh kan orang lain yang nilai, lo gak bisa nilai diri lo sendiri," ucap Axel.

"Hm," ucapku.

"Jadi lo kapan mau traktir gue sebagai pajak jadian lo sama Arga?" ledek Axel.

"Ah rese ya lo," jawabku.

Kemudian sampai di sekolah, "Oiya nanti pulangnya lo gak usah nungguin gue."

"Udah tau, lo pasti pulang sama pacar lo," jawab Axel.

"Jadi lo gak ikhlas liat gue punya pacar sekarang?" tanyaku.

"Ikhlas lah demi temen gue bahagia, awas aja Arga sampe nyakitin lo," ucap Axel.

"Tenang bos," ledekku.

Aku dan Axel masuk kelas masing-masing hingga pelajaran selesai dan waktunya untuk pulang. Kali ini yang berada di depan pintu kelasku adalah Arga bukan Axel lagi.

"Ayo kita pulang," ajak Arga.

"Kan kita gak pulang, tapi lo mau bawa gue rumah lo," ucapku.

"Iya maksudnya ayo pulang ke rumah gue."

Kemudian aku berjalan menuju parkiran dan bertemu Axel.

"Xel mau gue cariin pacar gak? Biar lo gak jomblo mulu," ledekku.

"Udah bisa ngeledek ya lo, udah sana have fun berdua. Arga jagain Zee."

"Siap bro," jawab Arga.

"Ayo Zee naik."

Kemudian aku menuju rumah Arga, di perjalanan kita mengobrol untuk tidak membuat suasana yang canggung.

Sampai di depan rumah Arga, "Udah sampai Zee."

"Ini rumah lo?" tanyaku.

"Iyaa, ayo masuk."

Kemudian aku berjalan untuk masuk ke dalam rumah Arga dan bertemu bibinya.

"Assalamualaikum bi," aku mencium tangan.

"Waalaikumsalam masyaAllah cantik pisan pacarnya a Arga teh."

"Jago kan bi aku nyarinya," ledek Arga.

"Keren pisan pacarnya cantik, kenalin ya neng nama bibi teh aisyah. Panggil aja Bi Isah," ucap bi Isah.

"Iya Bi Isah, aku Zee," sambil senyum.

"Ayo duduk, mau di ruang tamu atau di luar dekat kolam renang?" tanya Bi Isah.

"Terserah Arga aja bi."

"Di luar aja bi, masakin nasi goreng ya bi kaya biasa. Zee aku ganti baju dulu ke atas," ucap Arga.

"Siap a Arga," ucap bi Isah.

Kemudian aku berjalan ke taman belakang sebenarnya bukan taman tapi banyak sekali tanaman, ada kolam renang juga.

"Ini makanannya ya neng"

"Makasih banyak ya bi."

"Di makan ya, oiya maaf ya neng kalo a Arga suka lama ganti bajunya."

"Iyaa bi gapapa," ucapku.

"Bibi tinggal ya," aku senyum dan kemudian bibi pergi.

Tidak lama Arga menghampiriku yang sedang duduk.

"Zee, ini buat kamu," Arga memberiku kotak hadiah.

"Dari siapa?" tanyaku.

"Dari bunda," jawab Arga.

"Dari bunda atau dari kamu?"

"Dari bunda, udah lama sih bunda kasih buat kamunya, tapi aku baru kasih ke kamu sekarang," ucap Arga.

"Kenapa?" tanyaku.

"Karena aku nunggu kamu jadi pacar aku dulu," ledek Arga.

"Hah? aneh kamu," ucapku.

"Jujur aku sebenarnya mah udah suka sama kamu dari kelas 10, aku cerita ke bunda dari pas kamu belum tau nama aku, tapi aku udah tau kamu," jawab Arga.

"Kenapa?" tanyaku.

"Kenapa apanya?"

"Kenapa kamu baru sekarang kenalin diri kamu ke aku?" tanyaku.

"Karena sekarang adalah waktu yang pas untuk aku mengungkapkan semuanya ke kamu."

"Hm."

"Udah makan dulu, nanti kamu tanya-tanya lagi siapa tau kamu kepo tentang aku."

"Kamu gak makan?" tanyaku.

"Enggak, aku udah bosen makan nasi goreng mulu."

Kemudian bibi datang membawakan kopi untuk Arga dan aku makan nasi goreng hingga habis. "Aku mau nanya sama kamu," ucapku.

"Nanya apa si sayang?" ledek Arga.

"Ih jangan gitu."

"Kenapa? Kamu salting ya?" ledek Arga.

"Ih nyebelin," ucapku.

"Kamu mau nanya apa sama aku?"

"Kenapa suka kopi hitam?" tanyaku.

"Karena hidup di dunia lebih banyak paitnya Zee."

"Aneh," jawabku.

"Tapi kamu sayang."

"Hm," aku melihat ke arah Arga dan tersenyum.

"Jangan senyum," ucap Arga.

"Kenapa?" tanyaku.

"Nanti kopi aku jadi manis dikasih senyum sama kamu."

"Basi gombalannya," ucapku.

"Zee.." ucap Arga.

"Apa?"

"Kamu harus tau, yang aku punya di dunia ini sekarang cuma bunda, kakak, adik aku, kamu, sama bibi."

"Ada satu yang belum kamu sebut," ucap Zee.

"Siapa?"

"Papah kamu?" tanyaku.

Arga terdiam.

"Aku salah ngomong ya?" tanyaku.

"Kamu gak salah, soal bokap dia gak pernah anggep aku anaknya."

"Maksudnya?" tanyaku.

"Bokap pergi gitu aja, gak pernah peduliin anak-anaknya, dia lebih milih pergi sama selingkuhannya."

"Walaupun dia salah, kamu gak boleh benci sama papah kamu, begitupun dia tetap orang tua kamu kan."

"Iya, tapi aku gak bisa anggep dia sebagai orang tua aku, ya alasannya karena bokap adalah penyebab bunda sakit," ucap Arga.

"Bunda? Bunda kamu sakit apa?" tanyaku serius.

-----

Keep enjoying ya readers

Please to give a vote and comment

Aku sangat berterima kasih yang sudah membaca ceritaku! See you!

The Earth Of ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang