After AS |38

25.2K 5K 14.1K
                                    

Buat kalian yang cuman baca dialog, dan ninggalin narasi, hati-hati ga paham alur lho ya ...💅🏿

_____

Seorang gadis datang membelah kerumunan dan masuk ke dalam garis batas yang sudah polisi pasang sepanjang dimana ditemukannya mayat seorang gadis SMA yang diduga bernama lengkap Cerly Ananta. Gadis dengan kacamata hitam dan topi hitam yang baru datang itu, dihadang polisi sebab berani sekali memasuki kawasan investigasi. Dengan santainya ia mengangkat name tag yang terkalung dileher putihnya, menunjukkan identitas dirinya.

Shena Karamoy, detektif.

Polisi itu menunduk sesaat tanda meminta maaf karna telah menghadang seorang Shena. Shena hanya mengangguk, lalu polisi tadi memberikan Shena jalan untuk mendekati mayat.

Terlihat Shena yang menghela nafas setelah berjongkok disamping mayat Cerly yang sudah dimasukkan ke dalam kantong jenazah, hanya  menampilkan wajah pucat gadis itu saja.

"Cey ... Haruskah gue bersyukur lo udah mati? Atau ..." Shena menjeda sesaat, lalu berkata, "Bersedih karna kenapa harus kematian lo yang gue ungkap sebagai seorang detektif?"

Shena smirk, lalu bangkit dari posisinya. "Ini kasus bunuh diri atau pembunuhan?" tanya Shena entah ditujukan pada siapa.

Salah satu polisi yang berdiri di dekat Shena, menyaut. "Ini kasus pembunuhan."

Shena mengangguk, "Apa kalian sudah menemukan alat terduga yang digunakan untuk membunuh gadis ini?"

"Belum, kami para kepolisian masih terus melakukan penyelidikan." Shena kembali mengangguk, lalu menatap Cerly lagi.

Sesaat Shena masih belum sadar ada yang mengganjal dari mayat Cerly, hingga ketika Shena semakin mengamati, gadis itu menyingkirkan rambut yang menutupi leher Cerly. Disana terlihat bekas jahitan baru, dan lagi ...

"Jangan lupakan ini, sepertinya ada sesuatu didalamnya." kata Shena dengan jari yang terus merasakan benda kecil didalam leher Cerly. Seperti, kartu memori.

"Berfikir Shen, apa motif pembunuh membunuh Cey." batinnya seraya berfikir keras.

"Cari informasi sebelum korban ditemukan tewas, cek daftar panggilan dan siapa yang korban temui sebelum meninggal." perintah Shena yang langsung diangguki.

Kantong jenazah Cerly diangkat dan akan dibawa ke dalam mobil ambulans untuk segera diautopsi. Saat itu, terdengar kegaduhan dari luar garis pembatas yang polisi pasang, disana terlihat Devan dan Kenan berusaha menerobos polisi yang mencegah.

Fokus Shena teralihkan, dia melihat Angel yang berdiri dibelakang Kenan dengan raut wajah datar namun terlihat cemas. Gadis itu juga tanpa sengaja menatap tangan kanan Angel yang diperban.

"Lo yang bunuh, Ngel?" Pikir Shena terkekeh dalam hati.

"Tersangka pertama, Angel. Motif pembunuhan, dendam." kata Shena lalu pergi bersama rekan sesama detektifnya, bersiap memecahkan kasus ini.

Disisi lain, Devan berhasil menerobos kepolisian yang sedari tadi terus menghadangnya, lalu disusul oleh Kenan dari belakang. Ke duanya tampak kacau dan terlihat frustasi. Terlebih lagi saat sudah berdiri dihadapan mayat Cerly, Devan reflek meremas rambutnya kuat menyalurkan emosi. Sedangkan Kenan terkepal dengan wajah yang menunjukkan kemarahan.

Walaupun ke duanya sudah mengacuhkan Cerly, tapi tetap saja mereka masih menganggap Cerly sahabat. Mengingat pertemanan mereka sudah terjalin sejak dibangku SMP, tak memungkinkan karna kesalahan Cerly akhir-akhir ini membuat mereka benci sepenuhnya pada gadis itu.

Kenan susah payah menahan air mata, akhirnya jatuh juga. Belum lagi Devan yang langsung masuk ke dalam ambulans dan menjeritkan nama Cerly dengan perasaan sakit hatinya. Sakit hati sebab Cerly meninggal dengan cara yang tragis dan tanpa dugaan. Semuanya terasa sangat tiba-tiba. Devan juga menyesal, kenapa semalam memilih meninggalkan Cerly sendirian saat gadis itu minta diantar pulang.

After AS [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang