3.

125 18 4
                                    

Memasuki lorong gelap yang lembab dan kedap udara hanya di isi obor di setiap dinding hingga sampai pada pintu kayu yang menjulang tinggi dengan password yang yang ia tekan hingga pintu tersebut terbuka otomatis. Membuka kaos putihnya yang sudah kumuh melempar nya dengan sembarang, mengambil satu botol vodka dan masuk ke dalam bathtub yang penuh dengan air hangat dan aroma lavender yang menenangkan. Sesekali menegak minuman itu menikmati cairan
panas itu melewati tenggorokan nya. Memejamkan mata nya sebentar hingga tak lama kemudian beranjak membiarkan celana nya basah tanpa atasan. Meletakan vodka itu di atas meja kecil berjalan menuju peti kayu yang besar yang diikat dengan banyak macam rantai hingga gembok.

Membuka satu persatu dengan kunci hingga terbukalah peti itu, memperlihatkan seorang wanita cantik dengan dress biru laut dengan mata tertutup rapat. Lelaki itu merengkuh wanita itu menggendong nya dengan pelan membawanya ke atas ranjang.

"Apa kabar ibu?"

"Anak mu datang kemari untuk menjenguk."

"Apa ibu jarang makan? Lihatlah ibu semakain kurus h-haha."

"I miss u mom."

Menatap wanita itu dengan mata berkabut air mata, mengadah ke atas guna menghalau air mata itu agar tidak jatuh. Cih aku tidak selemah itu. Mungkinkah? Tapi..jika menyangkut orang yang ku sayang, apakah aku kuat? Pada akhirnya cairan asin itu tetap mengalir di kedua pipi tirus lelaki itu. Dengan cepat ia tepis air mata itu seraya berkata

"Mom look I brought something for you." Lelaki itu mengambil satu buket bunga tulip dan meletakan nya di antara tangan wanita kaku itu yang tetap setia menutup mata.

"Mom looks so beautiful, really! I love you so much mom I will never leave you."

Mencium kening wanita itu dengan lembut walau hanya rasa tulang belulang yang menyapa bibirnya. Menatap lembut wanita yang terbujur kaku itu dengan senyuman teduh.

"Ibu..apakah hatimu terbuat dari kapas? Kenapa ibu selalu menolong orang yang bahkan tidak ibu kenal."

"Ibu selalu mengajariku untuk berbuat baik pada siapapun, dan aku lakukan itu. Tapi apakah dengan mengorbankan nyawa kita juga termasuk menolong?"

"Ibu terlalu baik..ibu bilang padaku kalau berlebihan itu tidak baik, tapi ibu sendiri melakukan nya. Hingga membuat ibu seperti ini."

"Andai ibu tidak menolong orang itu, pasti ibu sedang membuatkan coklat panas untukku."

Menepis kembali air mata yang kurang ajar melewati pipinya dengan kesal. Menatap wajah wanita di depannya hingga tanpa sadar menerawang kembali pada masa lalu

"Ibu bilang ingin membuatkan aku coklat panas." Celoteh riang anak lelaki dengan tangan memegang satu jari ibunya yang sibuk memilih sayuran.

"Iya nanti ibu buatkan ya sayang, sekarang ibu mau membeli susunya dulu." Balas wanita dengan dress biru laut yang terlihat anggun.

"Ibu aku ingin ke toilet sebentar ya." Ucap anak berusia 5 tahun itu dengan tergesa berlalu ke arah toilet yang ada di minimarket. Sang ibu hanya menggeleng pelan menatap gemas anak lelakinya.

Saat sedang sibuk memilih susu untuk anaknya, sirene mobil pemadam kebakaran darurat lewat dan memperingati para pengendara maupun pejalan kaki yang berada di jalan untuk membuka jalan. Semua mobil maupun motor menepi demi keselamatan. Wanita yang hendak melanjutkan memilih susu itu terhenti kala siluet matanya menatap wanita sebaya nya dan gadis kecil yang ia gandeng hendak menyebrang melewati trotoar. Sepertinya wanita itu tidak mendengar peringatan dari sirene itu.

Dengan tergesa wanita itu meletakan kembali kotak susunya keluar berlari menuju kedua orang yang sudah setengah jalan dengan cepat mendorongnya ke samping membuat wanita dan gadis kecil itu berguling terhantuk pembatas jalan.

"Menyinkir dari jalan nona!!

Bruukkk

Sirene mobil polisi hingga ambulance saling bersautan membuat kegaduhan, jalanan itu kini ramai dikerumuni beberapa polisi dan petugas lainnya. Darah bersimbah dengan cepat polisi menutupi jasad wanita yang bersimbah darah dengan kain.

"Ibu aku kembali..hah dimana ibu? Kenapa di luar ramai sekali." Memilih keluar menuju keramaian. Sedikit terhalau oleh orang-orang karena ia yang masih kecil hanya sebatas paha orang dewasa. Hingga ia tidak bisa melihat apa yang terjadi di depannya. Menyimpan dari belahan kaki orang-orang hingga kini ia berada di depan hanya saja di halau beberapa polisi, terkejut dengan mata membulat lucu.

"Ini darah..ibu bilang jika ada yang terbaring di atas aspal dan banyak darah berarti ia akan tertidur dengan lama, kasihan sekali orang itu." Ucap anak lelaki itu dengan polos.

Hingga anak lelaki itu menatap wanita yang seperti seumuran dengan ibunya tegah menangis menatap jasad itu dengan bergetar menarik pelan penutup kain itu dan terlihat lah wajah wanita yang tertabrak mobil pemadam kebakaran.

Anak kecil itu menatap kaget wanita yang terbaring didepannya, menatap kosong ibunya yang terbujur kaku. Tapi ia tidak menangis?

Anak itu trauma.

Bahkan ikut dalam peristirahatan terakhir ibunya saja dia tidak ikut.

Tidak ada air mata.

Hanya tatapan kosong.

Seperti kehilangan jiwa.

Hingga ia berumur 18 tahun, ia tumbuh menjadi lelaki tampan. Dan menapakkan kakinya pada gumpalan tanah yang kering. Menatap datar nisan yang tercantum di gundukan tanah itu dengan santainya mencabut nisan itu dengan berkata

"Apa yang ibu lakukan? Kenapa ibu tidur di tanah? Ayo pulang. Lebih baik tidur di kasur yang empuk."

Plakk

"Apa yang kau lakukan Reza?!"

"Apa kau gila?!" Teriak lelaki dengan wajah keriput itu menatap nyalang anak lelakinya.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang ayah lakukan? Apa ayah gila?!"

"Cih! Aku menyesal mempunyai ayah brengsek sepertimu! Setelah ibu tidak pulang ke rumah, ayah selalu membawa wanita yang berbeda setiap hari!" Teriak lelaki itu dengan lantang menatap sengit ayahnya.

"Sadar nak! Ibumu tidak akan kembali dia sudah ma--,"

Plakkk

"What are you saying?! my mother is back take a look! he fell asleep because he was tired."

Lelaki paruh baya itu menggeleng berat, anaknya benar-benar depresi. Ia harus melakukan sesuatu.

"get well soon my child."


"Kegilaan anakku semakin mengerikan, bahkan dia membuat laboratorium khusus untuk mengawetkan ibunya yang sekarang nampak seperti mumi."

"Aku harus menghentikan nya."

Tapi.. sepertinya tidak bisa, karena kolesterol tinggi ku tiba-tiba kumat yang membuatku kejang-kejang dan tidak sadarkan diri di tempat.

"Reza kembalilah ke rumah, ayahmu wafat."

Menghembuskan asap vape elektrik yang mengepul di bibir tipisnya, tersenyum miring dengan santai berucap

"Akhirnya si tua itu mati, cihh merepotkan! Tidak ada lagi yang bisa memisahkan aku dan ibuku."

Brukk

Suara botol yang terjatuh itu kembali menyadarkan lelaki ber alis tebal itu tersadar dari lamunan masa kelamnya. Menggeleng pelan, sial ia kembali mengingatnya. Memilih mengambil kaos baru yang tersimpan di lemari dengan cepat memakainya dan menghampiri mayat ibunya yang telah ia awetkan selama beberapa tahun yang lalu.

"Aku pergi dulu ibu, anakmu ini masih banyak tujuan hidup untuk membalas dendam ibu. Upss.. sepertinya hanya dendam ku, karena hati ibu adalah malaikat maka aku adalah kebalikannya."

"Seorang iblis! Itu adalah aku Reza Mahardika."





BIMA






BIMA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang