SATU: Kehidupan Baru di Masa Lalu

12 3 0
                                    

Kumari menatap kilas bayangan wajahnya pada kaca jendela yang ada di samping tempat duduknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kumari menatap kilas bayangan wajahnya pada kaca jendela yang ada di samping tempat duduknya. Perlahan kedua telapak tangannya meraba wajah barunya. Sebuah wajah mungil, dengan warna kulit kuning langsat dan kedua mata sipit diantara hidungnya yang mancung. Cantik! Kata itulah yang spontan terucap dari bibir mungil Kumari.

"Iyaa, kau memang cantik. Saat pertama kali melihat wajahmu, aku berpikir sepertinya kau bukan asli pribumi. Emm maksudku apa kau keturunan campuran? Misalnya ibumu seorang pribumi, sementara ayahmu-- sepertinya Jepang, apakah benar?" tanya Rani yang sedaritadi duduk di samping Kumari.

"Bagaimana kau bisa menyimpulkan jika aku keturunan Jepang? Apa wajah ini terlihat seperti seorang gadis Jepang?" tanya Kumari sambil menunjuk ke wajahnya sendiri.

"Ohh jadi kau bukan keturunan Jepang, kalau begitu pasti keturunan Tionghoa? Melihat dari wajah orientalmu, tidak mungkinkan jika kau keturunan Eropa?" Rani kembali menebak sembari diselingi oleh candaannya.

"Ti-tidak.. Emm maksudku sekarang ini, aku ti-tidak tau siapa diriku dan aku juga tidak tau siapa dan dimana orangtuaku," jawab Kumari ragu - ragu, karena mungkin jawaban ini akan terdengar aneh bagi Rani.

Setelah mendengar pernyataan itu dari Kumari, seketika Rani diam termangu, raut wajahnya berubah menjadi sedih. "Maafkan aku Kumari, aku asal bertanya tanpa tahu keadaanmu yang sebenarnya."

Kumari merasa heran, mengapa Rani malah meminta maaf kepadanya? Atau jangan - jangan Rani mengira jika Kumari adalah seorang anak yang lahir tanpa diketahui siapa ayahnya, lalu ditinggalkan oleh ibunya. Kalau begitu, biarkan saja Rani menganggapnya seperti itu. Karena lebih sulit lagi menjelaskan kepadanya jika sebenarnya Kumari berasal dari masa depan dan tidak tau entah di tubuh siapa kini jiwanya bersemayam.

--------------------

Terdengar lagi suara dari lonceng yang menghasilkan dentingan bunyi nyaring, menyebabkan siswa - siswi yang ada di kelas mulai berhamburan keluar dari ruang kelas menuju ke halaman depan. Rani juga menarik tangan Kumari untuk ikut dan bergegas menuju halaman depan.

Kumari melihat di halaman depan sudah dipenuhi dengan siswa - siswi yang berbaris rapi membentuk sebuah formasi yang menghadap langsung ke sebuah tiang yang menjulang tinggi. Pada bagian paling atas tiang itu berkibar sebuah bendera Hinomaru, bendera kebangsaan milik Jepang.

Kumari melihat orang - orang disekitarnya termasuk Rani, memasang posisi hormat kepada bendera Hinomaru sambil menyanyikan lagu Kimigayo. Awalnya Kumari enggan melakukan penghormatan kepada selain bendera Merah Putih. Namun salah seorang dari guru di sekolah itu memaksa Kumari untuk ikut menghormati bendera Hinomaru sebagai penghormatan kepada bangsa Jepang dan sebagai keikutsertaan Kumari pada upacara bendera hari ini.

Setelah upacara bendera selesai, para siswa belum diperbolehkan kembali ke ruang kelas. Rani memberitahu kepada Kumari jika mereka akan segera melakukan gerak taiso dan gerak seikerei.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Koto Chu Gakko Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang