— I FOUND AGAIN, PEOPLE AND THINGS THAT I'VE MISS A LOT —
"Hai! Di sebelah sini!" Aku mengangkat satu tangan sangat tinggi, setengah mendongak sambil agak menjinjit, membuat mantel musim gugurku tersibak angin. Sementara tanganku yang lain tetap memegang kaleng kopi yang kudapat dari mesin minuman sewaktu di jalan. Janji bertemu di luar kampus dan memilih lokasi SMA kami memang keputusan yang agaknya kurang tepat. Keramaian yang berasal dari maraknya pengunjung toko buku cukup membuat jalanan terasa lebih padat.
Ah, iya. Hari ini adalah hari kesekian untuk novel preview yang aku tulis masuk ke toko buku sebagai cetakan ketiga. Semangat pembacaku gila sekali. Aku tidak pernah bisa mengelak dari rasa takjub tiap melihatnya.
Beomin dan Taehan yang pertama menghampiriku di sana. Setelah saling menangkap manik masing-masing, mereka langsung bergerak cepat lurus padaku untuk mencapaiku dalam waktu singkat.
"Sejak kapan kau tiba di sini?" Taehan bertanya. Membawaku ke pinggir hingga aku aman dari lalu-lalang orang-orang yang tampak brutal.
"Baru saja. Aku langsung ke sini begitu kelasku usai."
"Kenapa tidak hubungi aku? Aku bisa menjemputmu."
"Tidak perlu, Tae," bantahku, tertawa kecil, kemudian melihat pada Beomin yang rupanya sudah memeluk novel keluaran terbaruku itu. "Ahh, penggemar terbaikku sepertinya baru mendapatkannya hari ini."
Beomin melebarkan matanya, merapatkan pelukan dengan novel itu. "Sejak awal rilis, aku sangat sibuk dengan tugas kuliah sampai tidak sempat mengejar stoknya di toko buku. Aku penuh usaha ke sini hari ini, dan dengan bantuan Taehan juga akhirnya kami mendapat ini. Melawan puluhan manusia di tempat itu sangat tidak mudah."
Aku terkikik geli melihat ekspresi seriusnya. Tutur katanya yang diucapkan ketus sambil bibir mengerucut itu membuatku sempat lupa kalau dia itu adalah seorang senior dan lebih tua setahun dariku. "Ya, ya. Tentu. Ayo, kita masuk saja sekarang."
Kami bertiga pun kemudian melangkah masuk. Tertuju pada dalam gerbang SMA Smart Arts High School yang masih berdiri kokoh. Ah, padahal baru tahun kemarin aku merayakan pesta kelulusan di tempat ini. Namun, melihat beberapa renovasi perluasan gedung di beberapa titik, membuatku seakan telah meninggalkan tempat ini sepuluh tahun. Pemandangan baru membuatku merasa sangat tua.
Masa-masa berseragam yang membahagiakan bersama teman-temanku yang tidak banyak; sekejap aku kembali merindukannya.
"Ini tidak adil. Dulu, saat kelulusanku. Tidak ada gedung khusus klub bahasa dan seni untuk merekrut Fantasy Writing di dalamnya. Dulu tempat kita di ruangan bekas yang kita bersihkan," oceh Beomin tatkala kami melangkah melewati gedung yang dimaksud. Membuat aku dan Taehan tak sanggup menahan tawa.
"Aku dan Taehan memperlebar jaringan lingkup anggota ketika kami naik ke tingkat akhir. Kami berusaha maksimal supaya bisa menemukan ketua penerus klub saat aku lulus. Dan kami menemukannya, sekaligus peresmian gedung khusus untuk menghargai usaha itu juga," jelasku, tak ingin mendengarnya mengomel lebih panjang.
Ahh, omelan transparan Beomin yang selalu terlontar tanpa filter—aku juga sudah lama tidak mendengarnya.
Berbulan-bulan bergelung dengan kesibukan masing-masing ternyata telah tanpa sadar membuat jarak besar di antara kami satu sama lain.
"Jung Moa." Taehan berucap. "Bukankah itu nama junior yang akhirnya jadi ketua klub kita?"
Aku balas anggukan mantap. "Benar. Aku bisa mengingatnya dengan baik. Dia anak yang baik, dia tak pernah bosan menghubungi untuk beberapa konsultasi." Aku sekilas tertawa, menggeleng kecil. "Padahal setelah penyerahan jabatan itu, artinya klub itu resmi jadi miliknya dan jadi kekuasaannya penuh."
![](https://img.wattpad.com/cover/240570610-288-k661313.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Can't We Just Leave The Monster With Me? | TXT
Fanfiction𝐂𝐀𝐍'𝐓 𝐖𝐄 𝐉𝐔𝐒𝐓 𝐋𝐄𝐀𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐎𝐍𝐒𝐓𝐄𝐑 𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄? (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐) Tak pernah sekali pun Kim Valda menduganya. Pasca kembali ke kehidupan normal selama hampir tiga tahun, ia justru mendapatkan lagi mimpi soal misi misterius ters...