— SAY YOU LOVE ME, TILL THE END OF THE WORLD —
"Halo? Val? Ada apa?"
"Kak..." Aku menggigit bibir bawah. Memandangi kartu identitas mahasiswa yang kutemukan kemarin. Oke, biar kuakui bahwa aku menyimpan kartu itu bersamaku untuk satu malam. Gelisah dengan kesulitan tidur, tak putus terus mengeluarkan dan iseng menatap semua yang tertera di sana. Pagi ini aku menelepon Suho sebab terpikirkan untuk menitipkan saja padanya—karena mereka satu angkatan dan satu fakultas—tetapi opsi lain seolah tak mau kalah berkontradiksi di kepalaku.
"Val? Kenapa kau malah diam? Ada masalah?" desak Suho, makin tidak sabaran. "Oh. Apa ini soal tanggal seminar?"
"Bukan. Bukan itu, Kak," sahutku cepat, rasa gugupku berjaya sekali membuatku terganggu sampai kesulitan mengutarakan kata. "Hmm, Kakak kuliah hari ini?"
"Tentu. Seperti biasa. Kenapa? Mau bertemu?"
"Kak—" Tunggu dulu. Masa iya aku menanyakan di ruangan mana Kwon Jinwoo kuliah di fakultas hari ini? Masa iya aku bertanya kapan Kwon Jinwoo memiliki waktu dan di mana aku bisa menemuinya? Memangnya Suho sudah mencari tahu sejauh itu, hingga hapal semua jadwal dan gerak-gerik Kwon Jinwoo?
Terdengar helaan napas berat dari telepon. "Kau tidak biasanya begini. Kau tidak menelepon Taehan?"
"Ap-apa? Tidak. Untuk apa? Apa aku cuma harus meneleponnya saja?"
"Kalian bertengkar?"
"Kenapa kami harus bertengkar?"
"Biasanya dia akan jadi orang pertama yang beraksi kalau hal sesepele apapun menggangumu." Suho menutur enteng, seolah hal itu sangat lazim terjadi. "Ketahuilah, sejak awal kau belum bilang apa maksud tujuanmu tiba-tiba meneleponku. Ini bikin pikiranku meliar sampai kemungkinan paling jauh."
"Kakak tidak perlu begitu." Aku menukas cepat. "Maaf kalau ini mengganggumu, aku cuma—" Ingin mengembalikan kartu identitas Kwon Jinwoo. "Mau mampir ke fakultasmu nanti. Iya, begitu. Hehe."
"Kau mau mampir? Mau melihatku, ya? Sudah kangen rupanya?"
"Hish, tidak begitu. Berhenti menggoda!" gerutuku terang-terangan. "Dosenku ada mengajak diksusi tim di fakultas itu. Aku harus menghadirinya. Mungkin kalau beruntung, kita bisa bertemu dan makan siang bersama nanti."
"Ide bagus. Aku jadi menantikannya. Kabari aku kalau kau sudah di sana, ya."
Ya ampun. Sejak kapan aku sangat pandai berbohong?
***
Sampai di fakultas ini membuatku mendadak mati kutu. Apa sih, yang sedang kulakukan, astaga! Kenapa aku begitu niat sampai sudah tiba ke tempat ini.
Aku memandang cemas lalu-lalang mahasiswa seangkatan atau pun senior di lorong utama gedung itu. Meremat ujung pakaian dan memegangi kartu identitas itu di tangan lain. Sial. Aku benci setiap harus merasakan kegugupan sehebat ini. Apa aku harus temui Kak Suho dan titipkan ini padanya? Dia bilang mereka sempat saling melihat di kegiatan UKM yang sama, bukan?
Aku mengatur deru napas. Lama-lama aku bisa gila. Ayo, Val. Buat keputusan!
"Valda?"
Aku terkejut, menoleh sambil memegang dada seakan menahan jantung agar tak melompat keluar. "Astaga! Han Ken!" Aku memukul lengan Ken kesal. Pemuda itu hanya terkikik menertawai ekspresiku. "Jangan biasakan mengageti begitu!" Yah, itu karena hanya Ken yang hobi menyapaku secara tiba-tiba seperti tadi. Aku hanya menatap Ken tadi, aku sadar setelahnya bahwa dia tengah berjalan dengan temannya—lelaki yang berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Can't We Just Leave The Monster With Me? | TXT
Fanfiction𝐂𝐀𝐍'𝐓 𝐖𝐄 𝐉𝐔𝐒𝐓 𝐋𝐄𝐀𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐎𝐍𝐒𝐓𝐄𝐑 𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄? (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐) Tak pernah sekali pun Kim Valda menduganya. Pasca kembali ke kehidupan normal selama hampir tiga tahun, ia justru mendapatkan lagi mimpi soal misi misterius ters...