— THE PLACE WHERE MY HEART ENTRUST —
Membohongi Taehan sama saja seperti bunuh diri.
Adegan semacam itu jadi sesuatu yang bisa aku bayangkan dengan mudah sekarang—dengan rinci, tanpa harus keliru lagi.
Adegan itu; kebiasaan Taehan memegang tanganku dan menahan hanya agar aku tak pernah bisa lari dari pertanyaan dingin yang keluar dari mulutnya. Sejujurnya, aku tidak pernah ingin benar-benar lari, meski diri lainku tentu saja mengakui itu benar sebab inginkan rasa aman. Yang benar saja! Kebiasaan itu sudah dilakukannya sejak kami masih SMA.
Memangnya apa hubungan di antara kami? Hanya itu. Sepasang kekasih yang baru memulai hubungan di hari kelulusan, tepat saat penyelenggaraan last camping dan kami menerbangkan lampion bersama. Tahu apa yang aneh? Suho, Ken serta Beomin dapat mengakui bahwa kami telah berpacaran kendati kami berdua tak pernah membagikan informasi apa pun.
Bahkan di malam itu pun rasanya hanya ada abu-abu.
"Val?"
"Hmm?"
"Jadi pacarku, ya?"
Tidak mungkin aku tidak melotot mendengar itu. "Ap-apa? Kau sedang mengawur, ya?"
"Tidak. Aku serius." Aku mengingatnya dengan jelas—setelah nyaris lima bulan berlalu dengan cepat. Sepasang netra kelam itu yang menatap lurus hanya pada milikku. Kerlipnya berpendar, menghangatkan seolah megirimkan rasa nyaman. Juga, kalimat yang diutarakan Taehan sendu dan tulus—aku mengingat semuanya.
"Aku tahu kau hanya inginkan Kim Jun. Aku tahu kita semua akan selalu merindukan dia. Tapi, aku ingin kau membuka lagi kesempatan itu. Kesempatan bagi orang lain memasuki hatimu sama seperti yang dia lakukan hari itu. Kesempatan ... untuk jadi seorang yang membuatmu menulis dengan hati berbunga-bunga saat kita menyelesaikan naskah itu." Taehan menggenggam tanganku. "Bisakah aku?"
Mustahil kalau aku tidak menangis. Selama hampir dua tahun, bahkan hingga detik ini semenjak kepergian orang itu, aku tidak pernah lolos dari hati yang rapuh jika mendengar nama sosok itu diungkit kembali. Rasanya sakit. Ini perih seolah kau sengaja menancap belati di dadamu.
Kadang aku berpikir. Apakah benar memulai hubungan semacam ini di tengah persahabatan kami berlima? Apakah benar untuk terus menaruh segenap perasaanku kepada Kim Jun, bahkan ketika orang itu sudah tidak ada? Aku tidak tahu, sebab untaian peringatan itu belum kunjung menyerah menginvasi kepala serta runguku; peri penjaga yang tidak bisa bertakdir bersama monster. Bohong kalau aku tidak khawatir dengan apa yang menunggu di depan kami jika yang kulakukan terasa seperti melanggar.
Kepergian Jun pun ... juga terjadi karena pengakuan hari itu, 'kan?
"Aku bisa membaca pikiranmu, Valda."
Oh! Kapan aku akan terbebas dari semua aturan memuakkan ini?!
Aku memegang kepala yang berdenyut. Terduduk di meja belajarku sendiri, merasa pening pasti senantiasa menyerang setiap kali aku mulai menenggelamkan diri dengan berbagai macam beban pikiran. "Ahh, pacarku dan sikap posesifnya yang berlebihan itu." Jang Taehan. "Tidakkah dia mau mendengar penjelasan?" Aku membaringkan kepala di atas meja. Merenungi apa yang kami alami siang ini;
"Aku hanya ingin mengembalikan kartu—"
"Dan mencoba menemuinya tanpa memberitahuku? Sejak kapan kau jadi tidak membagikan semuanya padaku?"
"Taehan."
"Aku mencarimu ke kelasmu, Val. Kau kira apa yang aku pikirkan saat tidak melihatmu, uh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Can't We Just Leave The Monster With Me? | TXT
Fanfiction𝐂𝐀𝐍'𝐓 𝐖𝐄 𝐉𝐔𝐒𝐓 𝐋𝐄𝐀𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐎𝐍𝐒𝐓𝐄𝐑 𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄? (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐) Tak pernah sekali pun Kim Valda menduganya. Pasca kembali ke kehidupan normal selama hampir tiga tahun, ia justru mendapatkan lagi mimpi soal misi misterius ters...