Chapter 2

1.5K 242 18
                                    

Kalau saja ibu Sasuke tak menginap disini, tak mungkin ia akan berada dalam satu ranjang dengan pria tersebut. Jangan berharap lebih, bahkan saling berhadapan dengannya pun Sakura tak sudi. Lebih baik dia menghadap jendela meski kesusahan tidur dengan posisi tersebut. Jika sedang hamil seperti ini ia terbiasa tidur menghadap kanan, sedang jika ia seperti itu pasti akan berhadapan langsung dengan Sasuke.

Berdecak kesal, Sakura merutuki bayi di dalam perutnya ini. Entah kapan bayi ini akan keluar, ia sangat kesusahan melakukan sesuatu dengan perut yang mengembang seperti ini.

Beberapa kali ia mencari posisi nyaman dan belum ditemukannya, hingga pada akhirnya Sakura memilih menduduki dirinya dan menyandar pada sandaran ranjang. Belakangan ini ia memang sering kesusahan dalam mencari posisi tidur maupun duduk.

"Bisa tidak kau diam sedikit" terdengar suara pria tersebut, seperti menahan umpatannya.

Sakura meliriknya sinis tanpa peduli, siapa suruh tak mau tidur di sofa, salahnya sendiri.

Kembali mengatur posisinya, "bayimu benar-benar mengganggu tidurku, kau pikir aku mudah mencari posisi nyaman saat tidur"

Terdengar desisan dari bibir pria tersebut sebelum dia ikut menduduki dirinya. Tak beda jauh darinya, Sasuke terlihat frustasi dengan rambuk acak-acakannya.

"Kenapa kau terus mengeluh tentang bayi itu?"

Melirik perut buncitnya, "kau pikir dia tak membuatku kerepotan, coba saja kau rasakan menjadi aku sehari dan nikmati hari tersiksamu"

"Lalu kau pikir aku mau?"

Sakura terdiam, sambil melirik Sasuke sinis tangannya mendarat cepat di pangkal hidung pria tersebut. Memukulnya spontan dan keras, membuat empunya meringis kesakitan.

"Sialan kau ck" padahal Sasuke sering mendapatkan pukulan wanita itu, namun entah mengapa ia tak bisa menghindar. Sulit membaca gerakan Sakura yang tiba-tiba.

Saat Sasuke sibuk memijat pangkal hidungnya yang berdenyut sakit. Sakura memilih mengabaikannya, apa pedulinya.

"Apa yang akan kau lakukan pada bayi ini setelah dia lahir?" Tanya Sakura tiba-tiba.

Sasuke yang merasa aneh dengan pertanyaan seperti itu memilih menatap wajah wanita pink itu. Baru kali ini Sakura bertanya mengenai bayi itu setelah lahir. Sebelumnya mereka memang tak pernah membahas mengenai bayi tersebut.

Mengangkat bahunya seolah tak peduli, "mana ku tahu"

"Baiklah kau juga sepertinya tak mengharapkannya" ucap Sakura pelan namun masih bisa didengar oleh Sasuke.

"Kenapa, kau ingin merawatnya?"

"Kau waras, setelah sembilan bulan hidupku terbatas karena bayi ini dan kau bertanya aku akan merawatnya, tentu saja tidak. Aku mungkin akan membiarkan orangtuaku mengurusnya, aku tak ingin repot-repot menjaga bayi ini"

Jawabannya cukup membuat Sasuke tertegun, dia tahu Sakura memang tak mengharapkan kehadiran bayi itu, tapi ia tak menduga jika wanita itu tidak ingin menjaga bayi tersebut . Kemana hati nuraninya sebagai seorang ibu?

"Aku tak menyangka kau lebih kejam dari seorang jalang"

"Karena aku bukan jalang makanya aku lebih kejam. Lagipula apa pedu-- Arkhh"

Sakura melempar selimutnya begitu saja ketika merasakan tendangan kuat. Belakangan ini bayi itu sering menendang dengan kuat.

Sasuke sendiri memperhatikan wanita itu dalam diam. Mulai dari melempar selimutnya hingga mengelus perutnya, ia tak peduli itu.

Sakura yang memang hanya menggunakan kaos ketat berwarna hitam, membuatnya dengan leluasa mengelus perutnya tersebut. Pernah ia dengar, katanya jika bayi menendang harus memberikan elusan diperutnya agar tendangannya tak semakin menjadi-jadi. Antara percaya dan tidak, ia tetap melakukannya dan kadang cara tersebut berhasil.

MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang