12. Makasih ya Injun

3K 318 13
                                    

"Na lo gak kenapa kenapa kan?" tanya Renjun saat sadar kalau Jaeminnya daritadi hanya diam dan memandangi jalanan dari jendela mobil yang dikendarainya

"apasih, gak apa apa Renjun" jawab Jaemin bohong.

Iya bohong, mana ada yang baik baik saja setelah dilecehkan? bahkan oleh atasannya sendiri. Sangat merusak mentalnya.

"tapi na..." ucapan Renjun terpotong, Jaemin langsung menyela nya

"Renjun, Nana gakenapa napa. Nanti kalau Nana siap cerita pasti Nana kasih tau Injun kok...tolong sekarang Nana cuma mau pulang. Nana cape, Injun juga cape kan? apalagi Injun udah bela belain jemput Nana ke Busan" jelas Jaemin

"maaf ya, Nana selalu ngerepotin Renjun" lirihnya

Jaemin masih belum menatap Renjun sama sekali, dirinya masih fokus memandangi jalanan luar.

"gua seneng Na direpotin sama lo, artinya gua berguna Na bagi lo" jawab Renjun membuat Jaemin sedikit tenang

"Makasih ya teruntuk Renjun dan Haechan udah mau temenan sama Nana" lirih Jaemin

Jaemin menyandarkan kepalanya pada kaca mobil, menekuk kedua kakinya didepan dadanya dan kedua tangannya memeluk kakinya. Menenggelamkan kepalanya diatas lututnya. Menikmati suara hujan yang membuatnya relax serta instrumen piano yang Renjun pasang sejak mereka berkendara

 Menikmati suara hujan yang membuatnya relax serta instrumen piano yang Renjun pasang sejak mereka berkendara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Renjun dan Jaemin sampai di Seoul pukul 9 malam, macet membuat keduanya menghabiskan banyak waktu. Jaemin langsung turun dari mobil dan berjalan meninggalkan Renjun diparkiran. Maaf Renjun, Jaemin sedang berantakan,kacau.

Tidur diatas kasur dan bergulung dengan selimut adalah satu satunya hal yang ada dipikiran Jaemin. Menangis keras ditemani malam kelabu serta suara hujan. Berterima kasihlah pada suara hujan, mereka membantumu meredam suara tangisan mu agar tak ada seorangpun yang mendengarnya. Orang lain tak perlu tahu kesedihanmu. Cukup kau dan sang pencipta saja.

Jaemin membanting pintu apartemennya, berlari ke kamar dan langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Bunda...maafin Jaeminn hiksss. Bunda pasti malu ya punya anak kaya Jaemin hikss. Bunda dihukum tuhan? kalau iya tolong bilang sama tuhan jangan, biar Jaemin saja yang menanggung hukumannya. Jaemin mau nyusul Bunda sama Ayah boleh..? Jaemin sendirian disini, ga enak Ayah..Bunda.." Jaemin meluapkan emosinya, disertai isakan tangis.

"Jaemin kangen Bunda yang selalu ngajarin Jaemin banyak hal..Jaemin kangen Ayah yang selalu belain dan lindungin Jaemin kalau Bunda marah..Jaemin kangen kalian" lirihnya

"Ayah..tolong bangun hikss. Ada yang jahatin Jaemin..Ayah bilang kalau ada yang Jahat sama Jaemin harus bilang, Jaemin udah bilang sekarang Ayah bangun hikss"

Tanpa Jaemin sadari, Jeno melihat itu semua melalui penyadap yang dia pasang di unit apartemen Jaemin. Melihat Jaemin yang terpuruk membuatnya ikut sakit, ya salah Jeno semuanya. Jeno tidak bisa mengendalikan nafsunya. Jeno tersenyum getir melihat sosok kesayangannya menangis dibalik selimut, badannya bergetar, mendeskripsikan sesakit apa perasaannya.

Lurking eyes [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang