Ch. 26

751 117 10
                                    

Aku melanjutkan perjalananku, kali ini aku memilih untuk pergi dengan menggunakan taksi. Aku tidak ingin jika aku kembali menggunakan bus untuk sampai ke rumah nenek, aku akan kembali menemukan keberadaan Travis atau seseorang lain yang mungkin ku mengenaliku dan akan melaporkan keberadaan ku pada ayah.

Jam makan siang hampir tiba ketika aku merasakan perutku bergejolak memprotes diriku yang sejak tadi tidak memasukkan makanan apapun ke dalam perutku.

Kelas pertama sudah selesai pada pukul sembilan dan sekarang sudah pukul setengah sebelas, sudah satu setengah jam lamanya aku pergi, ditambah dengan beberapa drama kecil dari pertemuanku dengan Travis.

Mengedarkan pandanganku, aku melihat sebuah restoran yang begitu familiar. Ya, itu adalah restoran yang pernah ku kunjungi bersama nenek kala itu. Usia restoran itu sudah cukup tua, dan makanan mereka begitu lezat. Seperti kebanyakan tempat, semakin berumur mereka akan semakin hebat dalam menyajikan makanan mereka.

"Sir, bisakah kita berbalik arah ke restoran tadi?" Aku bertanya pada supir itu, dan syukurlah, supir itu segera menyanggupi keinginanku.

"Saya akan makan sejenak di dalam, apa Anda ingin sesuatu?"

Aku sudah memutuskan untuk menyewa taksi ini hingga aku sampai ke makam nenek, sehingga aku perlu membelikan sesuatu untuknya kalau kalau ia merasa lapar atau membutuhkan sesuatu. Namun, supir itu menolak, ia mengatakan jika ia sudah membawa makanan dari istrinya, dan aku tidak memaksanya untuk menerima tawaranku. Ah... dia adalah suami yang baik.

"Baiklah, saya akan masuk terlebih dahulu."

Aku meninggalkan supir itu di area parkiran dan masuk ke dalam restoran itu.

Suasananya masih begitu sama, bahkan setelah bertahun-tahun aku tidak datang ke tempat ini.

Aku mengambil langkah ke arah meja yang dulu menjadi tempat favoritku ketika berada di sana. Ah, berapa usiaku saat itu? Tujuh tahun? Atau delapan tahun? Aku makan di sini bersama nenek ketika ia menjemputku di rumah karena ayah pergi ke luar kota. Syukurlah saat itu ia mengizinkanku ke rumah nenek, karena saat itu aku tidak ingin berada sendirian di rumah hanya bersama dengan pelayan-pelayan yang bekerja pada ayah dulu.

"Anda ingin memesan sesuatu?"

Aku segera menyebutkan menu-menu yang masih kuingat dari tempat ini, dan aku merasa begitu gembira ketika menemukan jika mereka masih menyediakan beberapa menu itu.

"Mohon di tunggu Nona." Aku segera mengangguk.

Pandanganku kembali berkelana, mengamati sekaligus mengagumi tempat itu. Tempat itu tidak banyak berubah, selain adanya ornamen baru dan tambahan beberapa lukisan makanan... Dan salah satunya adalah lukisan buah-buahan dengan beberapa apel merah di dalamnya.

Apel.

Travis begitu membenci buah itu, sementara aku begitu menyukainya. Saat itu aku masih ingat ketika ia membawakan ku buah itu di dalam tasnya, sementara ia mungkin saja bisa mencium aroma segar dari buah itu di dalam tasnya. Ah... Jika saja ia tidak menerima ciuman dari gadis bernama Hannah itu, semuanya mungkin saja akan baik-baik saja, dan kami mungkin bisa menikmati buah apel itu bersama-sama.

Aku menggelengkan kepalaku cepat.

Hei, ada apa dengan diriku? Mengapa aku tiba-tiba kembali memikirkannya? Aku tahu jika kenangan ku bersama Travis sangatlah menyenangkan dan aku menikmati setiap waktu yang ku habiskan dengannya, tetapi kami bahkan baru berpisah beberapa menit dan aku sudah mengulang kenangan kami di dalam ingatanku.

Kami memang tidak memiliki banyak kenangan bersama karena kami hanya bersama untuk waktu yang sebentar, tetapi kenangan itu begitu kuat melekat di kepalaku.

Travis Mason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang