Ch. 15

806 110 11
                                    

"Dimana Hannah?"

Tanyaku sembari mendudukkan diri di samping Travis yang sudah lebih dulu duduk di atas rerumputan hijau, di bawah sebuah pohon rindang yang berada di taman itu. Di tempat yang tidak banyak dilalui oleh orang-orang, seperti apa yang selalu dipilihnya.

Aku melemparkan pandanganku pada Travis yang tampak sibuk menikmati ice cream yang berada di tangannya, walaupun dengan kondisi tangan yang dipenuhi oleh lelehan ice cream. Aku jadi merasa bersalah padanya karena memberinya sesuatu yang tidak sempurna, seharusnya aku menerima ice cream yang ditawarkan oleh Daisy.

"Halton memanggilnya." Jawabnya selanjutnya. Membuatku mengangkat satu alisku bertanya.

Halton?

"Adik Hannah." Lanjutnya seakan mengerti isyaratku. 

Aku mengangguk mengerti, kemudian mengikuti Travis menikmati ice cream yang berada di tanganku. Rasanya tidak buruk, hanya saja rasa lengket yang melekat di tanganku membuatku merasa sangat tidak nyaman, dan aku yakin jika Travis juga merasakan hal yang sama denganku.

"Sebaiknya kita segera menyelesaikan ini dan membersihkan tangan kita sebelum kembali berkeliling. Bagaimana menurutmu? Kau tentu tidak akan berkeliling dengan kondisi seperti ini kan?" ujarku sedikit bergurau.

Bersama Travis selalu saja terasa kaku, tetapi.... ini bahkan lebih baik dari hal apa pun yang pernah kulakukan dengan orang lain. Terkadang kami hanya akan diam dengan sedikit percakapan layaknya orang asing yang berada di taman, yang hanya dipertemukan karena sedang menunggu hewan peliharaan kami untuk bermain di sana. Namun, aku tidak akan menampik jika terkadang kami terlihat seperti sepasang kekasih yang saling berbagi hal-hal yang menganggu di antara kami. 

Dia benar-benar berbeda. Travis benar -benar berbeda. Dan sudah berapa kali aku mengatakannya?

Dia tidak seperti Ayah yang selalu bertindak seolah peduli padaku, dia tidak seperti Ibu tiriku yang penuh dengan kepalsuan, dan ia tidak seperti Steve yang brengsek. Dia seperti Travis, apa adanya Travis, dia peduli padaku dengan caranya yang unik.

"Aku ingin pergi dari sini." Travis membuka suaranya. 

Dan jawabannya tentu saja membuatku terkejut. 

"Pergi? Kupikir festivalnya belum selesai?" Ya... dan dari sumber yang kubaca berkaitan dengan festival ini, mereka memiliki beberapa kegiatan menyenangkan yang bersifat privat seperti berbagi cerita mengenai hari-hari mereka sebagai salah satu media untuk memudahkan mereka dalam berkomunikasi. Namun, mengapa Travis ingin pergi dari sini?

"Aku ingin pergi dari sini." Ulangnya, mengatakan hal yang sama. 

Menghabiskan waktuku bersamanya membuatku sedikit mengerti tentangnya, dan dari pengamatan yang sudah kulakukan, ia akan mengatakan sesuatu yang sama ketika dirinya merasa panik. Sebenarnya apakah Travis masih merasa khawatir dengan kejadian tadi? Apa jika kami kembali berkeliling ia merasa takut jika aku akan meninggalkannya? Aku bahkan hanya meninggalkannya untuk beberapa menit saja, tetapi ia sudah merasa begitu khawatir. Ayahku bahkan akan membiarkanku pergi pada pagi hari dan pulang pada hari selanjutnya.

"Bukankah kau menyukai festival ini?" 

Menghadiri festival ini setiap minggunya, ia tentu menyukainya bukan?

"Ibu."

That's the truth. 

Dia tidak benar-benar menyukai festival ini, tetapi ia tetap datang demi Ibunya.

 Baiklah, aku tidak akan memaksanya lebih jauh lagi.

"Lalu apa yang kau inginkan setelah ini?" Tanyaku selanjutnya.

Travis Mason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang