Ch. 11

941 108 4
                                    

Memainkan makanan yang ada di piringku, aku menunggu hingga jarum jam pada jam dinding itu berada tepat pada angka delapan. Ini masih pukul tujuh tiga puluh malam ketika aku harus makan malam di ruang tamu ditemani dengan Krystal yang terlihat sibuk berbicara dengan seseorang di sambungan teleponnya. Ugh, aku bahkan tidak memedulikannya. Aku merasa menyesal karena terlambat menyelesaikan makan malamku hingga akhirnya Krystal datang dan bergabung bersamaku. Mood-ku hari ini mungkin sedikit lebih baik, sehingga aku tidak akan memprotes dan meneriaki keberadaannya di sini, seperti hal apa yang biasanya aku lakukan.

"Oh, ya... aku tahu itu..."

"Benarkah, itu mengangumkan..."

"Kalau begitu kita harus kembali bertemu..."

Layar ponselku tiba-tiba saja menyala, buru-buru aku mengeceknya. Sialan. Itu hanya Steve yang memprotes kepergianku untuk menghindarinya siang tadi. Aku menghela napas kesal, sebelum kemudian kembali memainkan sisa makanan yang ada di piringku.

Apa kau pikir Travis akan melanggar aturan atau rencananya sendiri hanya untukmu, Anne? Travis berbeda, dan kau seharusnya paham akan itu, Anne. Dia bukan seseorang yang akan memandangmu karena kau putri penyumbang dana terbesar di sekolahan, dia memandangmu berbeda, ia akan memandangmu karena kau membuatnya merasa nyaman.

"Baiklah.... dahh..."

Krystal menutup saluran teleponnya. Matanya kemudian bertemu pandang denganku. Ia tersenyum kecil, sebelum kemudian mulai menyantap makanannya.

"Tidak biasanya kau tidak mengusirku seperti ini." Aku tersenyum sinis membalasnya. Ia beruntung karena moodku sedang baik.

"Aku hanya ingin melihat bagaimana Ayah mengajarkan budaknya untuk makan dengan anggun," ia terlihat mencoba menahan emosinya yang membuatku rasanya ingin tertawa. Setidaknya mengabiskan waktuku sejenak lebih lama di sini memberi suguhan yang menghibur dari pada berdiam diri di kamar sendirian.

"Kau sama seperti Ibumu, tidak berguna." Dia mencoba menyakitiku, tetapi apa peduliku sekarang? Ibuku memang tidak berguna, begitu juga denganku.

"Aku memang tidak berguna, tetapi setidaknya aku tidak akan bersandiwara hanya untuk terlihat baik di hadapan Ayahku, seperti apa yang kau lakukan, cih, wanita licik," aku menegakkan tubuhku sebelum kemudian menaiki tangga untuk menuju ke kamarku.

"Merasa kalah dengan pergi dan bersembunyi di kamarmu?" Sebenarnya ia yang kalah sekarang, karena aku dapat mendengar nada kesal yang amat sangat terdengar pada suaranya.

"Aku tidak mencoba bersembunyi, selera makan ku hanya menghilang begitu saja ketika kau mulai membuka mulutmu."

Aku tersenyum, sebelum kemudian berlari kecil ke tangga untuk bisa masuk ke kamarku. Suara teriakan yang dipenuhi nada amarah membuat senyumku makin melebar.

Mulai saat ini, aku berjanji tidak akan mengambil hati dari apa pun yang ia katakan. Aku tidak akan kalah, aku tidak akan menangis, aku tidak akan merasa sakit hati ketika ia mencoba melukaiku.

Mendapat ketidakpercayaan dari Ayah, juga serangan bertubi-tubi dari wanita licik itu membuatku semakin kuat. Dan lagi... kehadiran Travis, Nana, dan Bianca, membuatku memiliki alasan untuk bertahan hidup lebih lama, karena aku percaya, orang-orang seperti mereka patut menjadi alasanku untuk hidup, bukan malah kukecewakan dengan mengakhiri hidupku secara sia-sia.

Aku membaringkan tubuhku ke atas ranjang, kemudian memandang langit-langit atap. Tidak tahu harus melakukan apa. Masih kurang beberapa menit untuk menghubungi Travis, dan aku sangat tidak sabar untuk melakukannya.

Aku jadi penasaran apakah Travis akan melakukan hal yang sama ketika membalas sebuah pesan? Maksudku, bagaimana ia akan merespon pesan itu, apakah ia tidak akan menjawabnya atau malah hanya menjawabnya dengan jawaban singkat andalannya, yaitu kata Ya.

Travis Mason [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang